Telah Divonis Mati oleh BPOM, Justru Vaksin Nusantara Jalan Mulai dari Masyarakat hingga Eks Pejabat
Meski BPOM sudah memvonis mati Vaksin Nusantara yang diinisiasi eks Menkes dr Terawan Agus Putranto, puluhan orang antre untuk mendapatkan kekebalan
JAKARTA, TRIBUNBATAM.id - Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah menvonis mati Vaksin Nusantara dengan tidak mengeluarkan izin Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II.
Namun, meski BPOM sudah memvonis mati Vaksin Nusantara yang diinisiasi eks Menkes dr Terawan Agus Putranto, puluhan orang antre untuk mendapatkan kekebalan tubuh melalui vaksin ini di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
BPOM sudah menvonis mati Vaksin Nusantara dengan tidak mengeluarkan izin Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II.
Menurut Kepala BPOM, Penny Lukito mengungkap, katanya, dalam uji klinik fase I vaskin Nusantara, tim penelitinya didominasi oleh peneliti asing.
• DISUNTIK Vaksin Covid-19 Apakah Batalkan Puasa? Ini Penjelasan Kadinkes Batam
"Di dalam pembahasannya tim peneliti asinglah yang menjelaskan, yang membela dan berdiskusi, yang memproses pada saat kita hearing tersebut, dan terbukti proses pelaksanaan uji klinik proses produknya dilakukan oleh tim peneliti asing dari AVITA," kata Penny dalam rapat kerja Komisi IX secara virtual, Kamis (8/4/2021).
Penny mengatakan, peneliti asing itu berasal dari perusahaan asal Amerika Serikat, AVITA Biomedical.
Sementara, tim peneliti dari RSUP dr. Kariadi tidak turut andil dalam uji klinik fase I tersebut.
"Memang ada training para dokter di RS Kariadi tersebut, tapi mereka cuma menonton, tidak melakukan langsung," ujarnya seperti dikutip dari kompas.com.
Penny juga mengatakan, pembuatan Vaksin Nusantara menggunakan komponen impor yang harganya mahal.
Selain itu, konsep vaksin dari sel dendritik ini tidak memenuhi good manufacturing practice karena dilakukan di tempat terbuka.
Padahal, kata Penny, vaksin Covid-19 harus steril dengan konsep tertutup karena akan disuntikkan ke tubuh manusia.
"Artinya harus ada validasi yang membuktikan produk tersebut sebelum dimasukkan lagi ke subjek, itu steril dan tidak terkontaminasi itu yang ada beberapa tahapan yang tidak dipenuhi," ucapnya.
• Warganet China Minta Pejabat Ini Diam, Langsung Klarifikasi Sebut Vaksin Beijing Kurang Efektif
Penny melanjutkan, tim peneliti vaksin Nusantara ini tak mampu menjelaskan konsep vaksin Nusantara, apakah seperti terapi atau pelaksanaan vaksinasi pada umumnya.
"Konsepnya sendiri belum valid, data-datanya juga masih belum lengkap untuk bisa menjelaskan konsep dari vaksin yang disebut dengan vaksin nusantara ini," pungkasnya.
Apakah Vaksin Nusantara benar-benar sudah tamat setelah divonis mati BPOM?
Ternyata tidak.
Dalam catatan Dahkan Iskan di grup facebook DahlanIS. berjudul Sudi Nusantara, VAKSIN Nusantara sudah dimatikan. Hidup Vaksin Nusantara!, ternyata masih banyak orang yang percaya dan memilih menggunakan vaksin yang sudah divonis mati BPOM tersebut.
Mereka antre di Rumah Sakit TNI Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta untuk menjalani vaksinasi mandiri lewat Vaksin Nusantara.
Satu di antaranya adalah Letjen Purn Sudi Silalahi bersama istri.
Mantan menteri di era SBY itu percaya betul pada keahlian Terawan Agus Putranto.
Sudi menjalani tahap pengambilan darah sekitar 20 cc. Tepatnya 8 ampul kecil. Darah tersebut diberi antigen. Lalu disimpan di lab selama 2 minggu.
• Gara-gara Kasus Pembekuan Darah, Hong Kong Tunda Pengiriman Vaksin AstraZeneca
Setelah muncul antibodi di darah itu, Sudi harus kembali ke RSPAD lagi. Darah tersebut akan dimasukkan kembali ke tubuhnya. "Saya tadi diberi tahu untuk datang lagi tanggal 28 April," ujar Sudi Silalahi.
Itulah cara yang disebut menimbulkan antibodi Covid-19 melalui sistem sel dendritik. Sel dendritik itu kemudian ''mengajar'' sel-sel darah kita. Yakni bagaimana cara memunculkan antibodi –yang lebih awet bertahan di dalam badan, bahkan bisa jadi seumur hidup.
"Minggu ini tiap hari 40 orang dulu," ujar Terawan Agus Putranto.
Ia mengetahui bahwa yang antre untuk divaksinasi lewat Vaksin Nusantara begitu banyak.
"Mulai minggu depan satu hari sudah bisa 80 orang," katanya.
Setelah BPOM menvonis mati Vaksin Nusantara, Terawan Agus Putranto tidak banyak bicara.
Ia langsung memindahkan peralatan laboratorium dendritiknya dari Semarang ke RSPAD Jakarta.
Maka orang yang ingin punya imunitas Covid-19 sudah bisa lewat Vaksin Nusantara.
Orang bisa datang ke RSPAD.
• Sudah 5.437 Lansia di Batam Disuntik Vaksin Corona, Kadinkes Jamin Ketersediaan Vaksin
Atas keinginan sendiri. Dasarnya: otonomi pasien.
Pasien berhak mendapatkan terapi sesuai dengan keinginannya: vaksinasi pakai darahnya sendiri.
Dahlan Iskan menduga Terawan Agus Putranto akan menempuh jalan mirip sukses terapi Digital Subtraction Angiography (DSA) yang dulu juga ditentang habis-habisan oleh IDI.
Sampai saat ini sudah lebih 40.000 orang yang menjalani DSA –termasuk Dahlan Iskan dan istrinya.
DSA adalah terapi untuk membersihkan saluran darah di dalam otak hingga populer disebut ''brain wash''.
Digital Subtraction Angiography (DSA) adalah pemeriksaan yang memberikan gambar lumen (permukaan bagian dalam) pembuluh darah, termasuk arteri, vena dan serambi jantung. Gambar ini diperoleh dengan menggunakan mesin Sinar-X bantuan komputer yang rumit.
Media kontras khusus, atau 'dye' (cairan bening dengan kepadatan tinggi) biasanya disuntikkan agar persediaan darah ke kaki, jantung atau organ tubuh lainnya mudah dilihat.
Baca juga: Umroh Kembali Dibuka Pada Awal Ramadhan 2021, Hanya Untuk Orang yang Sudah di Vaksin
Pertemuan Sudi Silalahi dan Terawan Agus Putranto
Sudi Silalah bertemu Terawan saat berpangkat mayor di RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada 2008.
Sudi Silalahi sudah berpangkat mayor jenderal menjabat sekretaris Menko Polhukam.
Saat itu Sudi lagi cek kesehatan ke RSPAD dan bertemu dokter Mayor Terawan Agus Putranto.
Dalam perjumpaan itu, Mayor Terawan Agus Putranto curhat ke Sudi: minta dibelikan alat untuk DSA.
"Saya punya keahlian di bidang itu, tapi tidak ada alatnya," ujar Terawan seperti diutarakan Sudi.
"Pak Terawan menjelaskan betapa pentingnya alat itu. Cara menjelaskannya bagus dan mudah dipahami. Tapi saya ya tetap tidak mengerti," ujar Sudi merendah.
Kepada Terawan Agus Putranto, Sudi Silalahi menjelaskan bahwa ia bukan pejabat yang punya wewenang mengadakan alat itu.
