Batam Logistic Ecosystem Jadi Percontohan Nasional Dalam Penataan Logistik Indonesia
Pemerintah pusat menjadikan Pelabuhan Batu Ampar Batam sebagai pilot project penerapan Batam Logistic Ecosystem untuk National logistic Ecosystem
Penulis: Beres Lumbantobing | Editor: Dewi Haryati
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Penunjukan Pelabuhan Batu Ampar Batam oleh Pemerintah Pusat menjadi pilot project penerapan sistem National Logistik Ecosystem (NLE) melalui Batam Logistic Ecosystem (BLE), dinilai mampu mendorong nilai ekspor dan impor yang berdampak pada peningkatan logistic Batam dan Indonesia.
Namun peningkatan logistik dinilai akan lebih meningkat jika melibatkan sejumlah pelabuhan industri lainnya. Industri logistik tidak hanya Pelabuhan Batu Ampar. Untuk itu perlu penambahan pelabuhan lainnya yang menjadi pilot project penerapan sistem NLE melalui BLE.
Hal itu akan mendorong pengembangan dan penataan kesiapan cadangan logistik Indonesia yang lebih tertata.
NLE akan memperkaya peran Indonesia National Single Window (INSW) yang mengintegrasikan perizinan lebih dari 15 Kementerian/lembaga (K/L) di lingkungan pemerintah (government to government). Sementara NLE tidak hanya mengkomodir kolaborasi G2G tetapi juga mampu memfasilitasi kolaborasi platform business to business (B2B) dari hulu ke hilir.
Untuk skala Batam, dibentuknya BLE yang memungkinkan diterapkannya single entry untuk semua layanan perizinan dalam satu platform terintegrasi yang melibatkan regulator, seperti BP Batam, KPU Bea Cukai Batam, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Batam, Kantor Imigrasi Batam dan Balai Karantina Batam bertujuan untuk mempermudah integrasi laporan.
Baca juga: Tribun Podcast Bareng Kepala KPU Bea Cukai Batam Susila Brata, Bahas Batam Logistik Ekosistem
Baca juga: Bea Cukai Kembangkan Batam Logistic Ecosystem, Titik Terang Penataan Logistik Pelabuhan?
Jika penerapan BLE ini berjalan dengan baik di Batam, maka tidak dipungkiri akan menjadi
percontohan bagi daerah lainnya di Indonesia.
Ketika NLE diselenggarakan di 24 Pelabuhan jalur tol laut tersebut dapat membuat efisiensi terjadi mulai dari pengisian data secara tunggal tidak perlu berulang, hingga penurunan biaya logistik dan dapat mengurangi disparitas harga.
Ini salah satu strategi pemerintah pusat agar benar-benar Indonesia menjadi negara dengan konsep poros maritim dunia. Batam jadi pintu gerbang Indonesia, jadi etalase menghadapi Singapura dan Malaysia.
Ini salah satu dari upaya nyata pemerintah dalam mendorong program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
Di sisi lain, pengembangan Batam sebagai percontohan program NLE ini telah memberikan dampak positif, pengurusan perizinan seperti manifest dapat selesai hanya dalam hitungan jam. Bahkan, waktu terbaiknya dapat mencapai hanya 1 jam saja.
Hal itu pernah disampaikan Penasihat Khusus Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Bidang Pertahanan dan Keamanan Maritim Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, didampingi oleh Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Agus Sudarmadi, dan Kepala Kantor Bea Cukai Batam, Susila Brata beberapa waktu lalu saat berkunjung ke Batam.
Ia mengatakan, Pelabuhan Batu Ampar, Batam akan menjadi perhatian karena pelabuhan adalah salah satu unsur penting dalam penerapan BLE. Ia pun menilai bahwa kawasan Batam melalui BLE akan menjadi percontohan penataan logistik di Indonesia yang berbasis green and smart port, penataan logistik dan mewujudkan green and smart port dengan teknologi informasi yang memadai, dan menurutnya Dirjen Bea dan Cukai patut diapresiasi karena dapat menginisiasi adanya BLE yang juga bagian dari NLE.

Di sisi lain, menurutnya, Batam menjadi percontohan nasional karena statusnya sebagai Kawasan Bebas atau free trade zone (FTZ). Batam memiliki kompleksitas dalam hal arus lalu lintas barang, sehingga apabila Batam dapat dibenahi maka akan mudah menerapkan BLE ini di daerah Indonesia lainnya.
“Melalui Inpres 5 Tahun 2020 tentang Penataan Logistik Nasional, Batam ini menarik menjadi percontohan karena statusnya sebagai FTZ, (apabila) Batam ini rapi, maka mudah untuk (menjadi) percontohan daerah lain, secara nasional akan rapi nanti Indonesia ini.
Daya saing kita akan meningkat, logistic performance index menjadi baik, logistic cost dapat ditekan, sehingga kita akan cepat maju dan sejajar dengan negara lain bahkan bisa lebih hebat, inilah harapan kita ke depan,” katanya.