HUMAN INTEREST
Duka Keluarga AY, Positif Covid-19 Meninggal Dunia di Anambas, Alami Sesak Napas
Keluarga Ay menceritakan bagaimana ayah mereka mendapat pelayanan fasilitas kesehatan di rumah sakit Anambas hingga meninggal dunia.
ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Duka masih menyelimuti keluarga berinisial Ay.
Kepala keluarga itu menghembuskan napas terakhir akibat penyakit bawaan yang ia derita.
Ay sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 di Anambas.
Ia meninggalkan tiga anak dan seorang istri.
Anak perempuan Ay menceritakan awal ketika ayahnya terpapar virus corona menjalani isolasi mandiri dekat warung tempat usaha mereka tak jauh dari Selayang Pandang (SP).
"Awalnya saya dan ibu juga positif, Alhamdulilah sampai akhirnya negatif. Terus bapak juga kena," ujar anak perempuan Ay membuka cerita kepada TribunBatam.id, Senin (24/5/2021).
Ia sempat meminta pihak Puskesmas untuk merawat ayahnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarempa.

Ini ia lakukan karena tidak memungkinkan ayahnya menjalani isolasi mandiri di warung tersebut.
Maklum, ayahnya memiliki riwayat penyakit jantung.
"Kami khawatir ada apa-apa kalau bapak isolasi mandiri di warung.
Saya bilang ke mereka boleh tidak bapak saya di rumah sakit aja.
Kalau di rumah sakit kan ada oksigen.
Jadi kalau bapak sesak napas bisa langsung ditangani," ucapnya.
Awalnya sang ayah mengalami sesak napas saat itu dan menyerang jantung.
Setidaknya 12 hari ia menjalani karantina mandiri.
"Setiap pasien positif covid-19 ini kan ada yang memantau dari petugas puskesmas.
Ada keluhan ditanya, bapak saya waktu itu ngeluh dia batuk kering dan dadanya sakit.
Baca juga: Update Covid-19 Kepri, Penambahan 215 Kasus Baru Corona
Baca juga: Update Covid-19 Anambas Bertambah 106 Orang
Namun petugas itu bilang oh iya saja dan hanya dikasih obat batuk yang bisa kita beli di warung," ungkapnya.
Melihat kondisi ayahnya yang seperti itu, ia meminta kembali untuk ayahnya bisa dirawat di RSUD.
Namun pihak terkait mengatakan saat itu ruang pasien positif covid-19 sedang penuh.
AY saat itu menurut keterangan anaknya sempat batuk berdarah, hilang nafsu makan.
Saat itu ayahnya langsung menghubungi tenaga kesehatan di Puskesmas, dan mengeluhkan apa yang dirasakannya saat itu.
"Tapi tidak ditanggapi sama sekali sama orang Puskesmas, datang cuma kasih obat batuk saja.
Kami dari keluarga juga bisa beli, hari pertama lebaran saja kita sama sekali tidak ada ketemu bapak.
Karena bapak isolasi mandiri, kami cuma antar makanan saja," tuturnya.
Selang beberapa waktu, ayahnya bisa mendapat perawatan di rumah sakit.
Tetapi pihak keluarga diminta untuk mencari selang pernapasan.
"Bapak kan masuk rumah sakit siang, itu selang oksigennya tidak ada.
Dari pihak keluarga yang disuruh cari.
Sampai malam tidak dapat setelah itu mereka keluarin lah selang oksigen pas malamnya itu.
Katanya stok kosong dan habis, tiba-tiba malamnya ada," jelasnya.
Rasa sedih masih terasa di benaknya.
Sebab selama hidupnya sang ayah bisa dikatakan paling dekat dengan anak-anaknya.
Ada kenangan tersendiri yang jika diceritakan membuat rasa rindu yang teramat dalam.
"Ya walaupun rasa kecewa ada, tapi kita sekeluarga sudah ikhlas, mungkin ini jalannya," sebutnya.(TribunBatam.id/Rahma Tika)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Anambas