CORONA KEPRI

Seorang Mahasiswa Warga Nongsa Kena Covid-19, 2 Kali Vaksin dan Terpapar Tanpa Gejala

Seorang mahasiswa yang merupakan warga Nongsa Batam terpapar covid-19 dengan tanpa gejala. Yang bersangkutan jadi satu-satunya kasus baru.

TRIBUNBATAM.id/SON
Seorang mahasiswa yang merupakan warga Nongsa Batam terpapar covid-19 dengan tanpa gejala. Yang bersangkutan jadi satu-satunya kasus baru. Ilustrasi 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Kendati grafik Covid-19 kian menurun, namun kasus baru masih ditemukan di Batam.

Pada Minggu (10/10/2021), seorang warga Nongsa terkonfirmasi positif Covid-19.

Warga tersebut ialah seorang mahasiswa berinisial Tn. AV (20) yang bertempat tinggal di Kawasan Batu Besar, Nongsa, Batam. Yang bersangkutan telah menerima dua kali dosis vaksin dan tergolong ke dalam kasus konfirmasi tanpa gejala.

"Tanggal 10 Oktober ditemukan hanya satu kasus positif baru, dan ada 2 pasien sembuh serta nol kasus meninggal dunia,"ujar Ketua Bidang Kesehatan Satgas Covid-19 Kota Batam, Didi Kusmardjadi.

Dengan demikian, total kasus positif di Batam sejak awal pandemi mencapai 25.806 kasus, yang mana 24.945 orang telah sembuh, 838 meninggal dunia, dan 23 orang masih dalam perawatan.

Menurut data tersebut, maka tingkat kesembuhan masih menempati angka tertinggi, yakni mencapai 96,6 persen. Sedangkan tingkat kematian capai 3,2 persen, dan tingkat kasus aktif 0,08 persen.

"Peta persebaran kasus, lima wilayah masih zona hijau, yaitu Sagulung, Batu Ampar, Belakangpadang, Bulang dan Galang," tambah Didi.

Baca juga: 3.712 Orang Masuk Batam dari Malaysia Lewat Pelabuhan Batam Center Selama September

Baca juga: Buka Cabang di Bengkong, Beli Mie Meletup Batam Cukup Bayar Pakai Doa

Wilayah dengan jumlah kemunculan kasus terbanyak masih berasal dari Kecamatan Batuaji, dengan 9 kasus aktif.

Kemudian Kecamatan Batam Kota masih ada 4 kasus, Lubukbaja 3 kasus, Sekupang 2 kasus, Bengkong 2 kasus, Nongsa 1 kasus dan Sei Beduk 1 kasus. 

Waspadai Serangan Gelombang Ketiga

Sementara itu, jumlah kasus baru Covid-19 Indonesia belakangan ini memang mulai cenderung melandai.

Hanya saja, masyarakat diminta untuk tetap waspada terutama terkait kemungkinan adanya lonjakan kasus baru saat akhir 2021.

Para ahli bahkan sudah banyak memprediksi bakal ada gelombang ketiga Covid-19 pada akhir tahun nanti.

“Ancaman gelombang ketiga yang diprediksi oleh para ahli akan terjadi di bulan Desember,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Ganip Warsito di Kota Manado, Sulawesi Utara, Minggu (10/10/2021).

Kenapa bulan Desember?

Itu karena, pada bulan Desember nanti, ada dua momentum besar yakni libur Natal dan Tahun Baru.

Momentum tersebut sangat berpotensi memicu kenaikan kasus Covid-19 secara signifikan.

Baca juga: SINGAPURA Buka Pintu untuk Sejumlah Negara Pekan Depan, Indonesia Tak Masuk Daftar

Baca juga: TERUNGKAP! Tak Cuma Maling di Bengkel, 2 Remaja di Batam Ternyata Juga Curi Motor

Selain itu, perubahan cuaca pada periode tersebut juga dapat mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.

“Saat itu (Desember) juga ada pergantian cuaca. Ini yang menjadi suatu ancaman peningkatan Covid-19,” kata dia.

Meskipun demikian, Ganip meyakini bahwa potensi gelombang ketiga tersebut dapat dicegah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan vaksinasi.

Ke dua hal itu merupakan kunci pencegahan dan mitigasi penularan Covid-19, ditambah dengan pola tracing, testing, dan treatment (3T) dalam penanganannya.

"Dua dasar tersebut merupakan hal yang harus senantiasa dilaksanakan demi mencegah terjadinya ledakan kasus di akhir tahun, sebagaimana menurut prediksi para ahli," kata dia.

Sementara itu, Pakar Epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman meminta agar pelonggaran kegiatan masyarakat harus ditunda terlebih dahulu.

Pelonggaran sebaiknya dilaksanakan hati-hati karena situasi pandemi saat ini baru mereda.

Dicky menilai, penyebaran vaksinasi belum merata di seluruh daerah sehingga pelaksanaan event dan kegiatan bepergian harus diawasi.

Saat ini masih 70 persen lebih orang yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19 secara lengkap.

Kemungkinan adanya gelombang ketiga tidak bisa dihindari.

Namun seluruh pihak dapat mengupayakan agar dampaknya tidak terlalu besar.

Kombinasi 3T, 5M, dan vaksinasi secara kuat bisa mengatasi hal itu.

“Kalaupun gelombang ketiga terjadi, kombinasi tiga hal itu akan bisa mengatasinya. Terutama sekali untuk menghindari gejala parah bagi warga yang terkena Covid-19 dan mengurangi beban fasilitas kesehatan,” katanya.

