Kisah Santi Gadaikan HP dan KTP Untuk Makan 2 Anaknya, Kehidupan Semakin Sulit di Masa Pandemi

Demi kedua anaknya makan, seorang ibu merelakan HP untuk digadaikan. Masa-masa sulit dimasa pandemi ini membuat dia harus memutar otak. Semua yang dia

Editor: Eko Setiawan
surya.co.id/nuraini faiq
Ny Santi Marisa, warga Pacar Keling, Kecamatan Tambaksari, bersama anaknya menangis di Fraksi PDIP DPRD mengadukan kondisinya yang menggadaikan apa saja, termasuk KTP demi bisa makan, Senin (15/2/2021). 

TRIBUNBATAM.id | SURABAYA - Masa pandemi membuat semua orang terdampak.

Bahkan untuk makan besok pagi banyak orang yang harus membanting tulang dan menggadaikan semua barang yang dia punya.

Seperi yang terjadi di Kota Surabaya. Semua hartanya sudah di gadai.

Bahkan HP untuk anaknya sekolah daring juga sudah masuk ke Pegadaian.

Mirisnya lagi, selama satu bulan ini sang anak tidak membuat tugas sehingga gurunya bertanya-tanya.

Dengan keadaan sedih dan malu, ia mengatakan kalau semua harta yang dia gadai untuk kelangsungan hidupnya selama ini.

Baca juga: Daftar Kode Redeem Mobile Legends Terbaru, Hari Selasa 16 Februari 2021, Ada Hadiah Menarik

Baca juga: Saran Profesi Kakek Arya Saloka Jika Sang Cucu Tak Lagi Jadi Aldebaran, Ikatan Cinta

Baca juga: Sulap Teras Jadi Kafe, Teras Masno Jadi Spot Nongkrong Anak Muda Instagramable di Batam

Dengan berurai air mata, seorang wanita bercerita dia harus menggadaikan KTP dan HP miliknya untuk menyambung hidup.

Tangis Ny Santi Marisa (33) pecah ruangan Fraksi PDIP DPRD Kota Surabaya, Senin (15/2/2021). 

Ibu dua anak warga Donorejo, Kecamatan Simokerto, ini tak bisa menahan sedih atas kondisi yang menimpa dirinya bersama keluarga.

Dampak pandemi corona benar-benar menghimpit keluarga pekerja serabutan ini pada situasi sangat sulit. 

Betapa tidak , untuk sekadar makan, keluarga Santi harus menggadaikan apa saja yang dia miliki.

"HP saya gadikan Rp 350.000. KK dan KTP juga," ucap Santi menahan tangis.

Santi harus melakukannya lantaran tidak ada lagi yang bisa buat makan sehari-hari.

Suaminya, Toha Mustofa, biasa bekerja serabutan jadi kuli proyek.

Selama pandemi tidak adalagi pekerjaan. 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved