BATAM TERKINI

Harga Cabai Rawit di Batam Tak Lagi 'Pedas'? Turun Rp 30 Ribu Per Kilogramnya

Harga cabai rawit di Batam khususnya di Pasar Tos 3000 sempat menembus angka Rp 120 ribu per kilogramnya.

TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng
Harga Cabai Rawit di Batam Tak Lagi 'Pedas', Turun Rp 30 Ribu Per Kilogramnya. Foto warga Batam saat memilih cabai di Pasar Tos 3000, Kota Batam, Provinsi Kepri, Selasa (19/1/2021). 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Harga cabai rawit di Batam turun Rp 30 ribu per kilogramnya.

Pantauan di Pasar Tos 3000, turunnya harga cabai rawit di Batam ini membuat harganya kini 90 ribu per kilogram.

Sebelumnya, harga cabai rawit di Batam menembus angka Rp 120 ribu per kilogramnya.

Kondisi ini jelas dikeluhkan Warga Batam, terkhusus emak-emak.

Tidak hanya harga cabai rawit di Batam. Harga cabai merah terpantau masih berada di harga berkisar Rp 55 ribu hingga Rp 60 ribu per kilogram.

Sementara untuk harga cabai setan saat ini dijual Rp 90 ribu sebelumnya Rp 92 ribu per kilogramnya.

Untuk cabai hijau hari ini dijual dengan harga antara Rp 35 ribu dari sebelumnya Rp 37 ribu per kilogramnya.

Turunnya harga cabai rawit di Batam ini tak hanya membuat lega Warga Batam, namun juga pedagang di Pasar Tos 3000.

Seorang karyawan toko sembako, Dicka mengaku, jika harga cabai rawit di Batam turun sejak dua hari terakhir.

Pria 28 tahun ini mengaku, jika turunnya harga cabai rawit di Batam karena faktor cuaca yang mulai membaik.

Sehingga berdampak pada transportasi laut, udara dari dan menuju Batam.

“Khusus cabai harganya tidak normal, kadang naik kadang turun. Bahkan faktor cuaca dan musim panen akan mempengaruhi harga,” sebutnya kepada TribunBatam.id, Selasa (19/1/2021).

Sementara Warga Batam jelas menyambut baik turunnya harga cabai rawit di Batam ini.

Seorang ibu rumah tangga Yuyun mengaku jika melambungnya harga cabai di Batam berpengaruh pada usaha kecil miliknya.

Baca juga: Selain Cabai, Harga Sayuran di Batam Naik Dua Kali Lipat

Baca juga: Harga Cabai di Batam Melambung Nyaris Dua Kali Lipat, Derita Awal Tahun Warga

Derita Awal Tahun Warga Batam, Setelah Sayur, Kini Harga Cabai yang Melambung. Foto warga sedang membeli cabai di Pasar Tos 3000 Jodoh, Kota Batam, Provinsi Kepri, Kamis (14/1/2021).
Derita Awal Tahun Warga Batam, Setelah Sayur, Kini Harga Cabai yang Melambung. Foto warga sedang membeli cabai di Pasar Tos 3000 Jodoh, Kota Batam, Provinsi Kepri, Kamis (14/1/2021). (TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng)

Wanita 31 tahun ini mengaku, naiknya harga cabai di Batam sangat berdampak besar bagi ibu rumah tangga seperti dirinya.

“Jangan naik lagi lah. Kalau naik terus, mau tidak mau caba kering jadi pilihan terakhir," sebutnya.

Berbeda dengan ibu rumah tangga lainnya, Uni. Wanita 22 tahun ini malah berencana menanam sendiri cabai di belakang rumahnya.

Ini ia pikirkan setelah melihat harga cabai di Batam yang terus berubah-ubah.

"Dari pada saya mengeluarkan biaya banyak hanya untuk membeli cabai mending saya tanam, dan konsumsi sendiri, itu lebih irit.

Kebetulan di belakang rumahnya masih ada lahan kosong yang mana ia bisa memanfaatkannya untuk menanam cabai," ujarnya.

Pantauan TribunBatam.id di Pasar Tos 3000, stok cabai masih sangat banyak. Hal ini juga berdampak harga cabai rawit di Batam turun.

Beberapa pembeli juga memadati Pasar Tos 3000 tersebut sejak pagi tadi.

Tedi Triyanto dan Didin Maulana, seusai panen cabai di kebun milik DPKP Lingga bersama pihak lain, di Desa Sungai Raya, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, baru-baru ini
Tedi Triyanto dan Didin Maulana, seusai panen cabai di kebun milik DPKP Lingga bersama pihak lain, di Desa Sungai Raya, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, baru-baru ini (tribunbatam.id/istimewa)

Bahkan hingga siang ini pasar masih ramai, beberapa lapak juga terpantau belum dibongkar.

Biasanya pada siang hari, sejumlah pedagang mulai mengemas lapak dagangan mereka.

Harga Cabai di Batam Sempat Melambung

Harga cabai di Batam sebelumnya sempat melambung. Naiknya harga cabai ini setidaknya terlihat di Pasar Tos 3000 Jodoh, Kota Batam, Provinsi Kepri.

Kenaikan paling menonjol pada harga cabai rawit hingga Rp 40 ribu per kilogramnya.

Tidak hanya cabai rawit. Harga cabai di Batam melambung juga terjadi pada cabai setan serta cabai hijau ikut mengalami kenaikan.

"Kalau Cabai merah harga normal Rp 50 ribu per kilogram. Sempat naik di harga Rp 90 ribu, saat ini di harga Rp 55 ribu per kilogram.

Untuk cabai rawit, semula Rp 80 ribu, sekarang Rp 120 ribu per kilogramnya," ungkap seorang pedagang Pasar Tos 3000, Susi kepada TribunBatam.id, Kamis (14/1/2021).

Wanita 33 tahun itu juga merinci harga cabai setan yang naik Rp 2 ribu per kilogramnya menjadi Rp 92 ribu.

Beberapa ibu rumah tangga sedang membeli cabai di pasar Tos 3000 Batam
Beberapa ibu rumah tangga sedang membeli cabai di pasar Tos 3000 Batam (TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng)

Sementara harga cabai hijau naik Rp 5 ribu menjadi Rp 90 ribu per kilogram.

Susi menyebut, Harga cabai di Batam melambung karena aktivitas teansportasi yang kurang lancar ke Batam karena kondisi cuaca.

"Sedangkan harga cabai merah masih normal, cuma naik Rp 5 ribu mkarena pengirimannya melalui kapal laut," sebutnya.

Naiknya harga cabai jelas dikeluhkan Warga Batam, Husni misalnya.

Ibu rumah tangga berumur 27 tahun itu menyayangkan Harga cabai di Batam melambung.

Ia mengaku harus mengeluarkan biaya lebih jika mau membeli cabai dan beberapa sembako lainnya.

"Kadangkala kami sekeluarga memutuskan untuk tidak mengonsumsi cabai, saking mahalnya.

PASAR TOSS 3000 - Seorang pedagang cabai sedang melayani pembeli, Minggu, (29/11/2020) pagi. Harga sejumlah cabai di Pasar Toss 3000 ini melonjak naik. TribunBatam/Ronnye Lodo Laleng.
PASAR TOSS 3000 - Seorang pedagang cabai sedang melayani pembeli, Minggu, (29/11/2020) pagi. Harga sejumlah cabai di Pasar Toss 3000 ini melonjak naik. TribunBatam/Ronnye Lodo Laleng. (TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng)

Semoga saja Pemko Batam bersama dinas terkait sepat mengatasi persoalan ini.

Kasian Warga Batam yang saat ini susah mencari uang, di saat pandemi Covid-19 ini," sebutnya.

Harga Sayur di Batam Naik

Tidak hanya Harga cabai di Batam melambung, harga sayur di Batam sebelumnya juga dikeluhkan emak-emak.

Penyebabnya apalagi kalau bukan karena harganya yang mengalami kenaikan.

Keluhan ibu rumah tangga ini setidaknya dialami yang tinggal di Kecamatan Batuaji dan Sagulung.

Menurut mereka, harga sayur di pasar melonjak hingga 100 persen dari harga normal.

Selain harganya yang naik tak wajar, ketersediaan sayur juga susah dicari.

Naiknya harga sayur di Batam di antaranya bayam, kangkung kacang panjang.

Saat ini harga bayam sebesar Rp 20 ribu per kilogramnya.

Awal Tahun 2021, Harga Sayur di Pasar Tos 3000 Naik Dua Kali Lipat. Foto penjual sayur di Pasar Tos 3000, Jodoh, Kota Batam, Provinsi Kepri, Rabu (6/1/2021).
Awal Tahun 2021, Harga Sayur di Pasar Tos 3000 Naik Dua Kali Lipat. Foto penjual sayur di Pasar Tos 3000, Jodoh, Kota Batam, Provinsi Kepri, Rabu (6/1/2021). (TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng)

Sementara untuk kangkung dijual Rp 18 ribu serta kacang panjang Rp 25 ribu perkilogramnya.

"Ini harganya sangat luar biasa. Sudah harganya naik langka lagi.

