Perusahaan China hingga Amerika Serikat Sahamnya Rontok Imbas Covid-19 Varian Omicron

Saham perusahaan asal China hingga Amerika Serikat (AS) rontok. Selain covid-19 varian Omicron, berikut pemicu lainnya.

TRIBUNBATAM.id/IST
Saham sejumlah perusahaan besar asal China hingga Amerika Serikat (AS0 dilaporkan anjlok, imbas covid-19 varian Omicron. Foto ilustrasi. 

Minat AS pada senjata hipersonik didukung penuh oleh sejumlah produsen senjata lokal.

Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Raytheon Technologies telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor.

Baca juga: Janji China Bantu Negara di Afrika Terkait Covid-19, Vaksin hingga Investasi Fantastis

Baca juga: Amerika Serikat Juara Gold Cup 2021, Menang 1-0 vs Meksiko Lewat Ekstra Time

Mereka mengakui saat ini fokus dunia telah beralih ke perlombaan senjata baru.

Saat ini Pentagon masih menimbang banyaknya kontraktor pertahanan untuk menemukan perhitungan anggaran yang tepat.

Divisi penelitian dan pengembangan Pentagon mengakui sistem persenjataan generasi berikutnya menelan biaya yang sangat besar.

PERINGATAN Intelijen Inggris

Tidak hanya Amerika Serikat (AS), Kepala dinas mata-mata asing Inggris memperingatkan China dan Rusia berlomba untuk menguasai kecerdasan buatan, dengan cara yang dapat merevolusi geopolitik selama 10 tahun ke depan.

Mata-mata dunia mencoba bergulat dengan kemajuan seismik teknologi, yang menantang operasi mata-mata tradisional yang dipimpin manusia, yang telah mendominasi spionase selama ribuan tahun.

Kepala Secret Intelligence Service, yang dikenal sebagai MI6, Richard Moore mengatakan, rekayasa kuantum, biologi rekayasa, kumpulan besar data dan kemajuan dalam kekuatan komputer merupakan ancaman, yang perlu ditangani oleh Barat.

“Musuh kami menggelontorkan uang dan ambisi untuk menguasai kecerdasan buatan (AI), komputasi kuantum, dan biologi sintetis, karena mereka tahu bahwa menguasai teknologi ini akan memberi mereka pengaruh,” kata Moore, yang jarang berpidato di depan umum, pada Selasa (30/11/2021), menurut berita Reuters.

Moore, mantan diplomat yang menjadi kepala MI6 pada 2020, mengatakan kemajuan teknologi selama dekade berikutnya dapat melampaui semua kemajuan teknologi selama satu abad terakhir.

“Sebagai masyarakat, kami belum menginternalisasi fakta yang nyata ini dan potensi dampaknya terhadap geopolitik global. Tapi itu adalah fokus yang sangat hangat untuk MI6,” katanya.

Baca juga: Kisah Wanita dari Maluku Dinikahi Tentara Amerika Serikat, Foto Profil sang Bule Seperti Pria Lugu

Baca juga: China Kerahkan 27 Jet Tempur Masuk Zona Udara Taiwan Buntut Kunjungan Delegasi AS

Perhatian khusus bagi mata-mata di negara demokrasi liberal dunia adalah badan intelijen Rusia dan China, yang bergegas memanfaatkan kekuatan berbagai teknologi canggih, terkadang dengan kecepatan yang lebih cepat daripada di Barat.

Badan-badan intelijen Barat khawatir Beijing dalam beberapa dekade dapat mendominasi semua teknologi utama yang muncul, terutama kecerdasan buatan, biologi sintetis, dan genetika.

Kebangkitan ekonomi dan militer China selama 40 tahun terakhir dianggap sebagai salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan belakangan ini, di samping jatuhnya Uni Soviet pada 1991, yang mengakhiri Perang Dingin.(TribunBatam.id) (Kontan.co.id/Dina Mirayanti Hutauruk) (Kompas.com)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang China

Sumber: Kontan.co.id

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved