Tanggapan Psikolog Soal Remaja Rudapaksa Janda di Batam, Apa yang Salah?

Seorang psikolog memberikan analisanya terkait kasus remaja rudapaksa janda di Batam. Ini pandangannya

Editor: Dewi Haryati
SHUTTERSTOCK
Foto ilustrasi pemerkosaan 

Yang sudah-sudah ada yang terpicu atau terangsang karena nonton film, karena dia pernah nonton di TV adegan-adegan tertentu kemudian dia pengen nyobain, kebetulan adalah orang yang akhirnya jadi korban, dia coba terbukti tidak sih seperti di video yang dia tonton. Nah itu faktor lingkungan.

Jika sudah seperti itu siapa yang kita salahin, apakah orang tua, medianya atau siapa kan bingung.

Kemudian ada juga kasus yang misalnya, dia ditantang sama temannya, berani gak nidurin cewek? Akhirnya dia penasaran, kemudian dia ingin coba.

Memang di usia yang seperti itu, memang usia-usia yang pengen coba-coba.

Motivasi dalam pelaku untuk melakukan aksinya itu memang sangat luas sekali.

TB: bagaimana sih cara untuk menangani agar hal serupa tidak terjadi lagi kepada remaja?

DL: kalau bicara bagaimana penanganan sih sebetulnya ini bicara makro dan mikro, tidak bisa kita bicara secara spesifik pada personal, karena efeknya pada generasi, memang bicaranya panjang ini.

Jika boleh saya persingkat, intinya adalah kalau dari sisi mikro, saya ingin menekankan bahwa faktor keluarga atau komunikasi dalam keluarga itu penting sekali. Sehingga terjalin komunikasi yang saling terbuka jadi jujur, walaupun mungkin kejujurannya itu pahit, misalnya si anak mengakui bahwa dia sedang ingin melakukan atau mencoba sesuatu, dia bertanya ke orang tuanya, atau kakak-kakak nya, atau saudara yang lain.

Saya dengar teman saya ngomong begini itu gimana ya? Nah ini pentingnya komunikasi dalam keluarga, karena komunikasi dalam keluarga bisa menjadi benteng awal untuk menahan gejolak yang sedang menggebu-gebu itu,

Kalau dari keluarganya sendiri tidak ada benteng akan sulit. benteng juga bermacam-macam, bisa benteng keluarga, bisa benteng agama, dan bisa benteng dari pihak sekolah,

Nah di usia remaja ini berbeda dengan usia anak-anak, jika di usia anak-anak dia lebih percaya sama omongan orang tua dari pada temannya, berbeda dengan usia remaja, dia lebih percaya omongan temannya daripada omongan orang tuanya,.

Di usia remaja, dia butuh pengakuan butuh diterima sama teman-teman sekitarnya, di sini otomatis apa yang disampaikan oleh teman itu jauh lebih penting buat dia lebih prioritas dibandingin kata orang tuanya, walaupun kita teriak-teriak surga di bawah telapak kaki ibu jangan durhaka sama orang tua, itu tidak akan berpengaruh.

Memang masanya begitu, jadi mesti pintar-pintar orangtuanya untuk memberikan pemahaman dan pengajaran serta mendidik anak nya itu harus pintar-pintar pada usia remaja ini.

Kalau kita bicara makro menyangkut dengan sistem yang lebih besar, yaitu pemerintah, masyarakat, media, itu memiliki pengaruh yang sangat besar juga.

Misalnya bagaimana media memberikan tayangan yang mendidik, jangan memberikan tayangan yang receh-receh, kemudian malah merusak pemahaman dan pemikiran generasi muda, bukan malah memberikan pembelajaran, hanya mengejar rating dan iklan, itu pengaruh juga dari media.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved