Profil Puan Maharani di Wikipedia Berubah, Ditulis Sebagai Dewan Pencitraan Rakyat, Siapa Pelakunya?

Profil Ketua DPR RI, Puan Maharani, di Wikipedia diubah orang tak bertanggung jawab. , profil Puan yang seharusnya tertulis sebagai Ketua Dewan Perwak

Editor: Eko Setiawan
(Tangkap layar Wikipedia)
Profil Ketua DPR RI, Puan Maharani, di Wikipedia diubah orang tak bertanggung jawab, Rabu (11/8/2021). 

"Ya kalau tujuannya bagi kami kan sebenarnya sederhana saja, kita selama ini kan tidak begitu peka, tidak begitu aware, bagaimana kita bisa membangun semangat pasukan teman-teman tim pemenangan."

"Saya berkali-kali sudah mengatakan dan ternyata lewat baliho sangat efektif," bebernya.

Kata Pakar Politik soal Baliho Tokoh Parpol

Baliho bergambar Puan Maharani di Jalan Pemuda, Blora, Selasa (3/8/2021). (KOMPAS.COM/ARIA RUSTA YULI PRADANA)
Mengutip Tribunnews, Pakar Komunikasi Politik, Lely Arrianie, menanggapi tren baliho tokoh partai politik, seperti Puan Maharani dan Airlangga Hartarto.

Ia menilai, pemasangan baliho tokoh politik di tengah pandemi Covid-19 merupakan tindakan kurang pantas,

"Yang menjadi persoalan ketika mereka menjual diri secara politik dalam situasi yang kita hadapi ini, berbeda dari momen politik yang ada selama ini."

"Kita tengah menghadapi pandemi, yang menjadi pertanyaan siapa wajah di balik baliho itu? Wajahnya adalah wajah-wajah yang sudah sangat dikenal."

"Mereka orang-orang yang sebenarnya tidak perlu dipromosikan lagi. Jadi artinya, tidak lebih penting dari fenomena pandemi sendiri," kata Lely, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Rabu.

Ia meyakini ada tokoh penggagas di balik pemasangan baliho para tokoh.

Meski begitu, menurutnya para kader partai politik tak berani melarang.

Pasalnya, kata Lely, komunikasi partai politik di Indonesia saat ini masih dipengaruhi tindakan paternalisme.

"Sebenarnya di balik mereka yang beriklan itu ada tokoh-tokoh partai yang menjadi penggagas. Tapi jangan lupa model komunikasi politik kita masih dibatasi oleh situasi yang bersifat paternalisme."

"Jadi mereka tidak berani ngomong ke ketua partai untuk jangan dulu iklannya dipajang, karena ada sifat ewuh pakewuh di antara orang-orang di partai politik itu sendiri."

"Apalagi kalau yang menjadi penggagas ketua tertinggi partai," pungkasnya.

Elektabilitas Tokoh Parpol di Tengah Perang Baliho

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved