Lima Lokasi Instagramable di Tanjungpinang, Liburan Gak Harus Mahal
Liburan Gak Harus Mahal, berikut lima lokasi Instagramable di Tanjungpinang. Tertarik berkunjung ke sana?
Tak ayal lagi tempat ini menjadi satu di antara destinasi yang kerap dikunjungi warga.
Tak hanya orang dewasa, Gedung Gonggong juga banyak dikunjungi anak-anak. Karena, disekitar area gedung ini banyak terdapat wahana bermain anak, seperti seluncuran, jaring laba-laba, dan jungkat-jungkit.
Menurut seorang pengunjung, Hijrawati, ia memang sering membawa anaknya ke Gedung Gonggong. Anaknya suka bermain seluncuran di tempat ini.
"Kebetulan di sini banyak tempat bermain anak-anak, makanya sering ke sini mas," tutur Hijrawati.
Suasana di area Gedung Gonggong juga mendukung. Karena setiap sore banyak penjual makanan menjajakan dagangannya di sekitar lokasi.
"Yang bikin enaknya lagi di sore hari. Soalnya banyak penjual jajan-jajanan, anak pun senang," kata perempuan berusia 36 tahun itu kepada TribunBatam.id.

Di masa Covid-19, ia juga menerapkan protokol kesehatan saat membawa anaknya bermain di area Gedung Gonggong. Untuk jaga-jaga, Hijrawati selalu membawa masker dan hand sanitizer.
Gedung Gonggong biasanya ramai didatangi pengunjung pada sore hari.
"Biasanya sekitar pukul 15.00 WIB, di sini sudah mulai ramai. Apalagi hari libur Sabtu dan Minggu," ucap seorang juru parkir di area Gedung Gonggong, Ayong (50).
Jembatan tersebut menjadi aktivitas warga biasa berolahraga seperti joging, dan berkumpul.
Selain itu, biasanya kaum milenial jadikan tempat tersebut untuk berfoto.
Untuk sampai ke Jembatan aksesnya bisa melewati simpang Mall Ramayana Tanjungpinang.

5. Destinasi Wisata Religi di Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) memiliki beragam destinasi wisata religi untuk seluruh umat beragama di Indonesia.
Salah satunya adalah Gereja Katolik Hati Santa Maria Tak Bernoda di Kota Tanjungpinang.
Gereja ini menjadi spesial karena disebut sebagai Gereja tertua di Kepulauan Riau.
Di belakang gereja ini ada rumah Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, tempat para pastor berdiam.
Pastor Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Kota Tanjungpinang, RD Agustinus Dwi Pramodo mengatakan gereja ini dibangun pada tahun 1932.
Kendati demikian, gereja ini masih kokoh berdiri dengan beberapa renovasi.
Atap gereja ini aslinya terbuat dari bahan tirap, namun telah diganti dengan asbes.
Lokasinya cukup strategis dan dekat dengan sejumlah tempat umum.

Bangunan dengan menara sekitar 75 meter ini terletak di atas bukit di belakang Rumah Dinas Gubernur Kepri, di kawasan Tepi Laut Kota Tanjungpinang.
Selain itu, gereja tersebut bersebelahanan dengan Rumah Sakit Angkatan Laut, Kompleks Perumahan Angkatan Laut dan tidak jauh dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang.
Di depan gedung gereja ini, ada Kantor Dirjen Perbendaharaan Negara Kota Tanjungpinang.
Di sebelah gereja ini terletak bangunan lama Kantor Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Tanjungpinang.
Destinasi wisata religi
Gereja tersebut dijadikan sebagai destinasi wisata religius di Kota Tanjungpinang.
Proses pengusulannya ke Pemerintah Kota Tanjungpinang dilakukan pada 2018.
Tim pastores dan umat Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Kota Tanjungpinang juga sudah memugar bangunan gereja ini sehingga semakin indah dan menarik bagi para peziarah untuk berdoa di sana.

“Kita berharap agar gereja ini bisa menjadi tempat berdoa bagi para peziarah dan wisata religius bagi orang-orang yang dating dari ke Kota Tanjungpinang,” kata Dwi Paramodo.
Menurut Dwi Pramodo, gereja ini banyak dikunjungi oleh orang-orang yang dating ke Kota Tanjungpinang.
Para peziarah ini baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, semisal orang-orang Singapura dan Malaysia.
Lokasi dan Akses
Gereja ini terletak di jalan Diponegoro No.12, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Dari Pelabuhan Sri Bintan Pura Kota Tanjungpinang, gereja ini bisa ditempuh dengan waktu satu menit saja menggunakan kendaraan.
Dari Pelabuhan Sri Bintan Pura Kota Tanjungpinang, seseorang hanya membutuhkan waktu satu menit untuk sampai di gereja ini dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Kalau berjalan kaki, paling tidak seseorang hanya menghabiskan waktu lima menit saja. (TribunBatam.id/Endra Kaputra/Noven Simanjuntak/Muhammad Ilham/Widi Wahyuningtyas)
Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google