PELUANG USAHA

Cara Raup Untung dari Porang, Tak Sampai 2 Tahun Penghasilan Rp 3 Miliar

Tanaman porang menjadi idola baru. Berbagai kisah sukses petani porang bisa kita temukan. Mereka meraup untung hingga ratusan juta rupiah

surya/rahardian bagus p
Mujiono (56), petani dari Desa Durenan, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun sukses membudidayakan porang. 

"Satu keluarga dapat Rp 2 miliar tak sampai dua tahun, cukup 1 hektare," kata dia. 

"Bahkan, dengan lahan 400 meter persegi dengan modal Rp 12 juta dalam dua tahun, bisa menghasilkan Rp 120 juta," ujar pria yang meninggalkan profesi sebagai konsultan pajak demi porang.

Namun demikian, Idris bilang, untuk berhasil dalam menanam porang, ada sejumlah catatan yang harus diperhatikan.

Selama ini, dia menerapkan cara modern dan akal sehat ilmu pertanian. 

Oleh karena itu, mutu bibit haruslah yang baik, sehat, dan siap untuk ditanam. "Jangan pernah beli bibit karena harganya murah. Beli bibit yang bermutu," tegasnya. 

"Maka, dua hingga tiga tahun ke depan, saya yakin Sumut dengan memakai pola kita, akan bisa mendekati bahkan mengimbangi produksi Jawa Timur atau Jawa Tengah, karena kita punya hamparan luas," imbuh dia.  

Potensi pasar 

Edy Effendi, pemilik Porang Sumatera Boy, mengatakan, ada 13 negara yang menunggu produksi porang. Sumut saat ini ada sekitar 300 hektare lahan penanaman porang.  

Dia mengaku memilih menanam porang karena tanaman ini sudah menjadi kebutuhan internasional. Ekspor porang sudah menembus Jepang, Korea Selatan, China, bahkan mulai berkembang ke Eropa, Amerika, dan Australia.  

"Bisnis porang ini agak unik. Hilir menanti, hulu tidak ada. Luar negeri sudah menunggu porang dari Indonesia, tapi produksi sangat terbatas. Maka sangat menarik untuk kita investasi dan ini peluang untuk meningkatkan devisa," kata Edy. 

"Makanya, Menteri Pertanian dan Presiden mengangkat porang sebagai komoditas ekspor untuk dapatkan devisa negara," ucapnya. 

Edy sudah bekerjasama dengan Porang Sleman Boy setelah sebelumnya ia berkeliling di Jawa untuk melihat penanaman porang, menemui ahli porang yang memiliki banyak pola pengembangan. 

Namun, ia menemukan hal yang berbeda pada Porang Sleman Boy karena Idris Tampubolon bekerjasama dengan peneliti.  

"Penelitian porang ini paling banyak di UGM. Jadi yang dikembangkan Pak Idris didukung para peneliti, dan setelah itu hasil dari pengembangannya sangat signifikan sehingga menjanjikan," ungkap Edy.  

Dengan modal Rp 12 juta saja dan lahan 400 meter persegi, tanaman porang bisa menghasilkan Rp 120 juta untuk petani profesional. Sementara untuk petani pemula bisa menghasilkan Rp 40 hingga Rp 50 juta. 

Menurut Idris, hal itu sudah dapat mengubah taraf hidup masyarakat. "Dari para pengamat ekonomi Indonesia, porang adalah bisnis jangka panjang, bukan musiman karena 80 persen untuk pangan, dan pangan untuk masa depan," jelasnya. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved