WISATA KEPRI
Ekowisata Batam Punya Pohon Bakau Berusia Ratusan Tahun, Penasaran?
Ekowisata Batam ini banyak dikunjungi wisatawan asal Singapura, China hingga Korea Selatan (Korsel).
Kawasan wisata ini sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti panggung, musola, toilet, warung dan toko oleh-oleh yang dikelola oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) warga Kampung Tua Bakau Serip, Nongsa.
Punya Pohon Bakau Usia Ratusan Tahun
Dari beberapa destinasi wisata mangrove di Batam, salah satu keunikan Pandang Tak Jemu adalah lokasi ini ditumbuhi pohon-pohon bakau berusia tua dan tingginya melebihi seratus meter.
Pohon-pohon bakau di tempat wisata ini terdiri dari beberapa jenis, seperti Pohon Perepat (Sonneratia alba), Pohon Buta-buta (Excoecaria agallocha), dan aneka jenis bakau lainnya.
Di antara jenis bakau tersebut, Pohon Perepat yang tumbuh di bagian luar hutan menghadap ke laut, adalah salah satu pohon tertua.
"Bakau Perepat yang batangnya besar-besar itu usianya mencapai ratusan tahun. Sudah berdiri sejak kakek saya masih kecil," ujar Gery.
Ia mengungkapkan, sejak dahulu, lokasi ini sudah ditumbuhi aneka pohon bakau.
Penduduk sekitar yang tinggal di tempat itu, adalah para penjaga hutan bakau yang rawan ditebang untuk dijadikan arang atau produk perabotan.
Ketika itu, kakek Gery, melarang warga atau pun pendatang untuk menebang pohon-pohon bakau tersebut, karena dinilai sangat penting bagi keberlangsungan desa mereka.
Oleh karena sejak dulu, Bakau Perepat kerap jadi incaran, maka area ini pun akhirnya dijadikan tempat wisata.
Baca juga: Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Anambas Berganti, Haris Lantik Ratusan Pejabat
Baca juga: Pulihkan Ekonomi, Plt. Bupati Bintan yakin Sektor Pariwisata Bintan Bangkit
"Kami jadikan tempat wisata agar jelas ada yang mengelola, sehingga orang luar segan untuk masuk dan mengambil kayu-kayu itu," jelas Gery.
Area hutan bakau ini resmi beroperasi sebagai tempat wisata Pandang Tak Jemu sejak tahun 2018.
Meski diperuntukkan sebagai tempat wisata, hutan bakau Pandang Tak Jemu tak luput dari perawatan warga sekitar.
Biasanya, pengelola wisata kerap memeriksa kondisi pohon-pohon bakau, serta melalukan pembibitan, penyulaman dan penanaman bibit bakau tambahan, baik dengan polibag atau dengan propagul.
"Semua yang kami lakukan di sini selalu melibatkan masyarakat. Harapannya kegiatan wisata dan konservasi ini dapat meningkatkan perekonomian warga juga," tambah Gery.