HUMAN INTEREST

Kisah Awang Lestarikan Budaya Melayu Lingga ke Generasi Muda Tanpa Pamrih

Sejak tahun 2008/2009 lalu, Awang mengajarkan anak-anak di desanya untuk melestarikan Budaya Melayu. Ia juga sering diundang untuk acara pernikahan

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/istimewa
Zainuddin atau Awang saat mengajarkan adat dan budaya Melayu Lingga, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat kepada anak-anak, beberapa waktu lalu 

Melihat potensinya yang berkembang saat itu, sekira tahun 2009/2010 Awang diajak bergabung ke salah satu sanggar, yakni Sanggar Seni Diram Perkase, Desa Sungai Buluh.

Dengan alat yang sudah lengkap, dengan dua buah gendang, gong dan diiringi tiupan serunai membuat perkembangan Silat dan Tari Inai ajaran awang semakin terlatih.

Bahkan, melalui Sanggar Seni Diram Perkase, Awang telah membawa murid-murid yang dididiknya untuk berlomba di ajang Rampai Seni Budaya Melayu (RSBM) Kabupaten Lingga, yang diikuti dari berbagai wilayah dan Kecamatan di Kabupaten Lingga saat itu.

Tentu saja, dengan beberapa kali keikutsertaannya, murid-murid yang telah dididiknya menorehkan prestasi dan mengumpulkan piala maupun piagam penghargaan yang dipajang di Sanggar Seni Diram Perkase.

"Waktu RSBM itu masih zaman Bupati Pak Daria," ujar Awang.

Namun hal tersebut ia lakukan tanpa meminta imbalan sedikitpun dari murid-muridnya maupun pada pihak Sanggar.

"Jika ada yang ngasi Alhamdulillah kita terima saja," ucapnya.

Selain itu, pria yang tinggal serumah bersama anaknya ini juga pintar membuat properti dari ukiran kayu.

Properti itu sebagai pendukung, alat pemain teater atau Drama Bangsawan Diram Perkase, berupa ukiran berbentuk Keris, pedang, kapak, senapan yang telah diukir dan dicat sedemikian rupa untuk meniru hasil yang serupa dengan yang aslinya.

Satu ukiran tersebut ia dapatkan sebesar Rp 100 ribu dari Sanggar dan ia sendiri tidak meminta lebih.

Sampai sekarang di tahun 2020/2021 Awang masih aktif membina dan membimbing anak-anak di kampung halamannya untuk melestarikan Budaya Melayu.

Namun, dengan kondisi usianya yang sudah tidak muda lagi, ia tidak rutin mengajar. Lantaran kondisi pinggang yang sering sakit.

Awang berharap kepada Pemerintah Daerah sekarang, agar bisa menghadirkan lagi acara RSBM yang sudah lama tidak digelar lagi sejak berakhirnya zaman Bupati H. Daria.

Kini, Awang sendiri dibantu oleh Sariman Adi Pureza (43) sebagai Sutradara Sanggar Seni Diram Perkase dan Bastiar (34) yang menahkodai Sanggar tersebut. Mereka membantu Awang untuk mendidik murid-murid yang ingin belajar.

Tidak hanya bagi anak-anak saja, namu pemuda-pemuda dari Sanggar Seni Diram Perkase ikut mempelajari gerakan dan pukulan silat Awang, demi hasil pentas drama yang memuaskan.

(TribunBatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved