Benarkah Ada Wabah Zombi? Ilmuan Ini Jelaskan dari Perspektif Sains
Benarkah ada virus zombi di dunia nyata yang di banyak film diceritakan menular dari gigitan kepada korbannya yang akan bermutasi jadi zombi juga?
Hal pertama yang disoroti oleh dokter yang menjuluki dirinya sebagai Dr. Zombie ini adalah gaya berjalan zombi yang terseok-seok dan sulit menjaga keseimbangan.
Menurut Schlozman, masalah gaya berjalan tersebut berakar di otak kecil, sebuah wilayah di bagian bawah otak yang bertanggung jawab untuk keterampilan motorik dan koordinasi manusia.
Kemudian, zombi yang merupakan mayat hidup tampak benar-benar tidak tahu dengan apa yang mereka lakukan.
Hal tersebut menunjukkan beberapa kerusakan atau kelainan pada lobus frontal, yang juga mengontrol impulsivitas, kata Schlozman.
"Anda belum pernah melihat zombi yang ragu-ragu," ucapnya.
Para mayat hidup ini tidak hanya bodoh dan impulsif, tetapi juga terlihat selalu marah, yang bisa menjadi tanda amigdala yang terlalu bersemangat.
Namun, mungkin zombi marah karena mereka tidak cukup makan.
Menurut Schlozman, rasa lapar zombi yang luar biasa mungkin merupakan gejala yang paling sulit dijelaskan dari sudut pandang klinis.
"Gagasan tentang kelaparan dan sakit yang tak terpuaskan itu sulit dijelaskan," ujar Schlozman.
"Ada virus tertentu dan juga lesi tertentu yang dapat memengaruhi wilayah otak, yakni hipotalamus ventromedial, yang memengaruhi rasa kenyang dan itu juga memengaruhi perasaan bahwa Anda sudah cukup makan".
Baca juga: Lagi Ditahan Pemerintah Iran, Selebgram Berjuluk Zombie Angelina Jolie Terinfeksi Covid-19
Zombi dunia nyata
Dilansir dari Scientific American, di hutan Brasil, pada ketinggian hanya sekitar 25 centimeter dari tanah, semut carpenter dapat ditemukan dengan rahang terkunci secara permanen di atas daun, membeku dalam gerakan tanpa akhir, sementara tangkai alien tumbuh di kepala mereka.
Semut ini adalah korban dari jamur ophiocordyceps unilateralis yang juga dikenal sebagai jamur semut zombi.
Jamur tersebut memasuki aliran darah semut sebagai sel tunggal, tetapi sel-sel itu segera menyalin dirinya sendiri dan yang terpenting, membangun koneksi sehingga sel-sel individu dapat berbagi nutrisi.
Hubungan ini membedakan jamur ophiocordyceps dari jamur lain yang hanya membunuh inangnya dan akhirnya membentuk jaringan yang membungkus otot semut.