Pimpinan Pasukan Cakrabirawa Sempat Bertemu Suharto Sebelum Culik Dewan Jenderal

56 tahun yang lalu, berlangsung peristiwa berdarah yang menjadi catatan merah dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Tujuh perwira TNI yang ditudi

Editor: Eko Setiawan
tribunnews/istimewa
Jenderal Ahmad Yani dan Monumen Pancasila Sakti yang dibangun untuk mengenang tragedi G30S/PKI 

TRIBUNBATAM.id, PURBALINGGA - Peristiwa sadis yang menewaskan dewan Jenderal masih teringat jelas oleh salah satu pasukan Cakrabirawa hingga saat ini.

Seperti yang disampaika oleh Ishak Bahar (87) salah satu saksi hidup dalam peristiwa pembantaian tersebut.

Bahkan meurutnya, sebelum dia berangkat ke lubang buaya, dirinya sempat bertemu Soeharto di RS bersama pompinannya Untung.

Tepat hari ini, 56 tahun yang lalu, berlangsung peristiwa berdarah yang menjadi catatan merah dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Tujuh perwira TNI yang dituding sebagai “Dewan Jenderal” diculik oleh Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa yang diketahui terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, para perwira TNI ini disiksa dan dibantai dalam sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta.

Baca juga: Mantan Pasukan Cakrabirawa Jadi Orang Kaya di Thailand, Bahkan Punya Kebun Luas

Baca juga: Letkol Untung Komandan Pasukan Cakrabirawa, Pimpin Gerakan G30S/PKI, Mantan Anak Buah Soeharto

Buntut dari peristiwa ini, setidaknya 500.000 orang yang dituduh PKI atau simpatisannya, dieksekusi massal di berbagai penjuru Indonesia.

Ada juga yang dipenjara dan diasingkan sebagai tahanan politik selama puluhan tahun tanpa pernah diadili sebagaimana layaknya warga negara.

Salah satu saksi hidup yang mengetahui secara rinci kronologi peristiwa pada malam mencekam itu adalah Ishak Bahar (87), warga Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Ishak Bahar (87), eks Pasukan Batalyon Cakrabirawa yang saat ini bermukim di Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Ishak Bahar (87), eks Pasukan Batalyon Cakrabirawa yang saat ini bermukim di Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. ((KOMPAS.COM/M Iqbal Fahmi))

Lansia yang pernah menyandang pangkat terakhir Sersan Mayor (serma) itu saat peristiwa G30S bertugas sebagai Komandan Regu Pengawal Istana Batalion Cakrabirawa.

“Saya pendidikan di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) terus bertugas di pengawal Istana tahun 1964. Waktu Soekarno pidato di Konferensi Asia Afrika, saya yang mengawal presiden ke Aljazair,” kata Ishak saat berbincang di rumahnya, Rabu (29/9/2021).

Ishak mengungkapkan, keterlibatan dirinya dalam tragedi G30S adalah hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Dia merasa terjebak dalam pusaran politik yang menjungkirbalikkan nasibnya dari seorang patriot yang terhormat menjadi pesakitan berlabel pengkhianat negara.

Masih jelas di ingatan, saat Letkol Untung, pimpinan Ishak di Batalion Cakrabirawa memberi perintah untuk ikut bersamanya.

Padahal, sore itu juga, Ishak ada jadwal mengawal presiden ke Senayan.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved