KISAH PERANTAU DI TANJUNGPINANG
KISAH Perantau di Tanjungpinang, Usaha Buah Bangkrut, Kini Tekuni Profesi Badut
Berikut kisah perantau di Tanjungpinang. Sebelum menekuni profesi badut, Debi Andreas Setiawan pernah menjadi manusia silver. Bagaimana ceritanya?
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Septyan Mulia Rohman
Dalam semalam Debi dapat mengantongi jerih payah atraksinya hingga ratusan ribu Rupiah.
Itu jika kondisi sedang ramai. Jika sedang sepi, medapat Rp 40 ribu saja ia sudah bagus.
Uang ini kemudian ia serahkan ke bosnya si pemilik kostum boneka lalu dibagi upahnya.
"Ya Alhamdulilah kalau dikasih bersyukur, tidak dikasih juga bersyukur.
Pernah waktu itu dibilang eh badut gila kau ya. Sudah jadi badut sekarang tapi gimana, saya terima aja karena sekarang ini profesi saya," ungkapnya.
Kostum badut yang biasa digunakan Debi bukan miliknya.
Dari penghasilannya seharian, ia menyerahkan ke bosnya terlebih dulu.
Dari situ, uang hasil jerih payahnya harus dibagi tiga dengan rekan lainnya.

Sebelum menjadi badut, Debi pernah membuka usaha buah di Pasar KUD Pelantar 1 Kota Tanjungpinang.
Sayang, usahanya bangkrut. Ia pun sempat berlaih profesi menjadi manusia silver sebelum menjadi badut.
Debi pun juga kerap berpindah-pindah tempat untuk tidur.
Yang penting, menurutnya ia tak membuat orang terganggu.
Sejumlah lokasi seperti pujasera, kafe hingga tempat keramaian lainnya di Tanjungpinang kerap menjadi lokasinya mencari Rupiah.
"Yang jelas saya tidak main di lampu merah Bang," sebutnya.
Penertiban Badut di Tanjungpinang pun, menjadi perhatiannya.