Perusahaan China hingga Amerika Serikat Sahamnya Rontok Imbas Covid-19 Varian Omicron
Saham perusahaan asal China hingga Amerika Serikat (AS) rontok. Selain covid-19 varian Omicron, berikut pemicu lainnya.
TRIBUNBATAM.id - Dampak covid-19 varian Omicron mulai dirasakan sejumlah perusahaan teknologi China dan Amerika Serikat.
Saham sejumlah perusahaan teknologi negara adidaya ini rontok di tengah kekhawatiran akan penyebaran covid-19 varian B.1.1.529 ini.
Selain itu gugurnya sejumlah saham perusahaan teknologi asal Amerika Serikat dan China ini dipicu adanya sinyal dari The Fed untuk mempercepat penatikan stimulusnya.
Sinyal aneh dari The Fed membuat investor bersiap untuk kenaikan suku bunga yang akan paling mempengaruhi beberapa saham paling bernilai.
Penurunan itu juga didorong oleh rencana Raksasa ride-hailing China, Didi, untuk keluar dari bursa New York Stock Exchange atau delisting.
Baca juga: Cadangan Migas Laut Natuna Utara yang Diklaim China, Singapura Sempat Dibuat Pusing
Baca juga: Taiwan Andalkan Amerika Serikat Sejak Berkonflik dengan China, Faktanya?
Anjloknya saham-saham teknologi ini telah memukul pencapaian tertinggi pasar saham Wall Street saat ini.
Tesla Inc, Netflix Inc, Nvidia Corp, Amazon.com Inc, dan pemilik Facebook yakni Meta Plaform Inc telah merosot lebih dari 10% dalam beberapa minggu terakhir yang berimbas pada penurunan kapitalisasi pasar mereka hingga beberapa ratus miliar.
Meta saja telah kehilangan kapitalisasi pasar sebesar US$ 224 miliar seham sahamnya mencapai rekor pada September lalu karena sahamnya anjlok hampir 20%.
Aksi jual meningkat pada Jumat lalu, membuat NYSE FANG+ atau indeks yang mencakup saham raksasa industri teknologi turun 10% dari puncaknya.
Itu merupakan pertanda tidak baik menjelang akhir tahun, musim perdagangan saham yang paling tidak likuid.
Bahkan Nvidia yang termasuk sebagai emiten berkinerja terbaik di bursa saham AS tahun ini tidak lepas dari pukulan dengan terkoreksi 4,5% akhir pekan lalu.
Tesla jatuh 6,4% pada Jumat, Adobe Inc turun 8,2% dan Apple Inc turun 1,2%.
Sedangkan Salesforce.com Inc turun hampir 12% pada hari Rabu lalu.
"Ini telah mendorong koreksi saham-saham dengan valuasi tertinggi, ekspektasi pertumbuhan, dan kebutuhan akan pendanaan pasar ekuitas," kata Ben Laidler, Ahli Strategi Pasar Global di eToro seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (5/12).
Baca juga: Penjara Super Ketat China Kebobolan oleh Orang Ini Hanya Hitungan Menit, Siapa Dia?
Baca juga: China Bahkan Amerika Serikat Mengaku Rugi!, Ini Daftar Negara Merana Gegara Kereta Cepat
Anjloknya saham Tesla dan Nvidia sangat membebani Indeks S&P 500 dan Nasdaq 100.
Pergerakan saham perusahaan yang tidak menghasilkan keuntungan bahkan lebih buruk.
Rivian Automotive Inc turun sekitar 40% dari harga tertinggi sepanjang masa.
Indeks Bioteknologi Nasdaq jatuh ke level terendah sejak tahun lalu pada hari Jumat dan berada di jalur untuk mengakhiri 2021 lebih rendah.
Alibaba Group Holding Ltd. dan Baidu Inc anjlok karena regulator AS semakin dekat dengan delisting perusahaan-perusahaan China, membuat indeks NYSE FANG+ semakin terpuruk.
Alibaba jatuh 8,2% pada hari Jumat, sementara Baidu merosot 7,8%. Tesla Inc.
Pada Jumat lalu, Didi mengatakan berencana untuk delisting dari New York Stock Exchange dan bersiap untuk listing di Hong Kong.
Padahal, baru lima bulan lalu perusahaan ini melakukan IPO di AS dengan mengumpulkan US$4,4 miliar.
Di tengah hingar bingar pasca IPO, pengawas keamanan siber China membidik perusahaan ini dengan meluncurkan penyelidikan atas masalah keamanan data.
Didi juga berada di tengah-tengah ketegangan yang terjadi antara pemerintah AS dan China.
Posisinya semakin terhimpit dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: China Buat AS hingga Inggris Cemas, Kembangkan Senjata Mematikan sampai Kecerdasan Buatan
Baca juga: Menhan Singapura Cemas Konflik Amerika Serikat dengan China: Asia Tenggara Bisa Bergejolak
Komisi Sekuritas dan Bursa bergerak untuk menyelesaikan rencana pada hari Kamis untuk meminta perusahaan asing yang terdaftar di AS untuk sepenuhnya membuka pembukuan mereka untuk diperiksa.
Perusahaan-perusahaan itu dapat dihapus dari daftar jika otoritas AS tidak diizinkan mengakses audit selama tiga tahun berturut-turut.
Ada juga lebih banyak tekanan yang datang dari regulator China, yang dilaporkan berencana untuk melarang perusahaan go public di bursa asing melalui struktur entitas kepentingan variabel yang kontroversial seperti yang dilakukan Alibaba, JD.com, NIO, dan XPeng untuk IPO di AS.
KEMBANGKAN Kecerdasan Buatan
China sebelumnya semakin agresif dalam membangun kekuatan militernya.
Negara-negara di dunia pun mulai cemas dengan langkah yang diambil negara pimpinan Xi Jinping ini.
Salah satunya Amerika Serikat.
Dengan negeri Paman Sam, China sedang berkompetisi untuk membuat senjata hipersonik yang mematikan.
Tidak hanya itu, China diketahui sedang berlomba dengan Rusia untuk menguasai teknologi kecerdasan buatan.
Sekretaris Angkatan Udara Amerika Serikat (AS), Frank Kendall mengakui adanya perlombaan senjata hipersonik itu.
Serangkaian uji coba dalam satu tahun terakhir menunjukkan betapa seriusnya kedua negara.
Baca juga: Konsul Amerika Serikat untuk Sumatra Temui Gubernur Kepri, Terkesan dengan Teh Tarik
Baca juga: China Jegal Produk Amerika Serikat, Segera Buat Aturan Penggunaan Barang Lokal
Pernyataan Kendall bukan tanpa alasan, pada bulan Oktober lalu, Jenderal Mark Milley mengkonfirmasi tes senjata hipersonik China.
Menurut para ahli, China sedang mengupayakan sistem yang dapat mengorbit Bumi untuk menghindari pertahanan rudal AS.
Sebuah rudal digolongkan ke dalam hipersonik apabila mampu bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 km per jam.
AS sendiri sepanjang tahun ini telah melakukan beberapa uji rudal hipersonik beserta sistem pendukungnya.
Bulan Oktober, Angkatan Laut AS berhasil menguji motor roket pendorong yang akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan peluncur yang membawa senjata hipersonik ke udara.
Dalam pemaparannya di Pentagon, Kendall berharap bisa mengumpulkan dana untuk segera menghadirkan sistem baru, termasuk program pengembangan hipersonik.
Saat ini Pentagon memasuki siklus anggaran tahunan 2023 dan bersiap menghentikan operasi sistem lama yang memiliki biaya perawatan yang mahal.
Beberapa persenjataan unggulan seperti jet tempur A-10, pesawat kargo C-130, serta drone MQ-9, disebut masih akan tetap dipertahankan.
Namun, Kendall mengakui bahwa persenjataan tersebut tidak bisa membuat China takut.
Minat AS pada senjata hipersonik didukung penuh oleh sejumlah produsen senjata lokal.
Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Raytheon Technologies telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor.
Baca juga: Janji China Bantu Negara di Afrika Terkait Covid-19, Vaksin hingga Investasi Fantastis
Baca juga: Amerika Serikat Juara Gold Cup 2021, Menang 1-0 vs Meksiko Lewat Ekstra Time
Mereka mengakui saat ini fokus dunia telah beralih ke perlombaan senjata baru.
Saat ini Pentagon masih menimbang banyaknya kontraktor pertahanan untuk menemukan perhitungan anggaran yang tepat.
Divisi penelitian dan pengembangan Pentagon mengakui sistem persenjataan generasi berikutnya menelan biaya yang sangat besar.
PERINGATAN Intelijen Inggris
Tidak hanya Amerika Serikat (AS), Kepala dinas mata-mata asing Inggris memperingatkan China dan Rusia berlomba untuk menguasai kecerdasan buatan, dengan cara yang dapat merevolusi geopolitik selama 10 tahun ke depan.
Mata-mata dunia mencoba bergulat dengan kemajuan seismik teknologi, yang menantang operasi mata-mata tradisional yang dipimpin manusia, yang telah mendominasi spionase selama ribuan tahun.
Kepala Secret Intelligence Service, yang dikenal sebagai MI6, Richard Moore mengatakan, rekayasa kuantum, biologi rekayasa, kumpulan besar data dan kemajuan dalam kekuatan komputer merupakan ancaman, yang perlu ditangani oleh Barat.
“Musuh kami menggelontorkan uang dan ambisi untuk menguasai kecerdasan buatan (AI), komputasi kuantum, dan biologi sintetis, karena mereka tahu bahwa menguasai teknologi ini akan memberi mereka pengaruh,” kata Moore, yang jarang berpidato di depan umum, pada Selasa (30/11/2021), menurut berita Reuters.
Moore, mantan diplomat yang menjadi kepala MI6 pada 2020, mengatakan kemajuan teknologi selama dekade berikutnya dapat melampaui semua kemajuan teknologi selama satu abad terakhir.
“Sebagai masyarakat, kami belum menginternalisasi fakta yang nyata ini dan potensi dampaknya terhadap geopolitik global. Tapi itu adalah fokus yang sangat hangat untuk MI6,” katanya.
Baca juga: Kisah Wanita dari Maluku Dinikahi Tentara Amerika Serikat, Foto Profil sang Bule Seperti Pria Lugu
Baca juga: China Kerahkan 27 Jet Tempur Masuk Zona Udara Taiwan Buntut Kunjungan Delegasi AS
Perhatian khusus bagi mata-mata di negara demokrasi liberal dunia adalah badan intelijen Rusia dan China, yang bergegas memanfaatkan kekuatan berbagai teknologi canggih, terkadang dengan kecepatan yang lebih cepat daripada di Barat.
Badan-badan intelijen Barat khawatir Beijing dalam beberapa dekade dapat mendominasi semua teknologi utama yang muncul, terutama kecerdasan buatan, biologi sintetis, dan genetika.
Kebangkitan ekonomi dan militer China selama 40 tahun terakhir dianggap sebagai salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan belakangan ini, di samping jatuhnya Uni Soviet pada 1991, yang mengakhiri Perang Dingin.(TribunBatam.id) (Kontan.co.id/Dina Mirayanti Hutauruk) (Kompas.com)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang China
Sumber: Kontan.co.id