Singapura Bakal Buka Pintu

Sementara itu, Singapura memutuskan akan melonggarkan perjalanan dari dan ke sejumlah negara dunia yang situasi Covid-19-nya dinilai stabil mulai 19 Oktober nanti.

Rencana itu diumumkan secara resmi oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam siaran langsung di televisi MediaCorp, Sabtu (10/10/2021) lalu.

Hanya saja, dalam daftar negara yang mendapat kelonggaran itu lagi-lagi, tidak terdapat nama Indonesia.

Padahal, kasus Covid-19 di Indonesia saat ini sudah melandai dan tingkat vakinasi juga sudah tinggi.

Provinsi Kepri pun, seperti dikatakan Gubernur Ansar Ahmad, sudah menyatakan siap menyambut kedatangan turis asing.

Bagi Kepri yang statusnya sudah level 1, tentu saja harapannya, pintu perbatasan dengan Singapura bisa dibuka lagi secepatnya.

Hanya saja, negara yang diumumkan bisa dikunjungi oleh warga Singapura adalah Brunei, Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Korea Selatan, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat.

Sedangkan tamu asal Kanada, Denmark, Prancis, Italia, Belanda, Spanyol, Inggris, dan AS, dapat memasuki Singapura tanpa harus menjalani karantina.

Pengumuman ini memang sangat ditunggu-tunggu karena selama ini, setiap orang yang datang dari luar negeri harus menjalani karantina selama 14 hari di hotel yang ditunjuk pemerintah.

Pengumuman PM Lee ini disambut antusias oleh warga Singapura, meskipun disampaikan di saat kasus Covid-19 sedang naik di negara itu.

Baca juga: Gubernur Ansar Ahmad Pastikan Pemprov Kepri Mendukung Penuh Pelaksanaan Travel Bubble

Seperti diketahui, angka Covid-19 harian Singapura bertahan di sekitar 3.500, dalam empat hari terakhir. Puncaknya, Sabtu (9/10), terdapat 3.703 kasus, dan hanya tiga kasus impor.

Terus naiknya kasus Covid-19 dalam dua pekan terakhir membuat pelayanan medis kewalahan.

Kini, bed occupancy ratio (BOR) atau ketersediaan tempat tidur rumah sakit sudah 83 persen, jauh di atas standar WHO, 70 persen.

PM Lee dalam pidatonya menyebutkan bahwa masyarakat tidak perlu panik menghadapi situasi ini meskipun ada beberapa tindakan pengetatan pergerakan warga.

Masyarakat juga harus membiasakan diri untuk “hidup normal bersama virus”.

Pengumuman PM Lee ini menjadi angin segar bagi warga Singapura yang selama ini merasa terkungkung.

Pemesanan tiket langsung melonjak hanya dalam hitungan jam setelah pengumuman pukul 12.00 siang itu.

Akibat banyaknya pemesanan tiket, konter maskapai itu sampai kewalahan.

Seperti dilaporkan The Straits Times, warga mengalami kesulitan teknis dalam membeli tiket.

Hingga pukul 18.00 sore waktu setempat, ada 40-50 antrean di konter tiket.

Tidak hanya untuk bepergian dari Singapura, warga yang membeli tiket untuk memulangkan keluarganya untuk pulang melalui online juga banyak.

Kumar (50), misalnya, memesan tiket secara online untuk putranya yang kuliah di University of Chicago, Amerika Serikat.

"Sekarang tidak ada lagi karantina. Dia bisa kembali selama liburan musim dinginnya. Teman-teman dan keluarganya semua menunggunya di sini,” katanya.

Dua maskapai, SIA dan Scoot, juga mulai meluncurkan banyak jadwal penerbangan untuk memenuhi permintaan akibat perjalanan bebas karantina ini.

Tidak hanya untuk kedatangan, banyak warga Singapura yang ingin menikmati liburan akhir tahun, setelah lebih 1,5 tahun tertunda.

Vaksin Masuk Mal

Pemerintah Singapura juga akan menerapkan aturan ketat bagi warganya ke tempat keramaian. Termasuk kewajiban vaksin serta larangan bagi lansia masuk mal.

Mulai Minggu, pekan depan, 13 Oktober, hanya orang yang divaksin lengkap yang boleh masuk mal.

Waktu seminggu ini untuk memberi waktu bagi pengelola mal mempersiapkan perangkat untuk mendeteksi warga yang masuk mal.

Aturan ini juga sudah diterapkan di Indonesia. Jika Indonesia menggunakan aplikasi PeduliLindungi, Singapura menggunakan aplikasi TraceTogether untuk mendeteksi pergerakan warga.

Di dalam aplikasi ini juga terdapat status vaksinasi seseorang.

Gugus tugas multi-kementerian Covid-19, seperti dilansir Channel News Asia menyebutkan, pemerintah akan menerapkan langkah-langkah pengetatan bagi warga yang belum divaksinasi.

Hal ini untuk mengurangi “ketegangan" pada sistem perawatan kesehatan.

Kementerian Kesehatan (MOH), Kementerian Perdagangan dan Industry (MTI) dan Enterprise Singapore (ESG) dalam pernyataan media bersama menyebutkan bahwa aturan ini berlaku bagi mal dan toko besar yang memiliki luas lantai di atas 930 meter persegi.

MTI dan ESG meminta para tenant, operator mal, dan anggota masyarakat untuk membiasakan diri dengan proses dan pemeriksaan baru ini.

“Hal ini untuk membantu menurunkan risiko penularan dan memperlambat laju infeksi masyarakat dalam fase stabilisasi ini," demikian pernyataan bersama tersebut.  (TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita tentang Batam

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved