3 Sosok Jenderal Besar atau Bintang Lima Indonesia, Salah Satunya Selamat Pada G30S/PKI
Sejak 1997 ada tiga orang yang menyandang pangkat jenderal bintang lima yaitu Jenderal Besar Soedirman, Jenderal Besar AH Nasution dan Soeharto
TRIBUNBATAM.id - Kepangkatan dalam militer dan kepolisian Republik Indonesia, yang tertinggi adalah pangkat jenderal bintang empat.
Namun dalam sejarahnya, Indonesia memiliki tiga jenderal bintang lima atau jenderal besar.
Tiga sosok ini dianggap sangat berpengaruh pada masa-masa kemerdekaan Indonesia, termasuk sosok sangat berpengaruh di TNI.
Sejak 1997, baru ada tiga orang yang menyandang pangkat jenderal bintang lima, yaitu Jenderal Besar Soedirman, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution dan Jenderal Besar Soeharto.
Pasal 7 Ayat (2a) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1997 berbunyi, Pangkat Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia, Laksamana Besar Tentara Nasional Indonesia, dan Masekal Besar Tentara Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya diberikan kepada Perwira Tinggi yang sangat berjasa terhadap perkembangan bangsa dan negara pada umumnya dan Tentara Nasional Indonesia pada khususnya.
Dalam bagian penjelasan PP disebutkan, perwira tinggi TNI yang telah sangat berjasa adalah sebagai berikut:
1. Perwira Tinggi terbaik yang tidak pernah mengenal berhenti dalam perjuangannya dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia
2. Perwira Tinggi terbaik yang pernah memimpin perang besar dan berhasil dalam pelaksanaan tugasnya
3. Perwira Tinggi terbaik yang telah meletakkan dasar-dasar perjuangan ABRI
Berikut profil ketiga jenderal besar itu sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber.
Baca juga: Sosok Irjen Ferdy Sambo, Jenderal Bintang 2 Termuda di Mabes Polri, Lulusan Akpol 94
Baca juga: 60 Perwira TNI Dimutasi, Termasuk Jenderal Bintang 2 yang Selama Ini Jaga Presiden Jokowi
1. Soedirman
Jenderal Soedirman lahir di Purbalingga pada 24 Januari 1916.
Sejak kecil ia dididik untuk menjadi anak yang disiplin serta memiliki sopan santun Jawa yang tradisional.
Persentuhannya dengan dunia militer dimulai saat mengikuti latihan Pembela Tanah Air (PETA) angkatan kedua di Bogor.
Setelah itu, ia diangkat menjadi daidanco (komandan batalyon) berkedudukan di Kroya, Banyumas.