HUMAN INTEREST
Suka Duka Jadi Petugas Pemadam Kebakaran, Nurwendi: Pantang Pulang Sebelum Padam
Nurwendi bercerita, banyak suka mau pun duka menjadi seorang petugas damkar. Di antaranya, pantang pulang sebelum padam, walau nyawa taruhannya
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Dewi Haryati
BINTAN, TRIBUNBINTAN.id - Menjadi seorang petugas pemadam kebakaran atau damkar merupakan profesi yang berisiko tinggi.
Ya, bukan hal yang mudah untuk menjadi penjinak api. Butuh kekuatan fisik dan psikis serta waktu. Kapan pun dibutuhkan saat terjadi kebakaran harus siap terjun ke lapangan.
Hal inilah yang dirasakan Nurwendi (48), pria yang sudah 10 tahun menjalani profesi sebagai petugas damkar, saat ditemui Tribunbatam.id di Mako UPT Damkar Khusus Toapaya, Gunung Kijang dan Teluk Bintan.
Saat berbicang-bincang, pria yang akrab dipanggil Wendi ini bercerita, banyak suka mau pun duka menjadi seorang petugas damkar.
Ketika sudah memutuskan menjadi seorang damkar banyak yang harus dikorbankan.
Baca juga: DAFTAR Nomor Kontak Damkar Batam, Cegah Kebakaran saat Pandemi Covid-19
Baca juga: Karhutla di Bintan, UPTD Damkar Toapaya Bawa 3 Ribu Liter Air Buat Padamkan Api
Sebab damkar sifatnya layanan dan emergency, dan memang harus siap kapan pun dipanggil untuk bertugas 1x 24 jam.
Meski begitu, Wendi bangga menjadi seorang petugas damkar.
Sebab keselamatan banyak orang ada di tangan petugas damkar saat terjadi kebakaran.
"Saya berani mengorbankan apa saja demi profesi ini walaupun itu nyawa saya sendiri," ucap bapak dua anak ini.
Ia juga harus mengutamakan tugasnya dibandingkan waktu bersama keluarga.
Misal saat ada acara keluarga atau saat bersama istri dan anak, jika ada panggilan ia harus siap turun ke lapangan. Karena tugas damkar untuk menolong orang lain yang membutuhkan bantuan.
"Kalau tidak langsung turun dan ditanggapi dengan cepat, akan berakibat fatal terhadap orang lain," ujarnya.
Wendi mengakui pekerjaan yang dilakoninya memang tidak mengenal waktu, baik pagi, siang, sore maupun malam hari.
"Makanya jika ingin menjadi seorang damkar harus siap dengan kondisi apa pun dan harus berjiwa sosial dan ikhlas serta tidak merasa beban bertugas di pemadam kebakaran"
"Intinya pantang pulang sebelum padam, walau nyawa taruhannya," terang Wendi yang juga Kepala UPT Damkar Toapaya, Gunung Kijang dan Teluk Bintan ini.