HUMAN INTEREST

Kisah Sukses Ameng Penjual Teh Tarik Legendaris di Belakangpadang Batam

Kedai Kopi Ameng di Belakangpadang banyak didatangi warga lokal hingga wisatawan gegara teh tariknya. Apa resepnya? Ini kata Ameng

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Rebekha Ashari Diana Putri
Ameng pemilik kedai kopi legendaris di Pulau Belakangpadang, kini sukses menjual teh tarik 

Bahkan, dirinya masih mampu menarik dua gelas berisikan teh tarik panas dengan sangat lihai. Bagaimana tidak, ia telah menekuninya sejak tahun 1980 silam.

Tanpa basa-basi, TribunBatam.id langsung mengajaknya duduk bersama di satu meja yang sama.

Ameng mengiyakan dengan wajah ramah sesekali tersenyum.

Tak lama, ia pun mulai menceritakan tentang pengalamannya saat mendirikan Kedai Kopinya itu.

Kala itu, sekitar tahun 1980, saat Ameng berusia belasan tahun, Ameng memutuskan untuk merantau ke Pulau Belakangpadang karena alasan ekonomi keluarga yang sangat sulit.

Bahkan, saat itu, katanya, ia belum lulus SMP dan usianya masih sangat belia. Namun ia dituntut keadaan untuk mengadu nasibnya di pulau kecil dan jauh dari keluarga.

Ia memulai perjalanannya menjadi seorang pelayan toko di sebuah toko milik sanaknya.

"Awalnya saya ikut orang (bekerja) jaga toko selama beberapa tahun. Uangnya saya tabung untuk buat kedai kopi kecil-kecilan aja. Karena sepertinya, ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat," ujar pria usia 58 tahun itu.

Saat itu, kedai kopi yang ia miliki bernama Kedai Kopi Santai yang berada di tepi laut. Nama itu dipilihnya mengingat pelanggan kedai kopinya dikunjungi oleh orang-orang yang ingin bersantai, dan bercerita.

Pada awalnya, kedai kopi yang ia dirikan masih kecil-kecilan sangat sederhana. Mengingat, ia masih baru merintis usaha tersebut dengan uang tabungan dari hasil kerjanya dulu.

Ia tak menyangka, bahwa kedai kopinya semakin hari semakin diminati oleh masyarakat setempat. Karena pada masa itu, kedainya bukanlah satu-satunya kedai kopi yang ada di pulau tersebut.

Ada beberapa tempat ngopi lainnya yang juga menjual hidangan serupa.

Saat sudah mulai nyaman dan meraup laba dari hasil kerja kerasnya selama merantau dan berjualan itu, tak lama ia kembali diuji dengan keadaan. Ameng saat itu, terkena musibah dan kedai kopinya terbakar.

"Kejadiannya sekitar tahun 1990-an, sempat tidak berjualan juga selama lebih dari satu tahun untuk membuka kembali dari 0," ujarnya.

Sejak saat itu, ia memutuskan untuk berpindah tempat hingga berdiri di tempat yang sama dengan saat ini, yakni tak jauh dari arah pasar dan Pelabuhan Belakangpadang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved