BINTAN TERKINI
Mengenal Pulau Tambelan, Pulau di Kepri Heboh Dijual Rp 1,4 Triliun Hingga Viral
Berikut ini diulas sekilas mengenai Pulau Tambelan yang heboh karena dijual Rp 1,4 triliun pada media sosial.
BINTAN, TRIBUNBATAM.id - Nama Pulau Tambelan mungkin tak asing lagi bagi Anda.
Apalagi baru-baru ini masyarakat sempat dihebohkan dengan kabar Pulau Tambelan dilelang secara online.
Meski Gubernur Kepri hingga Plt Bupati Bintan bereaksi atas hal itu, bahkan membantah adanya kabar tersebut.
Namun rasa penasaran akan Pulau Tambelan makin tak terbendung.
Mulai dari lokasi Pulau Tambelan termasuk kondisinya.
Berikut diuraikan terkait hal unik yang dimiliki Pulau Tambelan.
Pulau Tambelan merupakan salah satu kecamatan yang masuk Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.
Secara geografis, Tambelan terletak di Laut China Selatan, 210 mil dari Pulau Bintan.
Waktu yang ditempuh untuk sampai di Tambelan sekitar 21 jam.
Jika gelombang besar, waktu perjalanan bisa bertambah 10 jam.
Dengan jumlah penduduk 5.000 jiwa lebih, Tambelan memiliki 7 desa, satu kelurahan.
Untuk sampai Tambelan saat ini masih terbilang sulit. Daerah ini mayoritasnya laut.
Laut memainkan peranan penting dalam memajukan daerah pedalaman melalui perdagangan.
Untuk sampai ke Tambelan saat ini sudah ada rute Sabuk Nusantara hanya 10 hari sekali ke Tambelan dari Tanjungpinang.
Selain itu ada Roro dan pesawat terbang dengan waktu tempuh 1 jam 15 menit dari Tanjungpinang.
Baca juga: VIRAL Pulau Tambelan Kepri Dilelang Rp 1,4 Triliun, Kades: Polisi Sampai Datangi Kami
Baca juga: Pulau Tambelan Kepri Dijual Online, Plt Bupati Bintan Minta Penegak Hukum Bertindak

Hal tersebut disampaikan oleh Bulhaji, Kepala Desa Batu Lepok, Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan.
“sekarang kalua mau ke tambelan sudah enak, karena sekarang sudah ada kapal RoRo, Sabuk, pesawat Susi Airline,” kata Bulhaji kepada TribunBatam.id, melalui sambungan telepon, Sabtu (28/8/2021)
Menurutnya, sebelum 2010 masyarakat di sana menggunakan KM Trigas, kapal kargo yang tidak layak untuk dijadikan kapal penumpang yang jadwalnya keberangkatan cuma 10 hari sekali.
Sementara itu, menurut informasi yang diterima Tribunbatam.id, pada Era tahun 1970 an- hingga 2010, jika ingin menggunakan jalur alternatif selain kapal laut, masyarakat Tambelan biasanya menumpang kapal ikan yang menampung ikan dari nelayan, kemudian dijual di Tanjungpinang, bahkan ikan dari Tambelan dijual sampai ke Singapura.
Jauhnya Tambelan dari pusat pemerintahan, menyebabkan jarang dikunjungi pejabat.
Bisa dikatakan, setahun sekali bupati berkunjung ke sana untuk menemui masyarakat.
PUNYA Peran Penting
Masih seputar Pulau Tambelan yang sempat viral di media social beberapa waktu lalu.
Ternyata Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan memiliki peranan penting dan andil besar dalam sejarah Kerajaan Johor Riau.
Pasalnya, Kecamatan terpencil di Bintan itu pernah menjadi pusat pemerintahan Johor Riau di masa Sultan Johor VII Sultan Abdullah Ma'ayat Syah ketika dalam pelarian dari Lingga. Sultan mangkat di Tambelan dan dikebumikan di sana.
Tambelan pernah disinggahi dan tempat mukim rombongan Sultan Johor VII Sultan Abdullah Ma'ayat Syah tiba di kecamatan yang memiliki 72 pulau besar dan kecil itu, mereka menyebut nama Tambelan dengan Pulau Sabda. Sabda diartikan perkataan atau perintah.
Pasalnya dari Tambelan, Sultan memimpin Kerajaan Johor ketika dalam pelarian. Sehingga seluruh sabda dan kebijakan kerajaan dikendalikan dari Tambelan.
Saat Sultan menetap di Tambelan bersama Raja Bujang yang nantinya menjadi Sultan Johor menggantikan Ma'ayat Shah.
Jumlah rombongan ketika itu diperkirakan ratusan orang. Buktinya dalam catatan Belanda dagh register 1624-1629 di buku King off Johor yang ditulis Leonard Y Andarya, ketika Sultan sudah wafat sekitar tahun 1623 dan dikebumikan di sana, rombongan yang ditinggal Sultan, termasuk di dalamnya Putri Jambi kembali ke Jambi dengan menggunakan 500 perahu.
Baca juga: Reaksi Gubernur Kepri, Pulau Tambelan Bintan Dijual: Sangat Tidak Mungkin Terjadi
Baca juga: Syarat Terbang Tanjungpinang-Tambelan Kini Wajib Tes PCR, Warga: Lebih Mahal Biaya Tes PCR
Jumlah 500 perahu bukan jumlah yang sedikit. Bisa mengangkut ribuan orang. Sayangnya tak ada literatur yang memastikan jumlah rombongan ketika itu.
Hingga kini, peninggalan sejarah rombongan sultan masih ada yang terdiri dari makam-makam rombongan Sultan yang mangkat di Tambelan.
Makam-makam tersebut berada di atas kompek khusus yang ditembok dengan batu.
Batu nisan terbuat dari batu yang diukir dengan tulisan Arab.
Tingginya nisan melebihi orang dewasa. Warnanya hitam.
Jika diamati dari batu nisan, yang meninggal di sana bukan orang sembarangan.
Pasti pejabat tinggi di kerajaan. Kini makam Sultan Johor yang berada di komplek pemakaman Desa Batulepuk itu terlihat megah karena sudah dilakukan pemugaran.
Sedangkan makam di dekat Bentayan, kurang terawat. Batu nisan terlihat tak terurus.
Warga banyak berkebun di sekitar lokasi makam.
Hanya makam Sultan yang terlihat terawat.
Makam dominan dengan warna kuning.

Perubahan nama Pulau Sabda jadi Timbalan terjadi tahun 1784 ketika terjadi Perang Riau (1782-1784) yang lebih dikenal Perang Bahari.
Dalam perang itu, tak boleh dilupakan, peran besar yang diberikan oleh datuk-datuk asal Pulau Tujuh, yaitu Datuk Jemaja, Datuk Siantan, Datuk Pulau Laut, Datuk Serasan, Datuk Subi dan Datuk Pulau Sabda atau Tambelan.
Hal ini diperkuat dengan laporan Kontelir A.W.L. Vogelesang dalam “Gegeven Betreffende den Tambelan en den Watas Archiep” (1921).
Dalam Adat Rechtbundels 26 halaman 12 disebutkan, Datuk Pulau Sabda berhasil merebut meriam-meriam dari kapal perang Belanda.
Sebagai imbalan, Sultan Mahmud Syah III memberikan gelar Datuk Petinggi Timbalan Riau Maharaja Lela Setia kepada Datuk Pulau Sabda.
Arti lela adalah meriam. Timbalan artinya wakil, suatu kedudukan sangat istimewa.
Saking istimewanya, sebelum datuk di Pulau Tujuh itu bisa menghadap Sultan, mereka berkumpul dulu di Pulau Sabda sebagai penghormatan kepada Datuk Pulau Sabda.
Setelah menghadap Datuk Pulau Sabda, baru mereka bisa menjumpai Sultan.