"Wewenang mengusulkan pun tidak punya," ujar Sudi Silalahi.
Baca juga: 7.000 Guru di Batam Sudah Divaksinasi Covid-19
Tapi Sudi Silalahi mengatakan akan berusaha membantu Terawan.
Sudi Silalahi pun lantas menemui Kepala Staf Umum TNI Letjen Supriadi. Yang ditemui juga tidak bisa memberikan janji apa pun –kecuali sebatas akan mengusahakan untuk mengusulkan.
"Jangan harap empat tahun sudah berhasil," ujar Supriadi.
Belakangan Sudi Silalahi pun sudah lupa soal itu. Kesibukan lain begitu banyak. Apalagi Sudi lantas pensiun dari dinas militer.
Empat tahun kemudian Sudi Silalahi menjadi sekretaris kabinet. Sedang Terawan tetap di RSPAD dan pangkatnya pun masih tetap mayor. Saat itulah si mayor menghadap sang menteri.
"Ternyata ia menghadap untuk minta saya me-launching program DSA di Gatot Subroto. Saya kaget, karena sebenarnya saya sendiri sudah lupa," ujar Sudi.
Baca juga: Vaksinasi Corona di Lingga, Tenaga Pendidik di Kecamatan Singkep Jadi Prioritas
Sudi Silalahi menolak.

Ia merasa bukan wewenangnya untuk melakukan yang bukan bidangnya. Tapi Terawan Agus Putranto ngotot.
Terawan mengingatkan alat itu ada karena jasa Sudi Silalahi.
Sudi Silalahi tetap menolak.
Akhirnya terjadi kompromi: tidak perlu ada launching. Langsung saja jalan. Sudi Silalahi mau jadi pasien pertama yang menggunakan alat DSA itu.
Baca juga: Diizinkan oleh FDA, AstraZeneca akan Lanjutkan Uji Coba Vaksin Covid-19 di AS
Seminggu kemudian Sudi Silalahi ke RSPAD. Untuk menjalani pemeriksaan awal. Saat itulah diketahui ada benjolan di pembuluh darah otak Sudi Silalahi.
Terawan sebenarnya berani saja melakukan DSA untuk kasus Sudi Silalahi seperti itu. Tapi mengingat Sudi seorang menteri maka Terawan usul: bagaimana kalau yang menangani Sudi itu guru DSA-nya yang di Amerika.
Kepala RSPAD pun menghadap Presiden SBY.
Diceritakanlah apa yang dialami di saluran darah di otak Sudi.
Terawan yang menjelaskan. Mereka pun minta izin presiden untuk membawa Sudi Silalahi ke San Francisco.
Terawan mengantarkan Sudi Silalahi ke Amerika. Jadi dikerjakan di sana. Oleh profesor yang juga guru Terawan di bidang DSA. Sekalian Terawan melihat perkembangan terbaru DSA di Amerika.
Baca juga: bright PLN Batam Vaksin Ribuan Pekerja dan Mitra
Berhasil.
Sudi Silalahi hanya satu hari di Amerika. Besoknya sudah bisa langsung kembali ke Jakarta. Ia sehat. Sampai sekarang.
"Kesibukan utama saya saat ini di bidang keagamaan," ujar Sudi Silalahi.
Setelah menjalani vaksinasi mandiri dengan Vaksin Nusantara, Sudi Silalahi hanya mengatakan: saya ingin memenuhi seruan Bapak Presiden Jokowi untuk mencintai produk dalam negeri!
(*/tribunbatam.id)
BACA JUGA BERITA TERBARU TRIBUNBATAM.id di GOOGLE NEWS
Baca Juga Berita lain tentang VAKSIN
Baca Juga Berita lain tentang DOKTER TERAWAN
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Divonis Mati BPOM, Vaksin Nusantara Jalan Terus, Puluhan Antre termasuk Eks Menteri Sudi Silalahi