KISAH PERANTAU DI BINTAN

Kisah Pandai Besi di Desa Kawal Bintan Bertahan dengan Cara Tradisional

Pandai besi Sani bercerita, dalam seminggu, tidak setiap hari ada orang yang datang dan membeli barang jadi di tempatnya

Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Alfandi Simamora
Suasana saat pandai besi Sani di Desa Kawal Bintan menempah besi hingga menjadi sebuah parang dan peralatan lainnya, Kamis (4/3/2021) 

Pelanggan yang memesan alat perkakas dapur dan tani ternyata bukan warga Bintan saja. Bahkan, pelanggannya ada yang datang dari Tanjungpinang dan Batam.

Untuk besi yang digunakan untuk bahan menempah dan menghasilkan sebuah per kakas dapur dan pertanian, biasanya mereka membutuhkan bahan dari per mobil, piringan senso bekas.

"Alasan memilih bahan itu karena kualitas besi bagus dan ketajaman awet," terangnya.

Selain besi, mereka juga membutuhkan bahan kayu untuk arang saat menempah besi menjadi barang jadi. Bahan kayu yang digunakan mereka merupakan kayu akasia. Mereka membelinya per lori sekitar Rp 320 ribu.

Usaha pandai besi milik Makjam dan Sani buka setiap hari dari pukul 08:00 hingga 16:00 Wib di hari biasa. Sedangkan Minggu buka dari pukul 08:00 hingga 17:00 Wib.

"Mengapa kita buka lebih lama di hari Minggu, soalnya banyak orang yang berlibur ke Trikora dan melintas di sini, sehingga pembeli lumayan ada di hari Minggu," paparnya.

Sani menambahkan, memang tidak setiap hari ada orang yang membeli perkakas dapur di tempatnya.

"Terkadang tidak ada sama sekali, intinya tidak menentu. Seperti hari ini contohnya masih baru dua orang yang memesan untuk ditempah, dan beli yang sudah jadi di sini belum ada," ujar pria kelahiran Tembilahan Riau ini.

(tribunbatam.id/Alfandi Simamora)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved