HUMAN INTEREST
Kisah Eka Tinggalkan Jerman Kini Jadi WNI, Sempat Luntang lantung di Batam Tak Ada Uang
Eka Prawira yang dahulunya Warga Negara Jerman, sempat hidup luntang lantung di Batam setelah bebas dari tahanan Imigrasi.Kini ia jadi WNI
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Dewi Haryati
Hingga saat ini, Eka tidak pernah berkomunikasi lagi dengan sanak saudaranya di Jerman.
"Maklum tahun 1993 waktu itu komunikasi yang paling jitu yakni surat. Sejak saya ditahan Imigrasi Batam hingga menjadi WNI, saya belum pernah berkomunikasi lagi dengan keluarga dekat," ujarnya.
Diketahui, Eka merupakan anak tunggal. Bapaknya sudah lama meninggal sejak ia masih di Jerman, sedangkan ibunya saat ia pergi ke Indonesia sudah cukup tua.
Dari hati kecilnya, ia juga sangat berharap bisa menemui ibunya dalam keadaan masih sehat.
"Kangen juga sama ibu. Namun rasa kangen ini saya pending lantaran terlalu banyak hambatan seperti keterbatasan biaya dan juga beberapa hambatan lainnya," kata Eka.
Kini Eka sudah puluhan tahun menetap di Batam, berbagai pekerjaan sudah ia lakoni. Dari kuli bangunan hingga saat ini jadi loper koran.
Saat ini ia tinggal di salah satu gubuk milik Vihara Dewa Sakti yang berada di belakang Perum Buana 2 Tembesi, Kecamatan Sagulung, Batam, Kepri.
Pria 61 tahun itu tinggal seorang diri dan hingga saat ini memutuskan untuk tidak menikah.
Alasan ekonomilah yang menjadi salah satu faktor Eka memilih tidak menikah.
"Biaya hidup sendiri saja susah apalagi biaya istri dan anak. Penghasilan saya saja sangat minim," tutur Eka sembari menunduk lesu.
Pria paruh baya itu sehari-harinya bekerja sebagai loper koran. Setiap hari ia bangun pukul 06.00 WIB untuk mengantar koran keliling yang mencakup wilayah Tembesi, Batuaji dan Sagulung.
"Tidak hanya menjadi loper saja, saya juga jadi penjual koran eceran di beberapa pasar dan lampu merah di Batuaji," imbunya.
Saat ini satu-satunya harapannya untuk mendapatkan uang yakni lewat hasil jualan koran.
Dari uang itu ia membeli makan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Eka sangat berharap adanya uluran tangan dari warga Batam untuk membantunya berupa sandang dan pangan.