PM Muhyiddin Yassin Siap Dipanggil Bodoh, Covid-19 Sandera Negeri Jiran Malaysia
Negeri Jiran Malaysia terus tertekan pandemi Covid-19 yang angka kasusnya terus naik yang membuat publik marah dan PM Muhyiddin siap dipanggil bodoh
TRIBUNBATAM.id - Negeri Jiran Malaysia terus tertekan pandemi Covid-19 yang angka kasusnya terus naik.
Pada Selasa (25/5/2021), tetangga Indonesia mencatat infeksi harian dan kematian mencapai rekor tertinggi.
Lonjakan Covid-19 di Malaysia menekan sumber daya rumah sakit, di mana tingkat hunian melebihi 70 persen pada pekan lalu di tempat tidur dan unit perawatan intensif untuk pasien Covid-19.
Selama berpekan-pekan ramai tagar di Twitter menyuarakan kemarahan mereka.
Masyarakat melihat tekanan pada sistem kesehatannya di tengah lonjakan kasus Covid-19, akibat penanganan pandemi pemerintah yang salah langkah.
Video lima petugas medis berbaju pelindung putih berjuang menyadarkan pasien Covid-19 di pusat karantina di tepi ibu kota Malaysia menjadi viral pekan lalu.

Pada Selasa (25/5/2021) Reuters melaporkan, perjuangan yang berakhir dengan kegagalan itu menimbulkan kemarahan di masyarakat Malaysia.
"Kapal (negara) kami tenggelam. Kapten (pemerintah) tidak dapat dihubungi," komentar salah satu pengguna Twitter pada video akhir pekan lalu yang menggunakan tagar #KerajaanGagal, atau 'pemerintahan yang gagal.'
"Pada saat ini, cukup banyak yang malu menjadi orang Malaysia dengan pemerintahan seperti ini yang terus menerus gagal sampai kita dibandingkan dengan tetangga." tulis akun Gurmesh.
Baca juga: Covid-19 Malaysia Meledak, PM Muhyiddin: Tak Apa Mereka Panggil Saya Perdana Menteri Bodoh
Akun Mahathir Mahzan berkicau "Kami membutuhkan tindakan yang berani, PM (Perdana Menteri) masa perang dan kabinet masa perang yang ramping dan efektif.
Sayangnya kami memiliki kabinet yang bengkak dan sangat tidak kompeten.”
Meski keadaan darurat diberlakukan pada Januari, pemerintah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin terlihat masih berjuang mengendalikan infeksi.
Hal ini memicu kemarahan publik.

Kementerian kesehatan dan kantor Muhyiddin tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Reuters melaporkan, pasien dalam klip video bernama Abdul Malik Daim (43 tahun), meninggal di samping tempat tidur susunnya, di fasilitas karantina pada Sabtu (22/5/2021).
Pasien Covid-19 Malaysia itu diketahui telah menjalani perawatan selama tiga hari, setelah dia dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut.
"Meski batuk terus-menerus, pemeriksaan awal mendiagnosisnya sebagai penderita obesitas dengan tekanan darah tinggi.
Abdul Malik dipandang sebagai pasien berisiko rendah karena tidak ada gejala lain," kata saudaranya, Abdul Rahim Daim.
Baca juga: Kasus Baru Covid-19 Tinggi, Malaysia Pertimbangkan Lockdown Total di Selangor
"Mungkin mereka harus menjalani pemeriksaan lagi atau menyuruh pasien untuk saling waspada, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan tepat waktu," katanya kepada Reuters.
Malaysia telah melaporkan lebih sedikit kasus daripada negara tetangga Indonesia dan Filipina.
Tetapi rasio infeksi, lebih dari 16.000 per satu juta, adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, menurut data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Akan tetapi, kemarahan publik disebut mungkin tidak memiliki dampak politik langsung.
Pasalnya parlemen Malaysia ditangguhkan selama keadaan darurat dan pemilihan umum tidak akan berlangsung hingga 2023.
Muhyiddin mengatakan pemilihan awal akan diadakan jika aman untuk dilakukan.
Pada Ahad (23/5/2021), Muhyiddin mengatakan dia siap menerima kritik selama masyarakat memainkan perannya dalam mengendalikan infeksi.

"Mereka bisa memanggil saya 'perdana menteri bodoh', tidak apa-apa," katanya dalam wawancara yang disiarkan televisi.
"Saya tahu betapa sulitnya mengelola, tapi ini tanggung jawab kita bersama."
Pihak berwenang telah dikritik karena tidak memberlakukan pembatasan yang lebih ketat atau mengambil tindakan yang lebih keras terhadap pelanggaran lockdown.
Kampanye vaksinasi yang dimulai pada Februari, tapi ada tuduhan bahwa beberapa penerima vaksin mendapat dosis yang lebih rendah dari yang dibutuhkan.
Pakar kesehatan mengatakan kematian Abdul Malik adalah tanda sistem kewalahan dan menyerukan tindakan yang lebih kuat untuk mencegah keruntuhan.
Pihak berwenang memperketat pembatasan Covid-19 Malaysia selama akhir pekan, tetapi menghentikan penutupan penuh.
Dilansir dari Kompas.com berjudul Malaysia Tertekan Lonjakan Covid-19, Warga Luapkan Amarah Lewat Tagar #KerajaanGagal, pemerintah menyatakan beberapa industri perlu tetap buka.
"Banyak yang khawatir bahwa penutupan yang ketat akan merusak perekonomian," kata Adeeba Kamarulzaman, spesialis penyakit menular di Universitas Malaya.
"Tapi dampaknya akan lebih buruk, atau berlangsung lebih lama, jika kita melanjutkan dengan tindakan setengah hati."
Baca juga: Malaysia Catat Rekor Baru Kasus Baru Covid-19, 6.075 Kasus per Hari, Sebagian Besar di Selangor
Baca juga: Tidak Ukur Suhu Badan Saat Masuk Restoran Saat Pandemi, Mantan PM Malaysia Didenda Rp10 Juta
Baca juga: 5 Nelayan Indonesia Dibebaskan Usai Terobos Perairan Malaysia
.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
(*/ TRIBUNBATAM.id)