Bisa dikatakan, Datuk Tambelan ketika itu jadi wakil sultan.
Sejak saat itu tak disebut lagi Datuk Pulau Sabda, tetapi Datuk Timbalan. Dan nama Pulau Sabda jadi Pulau Timbalan.
Lidah Belanda melafalkan Tambelan berlangsung hingga detik ini.
Baca juga: Terkendala Anggaran, Pemkab Bintan Tiadakan Program Mudik Gratis ke Tambelan
Jika dianalisa, tentang anugrah gelar Datuk Petinggi Timbalan Riau Maharaja Lela Setia, kepada Datuk Pulau Sabda, maka dalam tradisi peanugrahan gelar Kerajaan Riau, gelar tak diberikan kepada seseorang apabila tak ada sesuatu prestasi yang luar biasa yang diraih penerima gelar.
Saat itu Sultan Mahmud tak pernah memberikan gelar kepada siapapun kecuali kepada Datuk Pulau Sabda.
Satu- satunya yang dapat gelar ini Datuk Pulau Sabda.
Hal ini dikarenakan peran Datuk Pulau Sabda sangat besar dalam Perang Riau yang menyebabkan Belanda mengundurkan diri dari medan perang perairan Riau ke Malaka.
Belanda mundur karena kapal perang mereka Malaka’s Walvaren dihancurkan.
PERNAH Berstatus Otonomi Khusus
Masih seputar Tambelan, Kecamatan terluar dari Kabupaten Bintan ternyata pernah diberi otonomis Khusus oleh Belanda.
Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, diberikan otonomi khusus di zaman Belanda. Dan Tambelan mendapat pilihan pertama sebagai daerah otonom di seluruh Keresidenan Riau, sebagai ujicoba yang nantinya diterapkan juga ke daerah lain.
Untuk melaksanakan penghargaan dari Belanda, maka dibentuklah Negeri Tambelan dengan cara diberi nama gemeinshaaft atau masyarakat adat yang dibentuk berdasarkan kemauan bersama dan diatur dengan adatnya. Masyarakat ini diketuai atau dipimpin oleh seorang yang diberi gelar Datuk Kaya.
Berdasarkan kesaksian Ramli Ismail, kata peneliti sejarah Kepri Atmadinata, pada waktu itu, masyarakat Tambelan dikumpulkan di lapangan bola untuk memilih Datuk Kaya.
Orang yang dipilih dari keturunan yakni orang yang masih berhubungan dengan Datuk Kaya dulu. Dan akhirnya masyarakat sepakat memilih Hasnan bin Yahya sebagai Datuk Kaya yang memimpin masyarakat adat.
Sebulan setelah peristiwa itu, keluarlah surat keputusan dari Belanda Resident Riouw No 221 tertanggal 28 Mei 1929 dengan lampiran berisikan tatacara kerja masyarakat adat sesuai dengan Indische Staatsregelling (IS) atau UU Belanda tentang pengaturan pemerintahan.
Status otonomi Tambelan hingga saat ini tak pernah dicabut secara tertulis.
Hanya saja tidak berlaku dengan sendirinya karena telah lahir beberapa kali peraturan perundangan yang mengatur tentang pemerintah daerah dan otonomi daerah.
Selama Tambelan dijadikan daerah khusus, ada beberapa keberhasilan yang dilakukan masyarakat Tambelan.
Baca juga: Benarkah Pulau Tambelan di Kepri Dijual? Ini Kata Wakil Ketua I DPRD Bintan
Misalnya di Tambelan dibangun rumah jabatan Asisten Wedana yang sekarang jadi rumah dinas camat.
Kemudian dibangun juga balai pengobatan, kantor Lembaga Adat Tambelan, sekolah PGA, kantor sosial, balai desa, Masjid Raya Tambelan, dan yang paling jauh dari Tambelan yakni dibangunnya Rumah Adat Tambelan di Belakang Gedung Daerah Tanjungpinang.
