Fakta Mengerikan tentang Varian Omicron yang Bikin Para Peneliti Khawatir

Dunia kini dihebohkan dengan temuan baru virus corona yang bermutasi dengan jenis yang disebut Omicron atau B.1.1.529, karena dianggap cepat menular

Tribun Network
Ilustrasi Covid-19 - Fakta Mengerikan tentang Varian Omicron yang Bikin Para Peneliti Khawatir 

TRIBUNBATAM.id - Dunia kini dihebohkan dengan temuan baru virus corona, yang bermutasi dengan jenis yang disebut Omicron atau B.1.1.529.

Afrika Selatan mencatat pada 16 November 2021, sudah ada 136 kasus harian, dan meningkat tajam menjadi 1.200 kasus pada 25 November 2021.

Kondisi itu pun dikhawatirkan sejumlah ilmuwan dari Center of Epidemic Response and Innovation (CERI) Afrika Selatan.

Varian Omicron dikhawatirkan peneliti karena memiliki mutasi, yang membuatnya semakin mudah masuk ke dalam sel inang, sehingga meningkatkan risiko penularan.

Selain itu, varian Covid-19 Omicron memiliki mutasi dalam tubuhnya, yang membuatnya memiliki kekebalan bawaan terhadap patogen yang dia temui.

Baca juga: Singapura Waspada Omicron, 2 Pelancong Positif Varian Baru Corona Transit di Bandara Changi

Baca juga: Termasuk Hongkong, Kepri Tolak Masuk Sejumlah Warga Ini Cegah Varian Omicron

Kasusnya telah banyak dikonfirmasi di sejumlah negara di dunia, sehingga langkah-langkah pengetatan segera diambil untuk mencegah penyebaran varian tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah mengklasifikasikan varian yang dideteksi pertama kali di Afrika Selatan ini sebagai variant of concern (VoC).

Para ilmuwan di dunia juga menyampaikan kekhawatiran terkait kemunculan varian baru virus corona ini.

Berikut ini alasan kenapa para peneliti merasa khawatir dengan keberadaan varian Omicron:

Lonjakan kasus Covid-19

Mengutip MedicalNewsToday, sejumlah ilmuwan dari Center of Epidemic Response and Innovation (CERI) Afrika Selatan merasa khawatir dengan keberadaan varian baru ini.

Diduga, varian ini menyebabkan kenaikan kasus Covid-19 di Gauteng Afrika Selatan.

Pada 16 November 2021, Afrika Selatan mencatat 136 kasus harian, tetapi pada 25 November 2021 jumlah kasus meningkat menjadi lebih dari 1.200.

Sebanyak 80 persen dari jumlah tersebut berada di Provinsi Gauteng.

Para peneliti menduga, kasus tersebut karena adanya varian baru ini.

Dikarenakan, lonjakan kasus bertepatan dengan deteksi pertama Omicron oleh para ilmuwan.

Baca juga: Fakta-fakta Covid-19 Varian Botswana dari Afrika Selatan, Punya 10 Mutasi Virus Bikin Geger Dunia

Baca juga: Kemenkes Waspadai Batam Soal Varian Omicron, Gejala dan Tingkat Fatalitas Masih Diteliti

Varian mengandung mutasi yang tidak biasa

Direktur CERI Prof Tulio de Oliveria PhD mengatakan, genom dari varian baru Omicron mengandung konstelasi mutasi yang sangat tidak biasa.

Mutasi-mutasi inilah yang dikhawatirkan akan membantu virus untuk menghindari sistem kekebalan atau meningkatkan penularannya.

Oliveria menyampaikan, ada sekitar 50 mutasi di seluruh genom virus Omicron.

Lebih dari 30 di antaranya merupakan bagian yang berperan mengkode protein lonjakan virus.

Dilansir dari kompas, dia menambahkan varian ini memiliki 15 mutasi di bagian RBD genom.

Padahal pada varian Delta, hanya ada dua, dan varian Beta hanya ada 3 mutasi.

Hal ini membuat para ilmuwan khawatir varian baru bisa mencegah antibodi vaksin tak efektif.

Baca juga: WASPADAI Covid-19 Varian Omicron, Pengawasan PMI di Tempat Karantina Batam Diperketat

Baca juga: UPDATE Aturan Masuk Indonesia, Satgas Covid-19 Terbitkan Surat Edaran Cegah Varian Omicron

Kemampuan masuk sel inang lebih mudah

Varian Omicron juga dikhawatirkan peneliti memiliki mutasi yang membuatnya semakin mudah masuk ke dalam sel inang, sehingga meningkatkan risiko penularan.

Selain itu, Omicron memiliki mutasi dalam tubuhnya yang membuat dia memiliki kekebalan bawaan terhadap patogen yang dia temui.

"Semua hal inilah yang membuat kami khawatir bahwa varian ini mungkin tidak hanya meningkatkan penularan, untuk menyebar lebih efisien, tetapi mungkin juga dapat mengatasi bagian-bagian dari sistem kekebalan dan perlindungan yang kita miliki dalam sistem kekebalan kita," kata Pusat Studi Kesehatan dan Kependudukan Afrika Richard Lessells PhD.

Baca juga: Cara Download Sertifikat Vaksin Covid-19 Melalui WhatsApp PeduliLindungi

Baca juga: Janji China Bantu Negara di Afrika Terkait Covid-19, Vaksin hingga Investasi Fantastis

Cakupan vaksinasi dunia belum merata

Ahli virologi dari Universitas Columbia Dr Daniel Griffin berspekulasi bahwa virus mungkin telah berevolusi pada orang-orang yang tidak divaksinasi dan dengan sistem kekebalan terganggu.

Padahal, masih banyak negara dengan cakupan vaksin rendah.

Sehingga, menurut dia, kesenjangan vaksin dalam waktu lama akan membuat virus corona terus beradaptasi terhadap sistem kekebalan manusia.

"Sungguh tidak mengherankan bahwa varian ini sekarang sedang dijelaskan, karena kita terus memiliki begitu banyak bagian dunia dengan cakupan vaksinasi yang rendah, memberi virus jutaan peluang untuk mereplikasi dan memilih varian yang lebih cocok," kata Dr Griffin.

Baca juga: Ganjar Pranowo Bikin Ibu-ibu Menangis Haru, Ingat Mendiang Suami yang Meninggal Karena Covid-19

Baca juga: Vaksin Dosis Kedua Tak Mempan Hadapi Covid-19, Epidemiolog Sebut Perlu Dosis Ketiga, Benarkah?

.

.

.

(*/ TRIBUNBATAM.id)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved