JELAJAH PULAU

KISAH Komandan Belanda Tewas Makan Durian di Pulau Kepala Jeri Batam

Pulau Kepala Jeri adalah saksi bisu yang usianya lebih dari satu abad. Konon, pulau itu sudah jadi kebun karet sejak tahun 1901. Simak kisahnya.

TRIBUNBATAM.id/BERES LUMBANTOBING
Muhammad Bin Dola bersantai bersama warga di dermaga Pulau Kepala Jeri pada sore hari. 

Rumah itu dulunya dipakai sebagai tempat penampungan pekerja karet dari Pulau Jawa dan tempat sukarelawan pada saat Indonesia bersitegang dengan Malaysia.

Dodi juga masih ingat, ia sering berkelahi dengan sukarelawan kala itu.

"Ada sukarelawan yang masih saya ingat, namanya Ruslan. Sekarang Beliau sudah meninggal. Dia sering berkelahi dengan saya, tapi lama-lama kita berteman,” kenangnya.

Pada masa konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 1962 hingga 1966, Pulau Kepala Jeri menjadi salah satu benteng yang didiami oleh para relawan Indonesia saat keluarnya seruan Soekarno untuk mengganyang Malaysia.

Peninggalan lain di zaman kolonial Belanda adalah bangunan rumah panggung bergenteng tanah liat dengan ukuran yang cukup besar dengan 10 blok kamar.

Rumah itu tempat tinggal prajurit Belanda yang mengambil hasil perkebunan karet di pulau itu.

Menurut cerita yang didengar Dodi, bangunan ini sudah ada sejak tahun 1901.

"Cerita orang tua dulu, komandan Belanda itu juga wafatnya di pulau ini karena minum alkohol lalu makan durian," tambahnya.

Kini, bangunan itu dibiarkan teronggok begitu saja. Ia belum mendengar ada upaya pemerintah untuk memelihara bangunan yang sejatinya bisa menjadi cagar budaya.

Di pulau ini ada jalan semen yang dibangun PT ATT.

Jalan ini gunanya ketika air surut dan boat pompong tak bisa membawa penumpang dari dermaga.

Maka, warga pun akan berjalan menuju Pelabuhan Kapur milik PT ATT, terutama sekali anak SMP yang harus menyeberang ke Pulau Kasu yang jaraknya sekitar 45 menit hingga 1 jam perjalanan.

Warga pulau Kepala Jeri umumnya berusia 50 tahun ke atas, umumnya suku Jawa, keturunan pekerja perkebunan pada zaman Belanda.

Namun keturunan mereka kini sudah berasimilasi dan menikah dengan warga tempatan.

Dodi yang sudah setengah abad tinggal di pulau itu sebagai penoreh karet hafal setiap jengkal tanah di kepala jeri.

Sumber: Tribun Batam
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved