WISATA KEPRI
Hijaunya Sawah ada di Kepri, Selain Destinasi Wisata Dukung Ketahanan Pangan
Hijaunya sawah ternyata tak hanya ada di pulau-pulau besar di Indonesia saja. Kepri bahkan menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata.
"Pernah ada dibagikan bantuan bibit, tapi berasnya gak laku. Gak mau ditanam lagi Pak. Selain itu, pernah juga dapat bibit cabai satu kampet, dengan pupuk 12 kilogram," sahut Titin, istri Abah.
Baca juga: Permainan Rakyat Kepri Ini Masih Lestari Meski Zaman Sudah Digital, Simak Keseruannya
Baca juga: Kuliner Kepri Nan Legit Ini Sudah Terkenal Hingga Negeri Jiran, Enak Dimakan Selagi Hangat
Meski membawa bibit padi tersebut secara mandiri dari kampung halaman, namun hal ini tidak membuat pasangan suami istri ini menjadi perhitungan. Ia tidak segan membagikan bibit padi bagi masyarakat yang mau.
Ia mencontohkan seperti warga Desa Ulu Maras Kecamatan Jemaja Timur yang pernah meminta bibit padi miliknya.
Soal pemasaran pun, Abah dan Titin tak perlu repot-repot.
Selain dijual kepada penampung, ada juga orang Tarempa yang membeli beras dari hasil panennya.
Kini Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat juga telah menjual produk asli desa itu.
Pengemasannya pun tak kalah menarik dengan brand yang lebih dulu tenar.
"Yang beli ada, malah tidak cukup-cukup. Ada juga orang Tarempa datang, seperti yang pegawai-pegawai itu. Kalau padi kering harganya Rp 5 ribu per kilogram," bebernya.
Soal uluran bantuan, baik Abah maupun Titin tidak mau berharap banyak. Beberapa kali ia pernah didata, termasuk mengambil gambar lahan yang mereka kerjakan. Namun sayang, bantuan yang diharapkan tak kunjung datang.
Ia menceritakan, bahwa pernah sampai disuruh membuat rekening ke bank sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh bantuan, namun bantuan yang diharapkan tak jua datang.
Baca juga: Wisata Religi Kepri Ini Mampu Tampung 5 Ribu Orang, Viewnya Langsung Menghadap Laut
Baca juga: Wisata Batam Tak Melulu Pantai, Wahana Anak Ini Berada di Pusat Kota
"Ya gak apa-apa, biarin aja. Mungkin belum rezeki. Padahal pernah dari desa disuruh buat rekening. Sudah di foto-foto dan tandatangan. Gak tahu juga mau dikasih apa," ungkapnya.
Meski terlihat bagus serta sedap dipandang mata, namun Abah mengakui padi yang ia tanam belum mencapai hasil yang maksimal. Salah satu kendala yang cukup berpengaruh terhadap kualitas padi, yakni ketersediaan air.
Untuk mendapatkan air, ia dan istri harus memutar otak. Salah satunya dengan menggali bagian tanah yang berkontur gambut untuk menyalurkan air yang kemudian dibagi-bagi.
Hal ini terbilang ironis, karena tidak jauh dari lahan yang Abah garap, terdapat pintu air yang pembangunannya terbilang baru, namun sayang hanya terdapat tanah di dalamnya dan kering akan air.
Beruntung, hujan mengguyur Jemaja Timur pada dini hari sehingga petani seperti Abah dan Titin tidak perlu bersuah payah menyalurkan air untuk menyiram tanaman padi mereka.
