Mengenal Ivermectin, Obat Cacing yang Diklaim Mampu Sembuhkan Covid-19
BPOM RI telah menerbitkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis (PPUK) untuk obat ini yang digelar di delapan rumah sakit berbeda.
TRIBUNBATAM.id - Pendemi Covid-19 yang sudah berlangsung nyaris dua tahun ini, membuat sejumlah ilmuwan melakukan penelitian untuk membuat obat dan penangkal virus corona ini.
Tak terkecuali industri medis. Terbaru, muncul nama Ivermectin yang mendadak viral.
Ivermectin disebut ampuh untuk mengobati pasien yang terinfeksi Covid-19.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir pertama kali mempopulerkannya dengan menyebutnya sebagai obat yang ampuh untuk terapi Covid-19.
Harganya juga dianggap murah, dan terjangkau untuk banyak kalangan.
Kala itu, Erick menyebutkan, setiap tablet dijual dengan kisaran harga Rp5.000 sampai Rp7.000.
Karena murah, dan efektivitasnya tinggi, produksinya bakal digenjot hingga 4,5 juta butir per bulan.
Baca juga: Binance Coin Aset Kripto Paling Moncer di Pertengahan Tahun 2021
Pernyataan pria yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha ini mengejutkan bagi banyak pihak.
Pasalnya, Ivermectin selama ini dikenal sebagai obat infeksi akibat cacing gelang.
Selain itu, obat ini juga dipakai untuk keluhan scabies, penyakit kulit akibat kutu hewan.
Di sejumlah e-commerce, Ivermectin juga banyak dijual sebagai obat-obatan untuk hewan peliharaan, meski mereknya berbeda dengan yang dipakai manusia.
Jadi, apa sebenarnya ivermectin ini? Penggunaan ivermectin sebagai pengobatan pasien yang terinfeksi Covid-19 sebenarnya masih mengundang pro kontra.
Berbagai pihak yang berkompeten belum satu suara terhadap manfaat obat ini.
Kebanyakan yang ragu beralasan belum ada data memadai yang bisa memastikan dosis maupun efek samping obat ini jika dipakai untuk menghalau Covid-19.
Baca juga: Dapat Transferan Uang tanpa Pengirim Jelas? Waspada Ini Modus Baru Pinjol Ilegal
Meski demikian, BPOM RI telah menerbitkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis (PPUK) untuk obat ini yang digelar di delapan rumah sakit berbeda.
Dikutip dari laman Web MD, -seperti disebut di atas, Ivermectin sebenarnya dipakai untuk mengobati infeksi cacing gelang atau jenis parasit tertentu lainnya.
Pada orang dengan sistem imunitas yang rendah, keberadaan cacing ini dapat meningkatkan risiko berkembangnya infeksi lainnya yang lebih mengancam jiwa.
Ivermectin termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai antihelmintik yang bekerja dengan melumpuhkan dan membunuh parasit.
Obat ini dianjurkan diminum dalam keadaan perut kosong atau sebelum makan.
Biasanya disarankan sebagai dosis tunggal atau serangkaian dosis, sesuai dengan anjuran dokter.
Namun, dosisnya harus disesuaikan dengan kondisi tiap pasien termasuk pula dalam hal berat badan, kondisi medis, dan respons terhadap pengobatan.
Terlepas dari manfaatnya, obat ini juga memiliki efek samping harus diwaspadai.
Sakit kepala, pusing, nyeri otot, mual, atau diare adalah efek tambahan mungkin ditemukan pada sejumlah pengguna obat ini.
Karena itu, kita tidak dianjurkan untuk mengonsumsi obat ini tanpa arahan dari dokter.
Konsumsi yang berlebihan juga bisa mendatangkan gejala efek samping yang jauh lebih serius dan berbahaya.
Misalnya saja, nyeri leher atau punggung, pembengkakan di berbagai area tubuh yang berbeda, nyeri dada, detak jantung cepat, kejang, kehilangan kesadaran dan kesulitan bernapas.
Hal yang juga kerap dilewatkan oleh banyak orang adalah interaksi yang terjadi antara beberapa jenis obat jika dikonsumsi bersamaan.
Interaksi ini bisa saja membahayakan untuk tubuh. Ivermectin dapat berinteraksi dengan sejumlah obat lainnya contohnya barbiturat (seperti fenobarbital, butalbital), benzodiazepin (seperti clonazepam, lorazepam), sodium oxybate (GHB), dan asam valproat.
Laris manis di toko online
Obat Ivermectin yang belakangan booming disebut bisa mengobati Covid-19 langsung laris diserbu masyarakat secara online.
Harganya bahkan mencapai Rp 550.000 per setrip di sejumlah e-commerce, melonjak 10 kali lipat dari harga sebelumnya.
Baru-baru ini, mantan Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti mengaku menggunakan obat ini unuk karyawannya yang terinfeksi Covid-19.
Dikombinasikan dengan sejumlah obat dan vitamin lainnya, hasilnya dinilai efektif. Baca juga: Begini Cerita Susi Pudjiastuti soal Ivermectin Popularitas Ivermectin yang mendadak meningkat juga berpengaruh pada harga jualnya.
Obat yang sebelumnya diklaim terjangkau ini nyatanya mengalami kenaikan harga.
Fenomenanya mirip dengan harga masker kesehatan ketika di awal pandemi. Hampir semua masyarakat berlomba membeli obat ini sebagai bekal menghadapi Covid-19.
Berdasarkan pantauan, harga tertinggi obat Ivermax 12 mg dengan kandungan Ivermectin di platform belanja Blibli mencapai Rp 525.000 per setrip.
Satu setrip terdiri dari 10 kaplet, yang per buahnya diminum setiap 48 jam sekali. Sedangkan di Shopee, obat ini dijual dengan harga Rp 350.000 per setrip.
Uniknya, hanya ada satu penjual yang menyediakannya di lokamarket asal Tiongkok ini.
Obat ini juga tersedia secara daring di Tokopedia oleh sejumlah penjual yang berbeda.
Harganya bervariasi, tetapi berkisar Rp 220.000 sampai Rp 550.000 per setrip.
Sebelum Ada Hasil Uji Klinis Kita juga bisa membeli obat cacing ini melalui e-commerce Bukalapak.
Namun, harganya juga berada di kisaran yang serupa, mulai dari Rp 300.000 sampai Rp 450.000 per setrip.
Dari berbagai pasar daring itu, hampir semua penjual obat ini berada di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Jumlah transaksi setiap penjual juga berbeda-beda, ada yang baru beberapa kali, tetapi ada yang sudah dibeli hingga ratusan kali.
Beberapa penjual juga menyediakannya secara pre-order selama dua sampai empat hari.
Sistem pra-pesan ini agaknya bisa menjadi indikasi tingginya minat beli masyarakat pada obat kimia ini.
Agaknya, jumlah kasus Covid-19 yang semakin tinggi dan akses rumah sakit yang makin terbatas membuat banyak masyarakat tergerak membeli obat ini.
Apalagi sudah banyak testimoni di media sosial yang mengklaim berhasil sembuh berkat konsumsi Ivermectin. (*)