Sayangnya Rumah Adat itu saat ini tidak dimanfaatkan optimal oleh warga Tambelan yang berada di Tanjungpinang.
Rumah Adat yang dibangun zaman Belanda itu hanya disewakan kepada pihak lain. Atmadinata menambahkan, otonomi khusus ini merupakan penghargaan khusus kepada Tambelan.
Bukan tidak mungkin Otonomi Khusus Tambelan dikembalikan seperti masyarakat adat di Yogyakarta, dan daerah lainnya di Indonesia. Tetapi memang perlu kajian lebih dalam lagi.
Ya, menilik sejarah Kecamatan Tambelan, daerah itu memainkan peran yang sangat penting sejak abad 16 di kawasan Sumatera.
Tetapi, kini, Tambelan hanya sebuah kecamatan kecil dari Kabupaten Bintan yang terlupakan.
Daerah yang melahirkan banyak profesor itu masih tertinggal dan terus tertinggal dari daerah lain.
Tambelan tenggelam dari zaman kejayaannya hanya meninggalkan kenangan sejarah untuk kita berkaca menatap masa depan.
POTENSI Wisata Pulau Tambelan
Isu penjualan Pulau Tambelan yang viral saat ini, pemerintah pusat menjadi lebih mengenal Tambelan yang berada di daerah terdepan di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulau Riau.
Pulau itu memiiki keindahan alam yang luar biasa. Mulai dari terumbu karang, pulau pulau yang indah dan banyaknya ikan laut.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pernah melakukan penelitian singkat di Pulau Pejantan 2017 karena pulau itu memiliki keistimewaan tersendiri terutama spisies dan tumbuhan yang tak ditemukan di daerah lain.
Bahkan kapal kapal super yatch, kapal pesiar dari negara asing berlabuh di beberapa pulau di Tambelan untuk menikmati keindahan alamnya.
Ada juga paket wisata dari Singapura yang dijual di sana dengan paket yang mahal. Paket wisata itu mudah kita temukan di internet.
Warga negara asing itu benar benar menikmati keindahan gugusan Pulau Tambelan yang masih alami dan memiliki keistimewaan terumbu karang bawah laut yang menawan.
Tak heran Nasional Geografic dari Australia sempat membuat video bawah laut di Tambelan.
Inilah sebagai tanda mereka mengagumi keindahan alam bawah laut di Tambelan.
Ke depan, dengan adanya kejadian ini, mudah mudahan pemerintah pusat bisa mengembangkan pulau itu sebagai salah satu kawasan destinasi ekowisata bahari di Indonesia.
Bahkan, Tambelan tercatat banyak hasil penelitian sebagai kawasan persinggahan dan bertelurnya penyu penyu dunia.
Setiap malam di gugusan Pulau Tambelan itu banyak penyu hijau dan penyu belimbing yang langka bertelur di sana.

Dalam setahun di Tambelan bisa menghasilkan ratusan ribu telur penyu.
Di sanalah salah satu pusat menetasnya anak anak tukik di dunia.
Peneliti dari Amerika pun tahun 1913 pernah melakukan penelitian di sana dalam buku laporan yang diterbitkan United State National Museum, Serikat di tahun yang sama.
Peneliti asing ini mencatatkan nama nama pulau, nama hewan dan terumbu karang yang mereka temui di Tambelan.
Jadi, Tambelan sebenarnya juga sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Johor dulu di abad 15. Karena Sultan Johor Abdullah Mu'ahayat Syah mangkat di Tambelan pada 1623.
Dengan pentingnya sejarah Tambelan itu bagi Indonesia dan Kepri, ke depan tentunya kita berharap mudah-mudahan isu-isu soal penjualan Tambelan tak lagi muncul.
Namun yang kita inginkan bagaimana Tambelan menjadi daerah wisata bahari baru di Indonesia. Karena sudah dibukanya penerbangan dari Tanjunginang dengan Susi Airline.
Dan transportasi kapal laut melalui Roro.(TribunBatam.id/Muhammad Ilham)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Bintan