HUMAN INTEREST
Nasruddin Albani, Pemuda Lingga 7 Tahun Dapat Beasiswa Kuliah di Turki, Saya Masih Nggak Nyangka
Nasruddin Al Albani, begitulah nama lengkap seorang pria kelahiran Desa Penuba, Kecamatan Selayar, Kabupaten Lingga. Ia mendapat beasiswa ke Turki
Penulis: Febriyuanda | Editor: Agus Tri Harsanto
Rudin mengatakan, awal menginjak sekolah itu ia kaget karena melihat orang-orang yang berbeda kulit dari berbeda negara.
"Saya paling kaget lihat orang kulit hitam, karena sebelumnya belum pernah lihat. Semuanya di sekolah itu ada 250-300 pelajar, dari 65 negara pada masa itu," kata Rudin.
Dari beasiswa itu, setiap tahun diberikan tiket pergi dan pulang, uang saku, makan, tempat tinggal dan juga buku.
"Jadi kita hanya tinggal belajar aja," sambungnya.
Rudin mengungkapkan, kesulitan pertama yang ia alami saat beradaptasi disana adalah soal makanan, yang jauh berbeda dengan negaranya, Indonesia.
"Orang sini (Turki-red) tidak makan kayak yang pedas, berempah-rempah. Jadi ada kesulitan sendiri ketika lidah menerima makanan disini. 2 sampai tiga bulan saya baru terbiasa," ungkapnya.
Ia juga melanjutkan, selain makanan, kebiasaan atau kultur disana juga jauh berbeda, karena saat itu ia dihadapkam dengan orang-orang dari berbagai negara yang memiliki cara pergaulan tersendiri.
"Kalau orang Afrika itu keras cara bergaulnya, dengan nada yang tinggi dan saling pukul merupakan bentuk candaanya. Kalau orang kulit putih itu tidak suka diperintah. Jadi harus membiasakan diri itu yang sulit," jelasinnya.
Selain itu juga, ia juga mengalami kesulitan saat perubahan empat musim di Negara Turki.
"Awal-awalnya saat masuk musim dingin, jadi ada lah seperti batuk-batuk, pilek karena belum terbiasa sama iklim disini," kata Rudin.
"Untuk bahasa masih bisa diadaptasi, karena 6 bulan kami dikursuskan untuk belajar bahasa Turki," tambahnya.
Rudin menjelaskan, saat itu ia sudah menguasai secara penuh Bahasa Turki, yang telah ia gunakan selama berada di Turki.
"Saya juga bisa bahasa Arab hanya sedikit, tapi saya yang paling lemah itu bahasa inggris, cuma 20-25 persen hanya bisa saya kuasai," terangnya.
Dengan proses yang panjang selama empat tahun ia lalui, dengan mempertahankam nilai yang tidak boleh kurang dari 70, akhirnya ia lulus di sekolah internasional Turki tersebut.
Setelah Rudin lulus dari sana, ia kembali mendapat kan beasiswa kuliah di Istanbul 29 Mey University dari Pemerintah Turki.