Sekalinya ada kondisi sayurnya tak bagus, ucap seorang warga perumahan di Tanjunguncang, Tuti, Rabu (13/1/2021).

Dia mengatakan bayam selama ini harganya selalu di bawah Rp 10 ribu.

Warga lainnya, Lusi mengaku miris dengan kondisi harga tersebut.

Harga cabai pun menurutnya masih tetap tinggi. Dia berharap pemerintah bisa menekan harga bahan dapur yang terjadi dipasaran.

"Ini semua harga naik, tidak tahu lagi mau masak apa di rumah untuk keluarga.

Emak-emak di Batam Menjerit, Harga Sayur Naik Dua Kali Lipat. Foto kondisi di Pasar Fanindo, Batuaji, Kota Batam, Provinsi Kepri, Rabu (13/1/2021).
Emak-emak di Batam Menjerit, Harga Sayur Naik Dua Kali Lipat. Foto kondisi di Pasar Fanindo, Batuaji, Kota Batam, Provinsi Kepri, Rabu (13/1/2021). (TribunBatam.id/Ian Sitanggang)

Daging ayam pun ikut naik, semua harga bahan dapur naik.

Saat ini kondisi perekonomian juga sulit, kalau semua naik, mau makan apa lagi nanti," kata Lusi.

Kelompok Tani Sidomulyo Gagal Panen Sayur

Awal Tahun 2021 jadi awal yang pahit bagi Kelompok Tani Sidomulyo, Tembesi, Kota Batam, Provinsi Kepri.

Aneka sayur yang mereka tanam sejak Desember 2020 busuk.

Berniat mendulang untung dari hasil panen, mereka harus pasrah karena kondisi gagal panen akibat hujan berkepanjangan di Kota Batam.

Kondisi gagal panen tidak hanya dialami satu petani saja.

Ketua Kelompok Tani Sidomulyo, Yusuf mengaku hampir seluruh petani sayur gagal panen.

Menurutnya, sayur dari perkebunan ini merupakan salah satu pemasok ke sejumlah pasar di Kota Batam.

"Kami tak bisa berbuat banyak, ini kondisi alam," sebut Yusuf kepada TribunBatam.id, Rabu (13/1/2021).

Yusuf mengetahui jika kondisi gagal panen mereka bakal berdampak pada langkanya sayur di sejumlah pasar di Kota Batam.

Harga sejumlah sayuran di Batam naik akibat tingginya permintaan.
Harga sejumlah sayuran di Batam naik akibat tingginya permintaan. (TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng)

Ini mulai dirasakan pada sejumlah warga di Kecamatan Batuaji dan Sagulung.

Gagal panen yang dirasakan para petani membuat harga sayur mayur, khususnya bayam, kangkung dan kacang panjang jadi mahal di pasar.

"Karena kami tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Apa yang dirasakan oleh masyarakat kami juga merasakannya.

Masyarakat sulit mendapatkan sayur, kami juga merugi karena tidak bisa balik modal," kata Yusuf.

Yusuf menceritakan gagal panen yang dialami petani sayur, karena kondisi tanaman mereka banyak yang rusak dan busuk akibat hujan berkepanjangan.

Menurutnya, sayur yang ditanam sejak pertengahan Desember 2020, sudah bisa dipanen dalam waktu 20 sampai 25 hari.

"Namun karena hujan, sayurnya tidak bagus. Hujan yang berkepanjangan membuat daun sayur rusak terkena cipratan pasir dari air hujan.

Pertumbuhan sayur pun tidak maksimal bahkan membusuk karena kelebihan air.

Harga sayuran di Batam menjelang tahun baru 2020 terus naik
Harga sayuran di Batam menjelang tahun baru 2020 terus naik (TRIBUNBATAM.ID/ARDANA NASUTION)

Walaupun ada yang bisa dipanen, hal itu tidak sesuai dengan yang diharapkan," ungkapnya.

Meski demikian, dia juga mengaku masih bersyukur karena para petani masih diberikan kesehatan untuk beraktivitas.

Selama ini kata Yusuf, mereka selalu bisa memenuhi permintaan pasar, dan sudah memetik hasil dari buah pekerjaan yang mereka lakukan.

"Kami bersyukur, semua pekerjaan ada resikonya, kita harus sabar. Mungkin hari ini tidak berhasil tetapi hari depan pasti berhasil.

Kalau satu tahun kita mengalami satu kegagalan, itu hal ya g sangat wajar, hal itu harua menjadi motivasi untuk bekerja lebih baik," kata Yusuf.(TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng/Ian Sitanggang)

Baca juga berita Tribun Batam di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved