HUMAN INTEREST
Kisah Eka Tinggalkan Jerman Kini Jadi WNI, Sempat Luntang lantung di Batam Tak Ada Uang
Eka Prawira yang dahulunya Warga Negara Jerman, sempat hidup luntang lantung di Batam setelah bebas dari tahanan Imigrasi.Kini ia jadi WNI
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Dewi Haryati
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Inilah kisah hidup Eka Prawira (61), pria yang sempat berstatus warga negara Jerman dan kini telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Dulu, pria yang dikenal dengan nama Nardo di Jerman itu merupakan seorang wisatawan mancanegara di Indonesia.
Nasib mempertemukannya dengan Batam sekitar 1993 lalu.
Berawal dari keputusannya pulang ke Jerman melalui Bandara Hang Nadim Batam, setelah sempat jalan-jalan ke darah Jawa.
Namun Eka tak bisa pulang saat itu karena masa berlaku paspornya telah habis.
Karena satu dan lain hal, akhirnya Eka memilih melepas status WNA Jermannya, menjadi WNI dan kini menjadi warga Batam.

Eka bercerita, untuk menjadi WNI itu pun tak mulus.
Ia baru sah menjadi WNI sekira tahun 2002 lalu.
Selama rentang waktu 1993-2002, banyak hal yang telah dilaluinya.
Mulai dari sempat ditahan oleh Imigrasi Batam karena masa berlaku paspornya habis. Kemudian setelah bebas, ia tak punya tujuan dan sempat luntang lantung hidup di Batam.
Tanpa uang, tak ada pekerjaan.
Beruntung ada orang yang berbaik hati kepadanya dan dibantu untuk mengurus dokumen pindah kewarganegaraan.
Sejauh ini Eka mengaku senang-senang saja menjadi WNI.
"Meski hidup serba terbatas, saya tidak pernah menyesal menjadi WNI. Saya malah bersyukur masih diterima menjadi WNI," kata Eka yang kini jadi loper koran kepada Tribunbatam.id, Senin (18/1/2021).
Pria kelahiran 10 Mei 1960 itu bercerita, awalnya ia memilih menjadi WNI karena paspor miliknya melewati masa berlaku atau izin tinggal di Indonesia.
Waktu itu, ia sudah berusaha menghubungi keluarganya di Jerman, namun tidak bisa dihubungi.
Hingga saat ini, Eka tidak pernah berkomunikasi lagi dengan sanak saudaranya di Jerman.
"Maklum tahun 1993 waktu itu komunikasi yang paling jitu yakni surat. Sejak saya ditahan Imigrasi Batam hingga menjadi WNI, saya belum pernah berkomunikasi lagi dengan keluarga dekat," ujarnya.
Diketahui, Eka merupakan anak tunggal. Bapaknya sudah lama meninggal sejak ia masih di Jerman, sedangkan ibunya saat ia pergi ke Indonesia sudah cukup tua.
Dari hati kecilnya, ia juga sangat berharap bisa menemui ibunya dalam keadaan masih sehat.
"Kangen juga sama ibu. Namun rasa kangen ini saya pending lantaran terlalu banyak hambatan seperti keterbatasan biaya dan juga beberapa hambatan lainnya," kata Eka.
Kini Eka sudah puluhan tahun menetap di Batam, berbagai pekerjaan sudah ia lakoni. Dari kuli bangunan hingga saat ini jadi loper koran.
Saat ini ia tinggal di salah satu gubuk milik Vihara Dewa Sakti yang berada di belakang Perum Buana 2 Tembesi, Kecamatan Sagulung, Batam, Kepri.
Pria 61 tahun itu tinggal seorang diri dan hingga saat ini memutuskan untuk tidak menikah.
Alasan ekonomilah yang menjadi salah satu faktor Eka memilih tidak menikah.
"Biaya hidup sendiri saja susah apalagi biaya istri dan anak. Penghasilan saya saja sangat minim," tutur Eka sembari menunduk lesu.
Pria paruh baya itu sehari-harinya bekerja sebagai loper koran. Setiap hari ia bangun pukul 06.00 WIB untuk mengantar koran keliling yang mencakup wilayah Tembesi, Batuaji dan Sagulung.
"Tidak hanya menjadi loper saja, saya juga jadi penjual koran eceran di beberapa pasar dan lampu merah di Batuaji," imbunya.
Saat ini satu-satunya harapannya untuk mendapatkan uang yakni lewat hasil jualan koran.
Dari uang itu ia membeli makan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Eka sangat berharap adanya uluran tangan dari warga Batam untuk membantunya berupa sandang dan pangan.
Jadi Loper Koran
Sebelumnya diberitakan, sekilas tidak ada yang berbeda dari Eka Prawira.
Pria kelahiran 10 Mei 1960 tampak normal seperti orang Indonesia pada umumnya.
Kesehariannya, Eka Prawira bekerja sebagai loper koran.
Namun tidak banyak yang tahu jika Eka Prawira mulanya merupakan warga Negara Jerman.
Ia dulu merupakan Wisatawan Mancanegara.
Bagaimana kisahnya hingga ia berada di Batam?

Eka Prawira sama sekali tidak menyangka jika keputusannya untuk jalan-jalan ke Indonesia pada tahun 1990 benar-benar merubah hidupnya.
Kala itu ia masih menjadi warga Negara Jerman. Ketika tiba di Jakarta, ia berjalan-jalan ke Jawa Barat.
Memori itu masih ia ingat dengan jelas. Setelah puas mengunjungi sejumlah tempat di Pulau Jawa, ia memutuskan pulang ke Jerman melalui Bandara Hang Nadim Batam pada 1993.
Setelah sampai di Batam, ia baru sadar jika masa berlaku paspornya telah habis.
Ini pun baru ia ketahui setelah mendapat pemberitahuan dari imigrasi Batam.
Karena alasan ini, Eka Prawira ketika itu tak bisa pulang ke Negaranya.
Ia pun ditampung di sebuah tempat tahanan imigrasi.
Setelah berpikir panjang, ia mengusulkan untuk menjadi warga negara Indonesia dengan melewati beberapa persyaratan.
Baca juga: Menguak Sosok Warga Jerman yang Datangi Markas FPI di Petamburan, Benarkah Dia Agen Intelijen?
Baca juga: Museum Raja Ali Haji Batam Punya 14 Khazanah, Mulai Dikunjungi Wisatawan

Kini Eka Prawira sudah puluhan tahun menetap di Kota Batam.
Berbagai pekerjaan sudah ia lakoni, dari kuli bangunan hingga saat ini jadi loper koran.
Saat ini, ia tinggal di salah satu gubuk milik Vihara Dewa Sakti yang berada di belakang Perum Buana 2 Tembesi, Kecamatan Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Pria 61 tahun tersebut kini tinggal seorang diri dan hingga saat ini ia memutuskan untuk tidak menikah.
Setiap hari ini bangun pukul 06.00 WIB untuk mengantar koran keliling yang mencakup wilayah Tembesi, Batu Aji dan Sagulung.
"Saya menjual koran eceran di beberapa pasar di Batuaji," ucapnya kepada TribunBatam.id, Sabtu (16/1/2021).
Saat ini satu-satunya harapannya untuk mendapatkan uang yakni lewat hasil koran.
Dari hasil tersebut ia mengaku digunakan untuk membeli makan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Ia sangat berharap adanya uluran tangan dari masyarakat Batam untuk membantunya berupa sandang dan pangan.(TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng)
Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google