BERITA CHINA

Tak Malu! China Sok Ribut Pelanggaran HAM di Australia, Lupa Aksi Kejam ke Etnis Uighur di Xinjiang

China yang dikritik atas aksi pelanggaran HAM kepada etnis Muslim minoritas di Xinjiang, berlagak menyoroti aksi HAM yang dilakukan militer Australia

ISTIMEWA
Tak Malu! China Sok Ribut Pelanggaran HAM di Australia, Lupa Aksi Kejam ke Etnis Uighur di Xinjiang. Foto aksi kekerasan polisi China terhadap Muslim Uighur 

TRIBUNBATAM.id - Tak Malu! China Sok Ribut Pelanggaran HAM di Australia, Lupa Aksi Kejam ke Etnis Uighur di Xinjiang.

Selain berseteru dengan Amerika Serikat (AS) tentang banyak hal,

China juga berkonflik dengan India soal perbatasan di Himalaya.

Belum cukup, China seperti mencari musuh baru dengan berkonflik dengan Jepang.

Selain itu, hubungan panas juga terjadi antara China dan Australia.

Puncaknya Negeri Panda memblokir produk-produk pangan dan tambang Australia.

Belum cukup, kini China mulai mengkritik Negeri Kanguru.

Baca juga: Bahas China, Joe Biden Akan Gelar Pertemuan dengan Pemimpin Jepang, India, dan Australia

Dilansir CNN Jumat lalu,

China mengatakan mereka sangat khawatir dengan apa yang mereka sebut operasi pelanggaran HAM Australia.

Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden China Xi Jinping. China ketahuan mengimpor batubara dari Korea Utara di tengah konflik dagang dengan Australia atas batubara dan impor lainnya
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden China Xi Jinping. China ketahuan mengimpor batubara dari Korea Utara di tengah konflik dagang dengan Australia atas batubara dan impor lainnya (tribunnews.com)

China mengklaim pemerintah Australia memiliki pusat penghukuman lepas pantai.

Mereka pun mengecam aksi pemerintah Australia itu

dan menuntut agar tempat tersebut segera ditutup.

Hal ini semakin memperburuk hubungan kedua negara,

yang sudah buruk sejak 2018 lalu.

China semakin kesal dengan Australia

yang menjadi negara pertama melarang perusahaan Huawei masuk dalam tim perusahaan

yang ikut membangun jaringan 5G Australia.

Hubungan keduanya semakin memburuk ketika Australia tahun lalu

menuntut penyelidikan asal-usul virus corona.

Baca juga: TERBONGKAR 3 Alasan China Ngotot Caplok Hampir Seluruh Wilayah Laut China Selatan

China menyampaikan pernyataan kepada Dewan HAM PBB di Jenewa.

China menduga pusat hukuman itu

"gagal menyediakan kondisi medis yang patut ketika sejumlah besar imigran,

pengungsi dan pencari suaka telah ditahan dalam waktu yang lama atau tidak terhingga,

dan hak asasi mereka telah dilanggar."

Foto yang diambil pada 4 Desember 2013 memerlihatkan Joe Biden yang saat itu Wakil Presiden Amerika Serikat berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing
Foto yang diambil pada 4 Desember 2013 memerlihatkan Joe Biden yang saat itu Wakil Presiden Amerika Serikat berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing (AFP PHOTO/POOL/LINTAO ZHANG)

China tidak secara spesifik menyebutkan lokasi tertentu,

menggambarkan mereka sebagai negara ketiga.

Pencari suaka memang selama ini dicegat di laut dalam perjalanan ke Australia.

Mereka kemudian dikirim untuk "diproses" ke Papua Nugini

atau Pulau Nauru di Pasifik Selatan.

Sampai saat ini Departemen Hubungan dan Perdagangan Internasional Australia

tidak segera merespon permintaan komentar di luar jam kerja normal yang diminta CNN.

Pernyataan China termasuk ironi,

dengan negara itu sendiri telah lama menghadapi tuduhan

bahwa mereka mengoperasikan pusat hukuman sendiri.

Baca juga: TERBONGKAR 3 Alasan China Ngotot Caplok Hampir Seluruh Wilayah Laut China Selatan

Para pakar PBB dan kelompok HAM telah memperkirakan

China telah menahan lebih dari 1 juta warga di wilayah Xinjiang.

Sebagian besar yang ditahan adalah umat Muslim Uighur dan umat Muslim minoritas lain.

Mereka ditahan dalam sistem kamp yang luas.

Aparat keamanan China sedang melakukan latihan cara membubarkan unjuk rasa di Urumqi, Xinjiang
Aparat keamanan China sedang melakukan latihan cara membubarkan unjuk rasa di Urumqi, Xinjiang (AFP/STR)

China mengklaim kamp di Xinjiang adalah pusat vokasi yang dibuat untuk melawan ekstrimisme.

"Kami mendesak Australia untuk secepatnya menutup semua pusat hukuman lepas pantai

dan mengambil langkah kongkrit melindungi hak imigran,

pengungsi dan pencari suaka, terutama anak-anak," demikian bunyi pernyataan China,

yang dikirimkan atas nama sekelompok negara yang tidak disebutkan namanya.

Tidak hanya kamp itu saja,

China juga menuntut Australia untuk melaksanakan penyelidikan

"komprehensif dan adil" dalam kasus "kejahatan perang serius"

yang dilakukan oleh pasukan Australia di luar negeri.

Kasus yang dimaksudkan adalah kasus kejahatan perang pasukan Australia di Afghanistan.

Baca juga: Investigasi BBC soal Penyiksaan Muslim Uighur Bikin China Marah, Tayangkan Penyiksaan di Xinjiang

Pasukan khusus Australia menjadi tersangka pembunuhan 39 tahanan

dan warga sipil tidak bersenjata di Afghanistan antara tahun 2005 sampai 2016.

Kasus itu merupakan hasil penyelidikan khusus yang dipublikasikan November lalu.

China menjadi negara paling vokal menyuarakan kritik atas kasus tersebut.

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

SUMBER: INTISARI

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved