NEWS WEBILOG TRIBUN BATAM
Tes Antigen Massal, Ini Arti Pentingnya bagi Kepri Kata Jubir Covid-19 Tjetjep Yudiana
Pemprov Kepri akan melakukan tracing dengan alat tes antigen massal untuk menekan penyebaran covid-19. Simak penjelasannya di sini
TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Pandemi Covid-19 hingga saat ini belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan, meskipun telah dilakukannya PPKM mikro hingga PPKM Level IV.
Guna menekan penyebaran virus corona, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau akan melaksanakan tracing kepada masyarakat berupa rapid rest antigen massal.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Tjetjep Yudiana selaku Juru Bicara Satgas Covid-19 Provinsi Kepri.
Menurutnya, ada dua hal yang mendasar kenapa perlu dilakukan tracing massal ini. Yaitu untuk mendiagnosis siapa saja yang positif covid-19 yang dilakukan dengan alat.
Kedua, untuk mengetahui seberapa besar suatu okulasi besarnya cakupan Covid-19.
Baca juga: Daftar Obat Terapi Covid-19, Azithromycin dan Oseltamivir Kosong di Apotek Tanjungpinang?
Baca juga: IDI Ungkap Penyebab Banyaknya Pasien Covid-19 Meninggal saat Isolasi Mandiri
"Dua hal yang mendasar ini penting untuk ditegakkan dengan alat, yaitu Swab PCR dan Antigen," kata Tjetjep saat mengikuti News Webilog edisi Senin (26/7/2021).
Sementara itu rapid test antibodi dan Ge-nose untuk saat ini dihentikan pemakaiannya dikarenakan belum memenuhi syarat untuk menyatakan diagnosis. Maka yang akan digunakan adalah Swab PCR dan Rapid Test Antigen.
Lantas skrining massal ini kenapa menggunakan Rapid Test Antigen?
Menurut Cecep, Jure, WHO dan Kemenkes sudah mengetahui, bahwa antigen ini sah untuk digunakan sebagai alat penyelidikan epidemiologi.
"Menggunakan PCR ada keuntungan dan ada kekurangan. Keuntungannya lebih tepat mendiagnosis dari pada antigen, kelemahannya lambat keluar hasilnya," kata Tjetjep.
Berbeda dengan antigen, dalam kurun waktu 5 sampai 10 menit dari proses pengambilan sampel, hasilnya sudah bisa diketahui.
"Jadi petugas lebih cepat untuk mengevakuasi jika ada orang yang terkonfirmasi positif," ujarnya.
Sehingga dengan menggunakan antigen, penyebaran virus Covid-19 bisa diputus secara cepat. Selain itu, Tjetjep juga menjelaskan terkait skema pelaksanaan, bahwa pelaksanaan antigen massal ini sangat bergantung pada kapasitas SDM untuk melakukan antigen.
"Target minimal itu 2 minggu pertama. Nantinya data hasil penelusuran harus lengkap dan harus bisa langsung mendeteksi seseorang di lokasi dilakukan tes, sehingga bisa langsung dievakuasi," jelasnya.
Sementara itu, masih banyak masyarakat yang enggan dan bahkan menolak untuk melakukan antigen, hal ini dikarenakan masyarakat takut apabila terdeteksi virus Corona kemudian dikarantina, sehingga keluarga yang ditinggalkannya akan sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Kepri itu menjelaskan bahwa, masyarakat tidak perlu takut untuk melakukan antigen massal nantinya. Karena pemerintah dalam melaksanakan karantina bagi orang yang terpapar Covid-19 akan dipenuhi kebutuhannya, terutama yang dikarantina di tempat-tempat isolasi.
"Mereka ketika dikarantina di tempat isolasi terpadu, pola makannya dijaga sehingga untuk pemulihan akan lebih cepat, sedangkan untuk keluarga yang ditinggalkannya pemerintah juga memberikan bantuan sembako," jelasnya.
Bapelkes Batam: Harus Mengisi Data di Silacak
Sementara itu terkait antigen massal, petugas diminta untuk tidak melupakan data terkait hasil penelusuran.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Bapelkes Batam, Asep Zaenal Mustofa.

"Untuk pelaksanaan antigen massal semua harus bergerak, tidak semata-mata testing. Kita punya alat bantu namanya Silacak. Semua klinik, rumah sakit dan semua yang melakukan pemeriksaan antigen maupun PCR harus lapor ke pusat," kata Asep saat mengikuti News Webilog edisi Senin 26 Juli 2021.
Namun kenyataannya menurut Asep, ketika menghitung data yang ada hanya dari BTKLPPP dan masih banyak yang tidak mengirim atau melaporkan data ke pusat melalui Silacak.
"Informasinya hanya 5 sampai 10 persen yang mengisi Silacak itu, ini harus diisi sehingga kita tahu perkembangan Covid-19 di Kepri," ujarnya.
Testing akan mengukur sejauh mana tingkat sebaran Covid-19 yang sebenarnya.
Menurutnya ketika ada orang yang terkonfirmasi positif, maka harus dilakukan treatment berupa penyediaan tempat evakuasi pasien Covid-19 ke tempat isolasi atau karantina.
"Untuk di Batam sendiri Pak Wali Kota akan menyediakan rusun sekitar 2500 tempat tidur untuk orang yang terkonfirmasi positif Covid-19," pungkasnya.
(Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Corona Kepri