HUMAN INTEREST
MIMPI Warga Kampung Wono Asri Bintan, Dilewati SUTT, Tapi Belum Nikmati Listrik PLN
Setidaknya sudah 6 kali Ramadhan warga Kampung Wono Asri di Bintan tak menikmati listrik PLN. Warga pun mengungkap kendalanya, apa itu?
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Septyan Mulia Rohman
BINTAN, TRIBUNBINTAN.com - Menikmati listrik PLN bagi mayoritas warga Kepri mungkin sudah dianggap hal biasa.
Tapi tidak untuk warga Kampung Wono Asri di Desa Sebong Pereh, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri.
Setidaknya ada 18 Kepala Keluarga yang bertempat tinggal di sana.
Kampung yang terletak di Jalan Sei Tongkang ini bisa diakses melalui Jalan Lama Tanjunguban-Tanjungpinang.
Saat ini jalan lama yang berada di Bintan masih dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan dari Lagoi dan sekitarnya menuju Tanjunguban.
Kampung Wono Asri juga sudah ada pembangunan jalan aspal serta jalan tanah yang lebar dan sudah bisa di lalui kendaraan.
Saat memasuki kampung Wono Asri, tampak juga tiang listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang merupakan jalur listrik Batam, Bintan dan Tanjungpinang.

Namun, rumah warga di kampung yang dilewati SUTT ini sama sekali tidak dialiri listrik PLN sama sekali.
Berbeda dengan Pulau Ngenang yang mendapatkan listrik 24 jam usai wilayah itu dilalui tiang SUTT listrik Batam Bintan.
Hal inilah yang menjadi kerinduan seporang warga kampung Wono Asri, Wito salah satunya.
Di rumah pria 48 tahun yang sudah menetap di kampung tersebut sejak 2004 itu, tampak sejumlah peralatan yang membutuhkan aliran listrik.
Sebut saja televisi, radio tape dan perangkat elektronik lainnya.
Sayangnya, perangkat elektronik itu tidak dipergunakan selayak fungsinya saat listrik desa masuk ke kampungnya.
Kini mereka hanya bertumpu kepada mesin generator listrik yang hanya bisa di hidupkan 4 jam dari dari pukul 6-10 setiap hari jika kebutuhan solar terpenuhi.
Namun, terkadang paling sering dihidupkan selama 1 jam saja setiap harinya untuk mengisi kebutuhan air dan sekedar mengecas lampu dan handphone.
Hal itu dikarenakan kebutuhan solar yang tinggi jika harus hidup lebih lama.Sebab untuk menghidupkan mesin generator listrik membutuhkan 1,5 liter solar yang harus di beli setiap harinya.
Sisanya mereka mengandalkan lampu pelita (minyak) untuk penerangan hingga malam dan pagi hari.
Baca juga: Kepri Terang Terwujud, Ansar Ahmad Resmikan 10 Desa Teraliri Listrik PLN, Dominan di Lingga
Baca juga: Tak Lagi Gratis, Begini Cara Dapat Diskon Listrik 50% untuk Periode April-Juni 2021

"Kami warga di Wono Asri ini, khususnya saya sendiri sangat merindukan listrik masuk di kampung kami,"kata Wito saat kepada TribunBatam.id.
Wito mengaku, warga di Kampung Wono Asri sempat menikmati pasokan listrik desa pada tahun 2013 lalu.
Pasokan listrik desa yang di dapatkan dari sore hingga malam hari.
Namun, kini listrik tersebut sudah tidak ada semenjak kewenangan ESDM yang semula di Kabupaten, sejak tahun 2015 dialihkan ke Provinsi Kepri.
Akibatnya, kampung Wono Asri yang sebelumnya terang kini menjadi gelap kembali tampa aliran listrik.
Artinya, sejak 2015 hingga saat ini, kurang lebih hampir 6 tahun lamanya kampung tempat ia tinggal tidak mendapat aliran listrik.
Wito yang kini sudah memiliki 3 orang anak dan seorang istri ini merasakan masalah listrik yang belum menerangi rumahnya.
Nah untuk mencukupi itu setiap harinya sudah tergolong berat dengan kondisi perekonomian saat ini.
Wito kesehariannya hanya bekerja di kebun sayur lahan milik peninggalan pamannya, sementara sang istri bekeja di sebuah Usaha Laundri.
Wito memiliki 3 orang anak, dua orang masih duduk di bangku sekolah dan seorang lagi sudah lulus sekolah.
Kebutuhan listrik menurutnya sangat dibutuhkan kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, pasalnya bisa belajar saat malam hari.
Jangan tanya soal kedatangan pejabat yang katanya prihatin dengan kondisi ia bersama sejumlah warga di kampung itu.
Mereka pun sudah pernah mengutarakan keinginan listik yang selama ini mereka rindukan.
Namun, sampai saat ini kerinduan warga belum terealisasi.
Kerinduan Wito terhadap listrik tiap tahunnya selalu di harapkannya.
"Setiap ada yang datang kesini, pejabat atau pemangku kepentingan, ya kami selalu adukan soal listrik, listrik dan listrik.
Namun ya begitu lah, belum ada hasilnya,” terangnya.
Apalagi saat Ramadhan 2021 yang penuh berkah saat ini dirinya dan keluarga menginginkan listrik bisa masuk ke kampungnya.
"Sudah 6 tahun kami tidak menikmati listrik di bulan Ramadhan.
Karena itu kita berharap tahun ini bisa mendapatkan aliran listrik dari Pemerintah," harapnya.
Saat ditanyakan apa kendala yang membuat listrik tidak masuk di Kampungya, Wito menegaskan permasalahan listrik di kampungnya kerap dibenturkan dengan status lahan yang masuk dalam kawasan hutan lindung.
Padahal hutan lindung itu ditetapkan tahun 2015 lalu dan beberapa kawasan lain di Bintan yang jelas-jelas masuk hutan lindung malah ada tiang listriknya dan jaringan serta arusnya.
Ia pun berharap pemerintah dapat mencarikan solusi listrik bagi kehidupan masyarakat Wono Asri.
Apabila tidak ada jaringan listrik mungkin masyarakat dapat diberi bantuan listrik tenaga surya yang mungkin lebih memungkinkan dalam jangka pendek ini.
Seperti lampu tenaga surya yang di bangun pemerintah di sejumlah jalan yang ada di Bintan.
"Kalau di kampung kami ada lampu tenaga surya, mungkin akan terasa lebih baik dibandingkan gelap gulita.
Semoga di tahun ini kampung kami ini bisa di aliri listrik," ucapnya.(TribunBatam.id/Alfandi Simamora)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Bintan