Sosok Khawla binti Al-Azwar Wanita Muslim yang Masuk Dalam Daftar 5 Petarung Terhebat di Dunia
Keperkasaan wanita muslim di medan perang tidak kalah dari kaum laki-laki bahkan menggenparkan
Tomoe Gozen hidup sekitar 1157-1247. Ia bisa disebut sebagai samurai wanita paling terkenal di Jepang atau onna-bogueisha.
Seorang petarung wanita yang tangguh, dia terkenal karena keberanian, kekuatan kekuatan fisik, dan keterampilannya dalam menggunakan berbagai senjata. Dia menggunakan kemampuannya dengan baik untuk berlaga di medan perang.
Dia bertempur dalam perang saudara di Jepang, yang mengarah pada pembentukan pemerintahan shogun (diktator militer) pertama di negara itu, sistem politik yang akan memerintah Jepang dari 1180-an hingga 1868.
Bukan hal yang aneh bagi wanita di Jepang untuk menerima pelatihan militer, dan selama berabad-abad, wanita dari kelas samurai diajari ilmu pedang, memanah, dan penggunaan polearm.
Umumnya, itu adalah pelatihan defensif bagi perempuan untuk melindungi diri mereka sendiri dan rumah tangga mereka tanpa kehadiran laki-laki.
Namun, Tomoe ingin menguji keberanian dan latihannya dalam pertempuran, jadi dia mencari karir aktif sebagai seorang pejuang, dan diterima dalam pelayanan seorang jenderal bernama Minamoto Yoshinaka.
Seperti yang dijelaskan oleh orang-orang sezamannya, “Tomoe sangat cantik, dengan kulit putih, rambut panjang, dan fitur menawan."
"Dia juga seorang pemanah yang sangat kuat. Dan sebagai seorang pendekar wanita, dia adalah seorang pejuang yang bernilai seribu orang, siap untuk menghadapi iblis atau dewa, berkuda atau berjalan kaki."
"Dia menangani kuda dengan keterampilan yang luar biasa. Dia mengendarai tanpa cedera."
"Setiap kali pertempuran akan segera terjadi, Yoshinaka mengirimnya keluar sebagai pemimpin pertamanya, dilengkapi dengan baju besi yang kuat, pedang yang sangat besar, dan busur yang kuat. Dan dia melakukan lebih banyak keberanian dari pada prajurit lainnya.”
Kemampuan terbesarnya terekspos saat pertempuran Awazu, ketika dia menjadi bagian dari pasukan kecil yang terdiri dari 300 samurai yang diserang oleh pasukan berjumlah 6.000 orang.
Tak gentar, perempuan berdaya itu tetap bertarung dnegan mengerahkan semua keberanian dan keterampilannya yang ekstrem dalam melawan rintangan yang luar biasa hingga pertarungan itu hanya menyisakan Tomoe, komandan jenderalnya, Yoshinaka, dan 5 prajurit lainnya.
Dengan akhir yang semakin dekat, Yoshinaka memerintahkan Tomoe untuk meninggalkan medan perang.
Dia berpendapat akan memalukan baginya untuk mati bersama seorang wanita.
Dengan enggan, dia menurut, memenggal satu prajurit musuh lagi dalam perjalanan pulangnya. Setelah itu, dia menghilang dari sejarah. B