BERITA CHINA
Tampang Pemuda China Diburu Otoritas Xi Jinping, Soroti Adu Jotos Militer di Himalaya dengan India
Kritiknya terhadap pemerintahan Xi Jinping yang lambat terbuka soal jumlah kematian dari pihak tentara Beijing vs India di Hilalaya membuatnya diburu
TRIBUNBATAM.id - Konflik perbatasan China dan India di puncak Himalaya ternyata membuat seorang pemuda jadi buruan pemerintah China.
Kritiknya terhadap pemerintahan Xi Jinping yang lambat terbuka soal jumlah kematian dari pihak tentara Beijing, membuatnya diburu-buru hingga bersembuyi di luar China.
Pada Juni 2020, tentara yang bersenjatakan pentungan, batu, dan tinju saling bertarung selama berjam-jam dalam kekerasan yang menewaskan 20 tentara India.
Beberapa bulan kemudian, pada Februari 2021, China baru mengakui pertempuran itu menewaskan empat tentaranya sendiri.
Wang Jingyu yang berusia 19 tahun lantas secara terbuka mempertanyakan di media sosial mengapa pemerintah China menunggu enam bulan untuk merilis informasi tersebut.
Baca juga: China VS India Masih Belum Berdamai, India Klaim 40 Tentara China Tewas Terluka Dalam Perkelahian
Polisi di kampung halaman Wang di Chongqing dilaporkan telah menguntitnya karena melanggar undang-undang 2018.
Di mana, melarang para pahlawan dan martir direndahkan martabatnya dan memanggil orangtuanya untuk diinterogasi.
Saat dalam perjalanan dari Istanbul ke New York, para aktivis mengatakan pihak berwenang menangkapnya pada 6 April 2021 di Bandara Internasional Dubai.

Dia yang awalnya warga China saat ini menjadi warga tetap Amerika Serikat.
Dia dibebaskan Dubai pada Kamis (27/5/2021) dan menuju Turki setelah menghabiskan berpekan-pekan di tahanan.
Beijing telah mencari Wang Jingyu atas komentar negatif di online tentang konfrontasi mematikan antara pasukan China dan India tahun lalu.
Aktivis dan pendukungnya mengatakan petugas polisi berpakaian preman menangkap remaja berusia 19 tahun itu, ketika turun dari penerbangan Emirates pada Bandara Internasional Dubai pada bulan April 2020.
Dilansir AP, Jingyu mencoba terbang ke New York, AS saat itu.
Departemen Luar Negeri AS mengakui penangkapannya.
Baca juga: China vs India Memanas, Tentara Penjaga Perbatasan Kedua Negara Bentrok, 20 Tentara India Tewas
Menggambarkan kasus tersebut sebagai masalah hak asasi manusia dan memperingatkan dapat menghadapi ekstradisi ke China.
Dia dibebaskan hanya beberapa jam setelah The Associated Press (AP) mulai mengajukan pertanyaan tentang kasusnya.
Kasus Wang muncul ketika Uni Emirat Arab, yang telah lama menjadi mitra pertahanan AS di Timur Tengah, semakin dekat dengan China dalam beberapa tahun terakhir ini.

Khususnya dalam perdagangan dan memerangi pandemi virus Corona.
Hal itu telah memicu kekhawatiran di antara para pejabat AS, di tengah apa yang oleh para ahli sebut sebagai konflik kekuatan besar yang dihadapi AS dengan China dan Rusia.
"Kami tetap waspada dengan pelanggaran dan pelanggaran hak asasi manusia di China dan menyerukan pihak berwenang China untuk menghormati kebebasan fundamental," kata Departemen Luar Negeri AS.
Baca juga: CHINA Bungkam Keluarga Korban Virus Corona, Tim WHO Mulai Investigasi Asal Usul Covid-19 di Wuhan
Dia memiliki hak warga negara sesuai dengan kewajiban dan komitmen internasional China.
Diplomat China di Emirates tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kementerian Luar Negeri China juga belum menanggapi permintaan tentang Wang.
Wang berbicara melalui panggilan video dari penerbangan Emirates, menunjukkan tiketnya kembali ke Istanbul.
"Polisi di sini sangat buruk," kata Wang.

"Hari ini, mereka tiba-tiba membawa saya ke pesawat," tambahnya.
"Mereka bahkan tidak mengembalikan pakaian atau sepatu saya, hanya memberi sandal jepit untuk dipakai," ungkapnya.
"Mereka tidak memberi saya apa-apa, hanya paspor dan telepon," urainya.
"Mereka sangat mengerikan, bahkan sangat buruk," kata Wang.
Wang menjadi perhatian pihak berwenang tahun lalu.
Setelah pertempuran tangan kosong yang brutal antara pasukan China dan India di lembah Karakoram.
Sebah wilayah yang disengketakan setelah perang 1962 antara kedua negara.
Baca juga: VIDEO Detik-detik Bentrokan Berdarah Tentara China Vs India, Adu Jotos di Himalaya, Tonton di Sini
Pada Juni 2020, tentara yang bersenjatakan pentungan, batu, dan tinju saling bertarung selama berjam-jam dalam kekerasan yang menewaskan 20 tentara India.
Beberapa bulan kemudian, pada Februari 2021, China mengakui pertempuran itu menewaskan empat tentaranya sendiri.
Wang kemudian secara terbuka mempertanyakan di media sosial mengapa pemerintah China menunggu enam bulan untuk merilis informasi tersebut.

Sehingga, memicu kampanye pelecehan yang membuatnya melarikan diri ke Istanbul, kata para aktivis.
Polisi di kampung halaman Wang di Chongqing dilaporkan telah menguntitnya karena melanggar undang-undang 2018.
Di mana, melarang para pahlawan dan martir direndahkan martabatnya dan memanggil orangtuanya untuk diinterogasi.
Saat dalam perjalanan dari Istanbul ke New York, para aktivis mengatakan pihak berwenang menangkapnya pada 6 April 2021 di Bandara Internasional Dubai.
Kemudian, menahannya terlebih dahulu dipenjara imigrasi dan kantor polisi.
Saat ditahan, Wang telah diinterogasi oleh polisi Dubai karena membahayakan keamanan nasional.
Menurut pernyataannya, ia telah dikunjungi oleh staf Kedutaan Besar China di Abu Dhabi dan Konsulat di Dubai berulang kali.
Satu kelompok HAM Pembela Safeguard dalam surat kepada duta besar UEA untuk AS pada Rabu (26/5/2021), menekannya untuk menandatangani dokumen yang memungkinkan dia dideportasi kembali ke China.
Dilansir dari Serambinews, dia dicari karena apa yang hanya bisa digambarkan sebagai kejahatan kebebasan berbicara, tambah surat itu.
Lembar tuntutan Penuntutan Umum Dubai yang diperoleh AP menggambarkan Wang menghadapi penyelidikan atas tuduhan menghina salah satu agama monoteistik.
Tuduhan yang biasanya mengacu pada penghinaan Islam.
Namun, Kantor Media Dubai mengatakan Wang malah ditangkap karena tidak membayar tagihan hotel.
"Otoritas China belum menanyakan tentang Wang, mereka juga tidak meminta deportasi ke China, juga tidak ada kontrak antara UEA dan otoritas China terkait dengan Wang," kata Kantor Media Dubai.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan telah secara aktif mencari informasi tentang kasus Wang, karena dia bisa saja dideportasi ke China.
Baca juga: Bentrok Tentara India vs China Tak Pakai Senjata Api, Tapi Pakai Tongkat dan Saling Lempar Batu
"Kami secara aktif mencegah pemerintah asing merangkul taktik mengancam jurnalis dan pembangkang di luar negeri," kata Deplu AS.
"Kami akan terus menjelaskan kepada mitra dan musuh, praktik yang semakin lazim ini harus diakhiri,” jelasnya.
"Kebebasan berekspresi tidak boleh dikriminalisasi," tegas Deplu AS.
UEA, federasi dari tujuh kerajaan di Jazirah Arab, memelihara hubungan ekonomi yang erat dengan China.
Lebih dari 4.000 perusahaan China beroperasi di UEA di seluruh zona bebas ekonominya.
Di mana proyek perbaikan jalan melibatkan perusahaan konstruksi negara China.

UEA mengimpor 40 miliar dolar barang dari China dan mengekspor 9,3 miliar dolar ke sana pada 2019 saja, menurut data perdagangan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pelabuhan Jebel Ali Dubai tetap menjadi titik transshipment penting bagi barang-barang China ke dunia.
AS juga mempertahankan hubungan pertahanan yang erat dengan UEA.
Sekitar 3.500 tentara Amerika beroperasi di negara itu, termasuk di Pangkalan Udara Al-Dhafra Abu Dhabi. Jebel Ali.
Sebuah pelabuhan tersibuk Angkatan Laut AS di luar Amerika.
AS juga merencanakan penjualan senjata senilai $ 23 miliar ke UEA , termasuk jet tempur siluman F-35 canggih, setelah Abu Dhabi mengakui Israel.
Pengaruh China di UEA, bagaimanapun, semakin berada di bawah pengawasan Amerika.
Sejak pandemi virus Corona, UEA sangat bergantung pada vaksin China untuk inokulasi awal di tengah pertanyaan tentang kemanjurannya.
Diplomat AS dan pejabat keamanan secara pribadi memperingatkan negara bagian Nevada untuk tidak menggunakan alat tes virus Corona buatan China.
Baca juga: Lembah Galwan Diklaim Sepihak China, Sudah Jadi Sengketa dengan India Sejak 45 Tahun Lalu
Karena disumbangkan oleh Uni Emirat Arab atas kekhawatiran tentang privasi pasien, keakuratan tes, dan keterlibatan pemerintah China.
The Wall Street Journal pekan minggu ini mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, melaporkan agen mata-mata AS baru-baru ini melihat dua pesawat milik Tentara Pembebasan Rakyat China mendarat di bandara Emirat.
Kemudian, tentara itu membongkar peti material yang belum diketahui isinya.
Para pejabat itu memperingatkan kehadiran militer China yang meningkat di Emirates dapat memengaruhi upaya UEA untuk mendapatkan F-35.

.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
(*/ TRIBUNBATAM.id)