DISKOMINFO KEPRI
Gubernur Kepri Bawa Tanah Daik Lingga & Air Penyengat saat Kemah di Ibu kota Nusantara
Gubernur Kepri rencananya akan mengikuti kemah bersama gubernur lain di Ibu kota Negara baru, Nusantara pada 13 hingga 15 Maret 2022.
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Septyan Mulia Rohman
TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad akan menghadiri kemah bersama para Gubernur se-Indonesia di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur, Minggu hingga Selasa (13-15 Maret 2022).
Kemah ini akan diikuti juga oleh Presiden RI, Joko Widodo serta sejumlah Menteri yang akan diwarnai dengan ritual adat yang melibatkan air dan tanah.
Sebagai syarat ritual, setiap Gubernur diminta membawa tanah dan air dari daerahnya masing-masing.
Dalam kesempatan ini, Gubernur Kepri Ansar Ahmad didampingi beberapa Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) membawa 2 kilogram tanah yang diambil dari Daik, Kabupaten Lingga dan 1 liter air dari Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang.
Para Gubernur juga diminta untuk mengenakan pakaian adat masing-masing selama kegiatan berlangsung.
Baca juga: Gubernur Kepri Hadiri Rakerwil PKS, Ansar Ahmad Ungkap Kontribusi PKS untuk Kepulauan Riau
Baca juga: Pj. Sekdaprov Kepri Hadiri Pelantikan DPD dan DPC Pelra Riau dan Kepri di Batam
Gubernur Kepri Ansar Ahmad menjelaskan bahwa air dan tanah yang ia bawa akan digunakan dalam ritual adat di IKN Nusantara.
Diyakini ritual ini mengandung makna filosofis agar selalu mengingat asal-muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang sudah ada di bumi Nusantara.
"Sesuai masukan dan saran dari para tetua adat di Kepri, kami putuskan membawa tanah yang kita ambil dari Istana Damnah Daik-Lingga, dan air dari sumur Balai Adat Pulau Penyengat Indera Sakti," kata Ansar Ahmad dalam keterangan yang diterims TribunBatam.id, Minggu (13/3/2022).
Mengapa tanah yang diambil dari Daik Lingga?
Menurut Ansar tanah ini berada di lokasi Struktur Cagar Budaya Bekas Tapak Istana Damnah yang dibangun pada tahun 1860 semasa kesultanan Lingga – Riau Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II (1857-1883).
Serta dibantu oleh yang Dipertuan Muda Riau X Raja Muhammad Yusuf Al – Ahmadi beserta Pemaisurinya (isteri) Tengku Embung Fatimah.
Tepatnya tanah yang dibawa diambil dari lokasi Balai Bertitah (Singgasana) tempat Balai Pemerintahan Sultan yang merupakan Balai Bagian Bekas Istana Sultan Lingga – Riau terakhir di Daik – Lingga Kabupaten Lingga Bunda Tanah Melayu.
Baca juga: Wakil Gubernur Kepri Buka Turnamen Voli, Serukan Semangat Sportivitas
Baca juga: Gubernur Kepri Serahkan Bantuan Dana Hibah Rp 920 Juta untuk Masjid An-Nur Kawal
Sesuai sejarah, istana Damnah tahta pemerintahannya ketika itu diteruskan oleh Tengku Embung Fatimah (1883-1883) sebagai pemerintahan sementara.
Lalu dilantiklah dan dinobatkannya Anandanya Raja Abdul Rahman menjadi Sultan Lingga – Riau pada Tahun 1875 dengan gelar sultan Abdulrahman Muazzam Syah (1885-1991) yang merupakan Sultan Lingga – Riau terakhir.
"Berdasarkan sejarah, sumber tanah yang kami bawa ini sangat erat kaitannya dengan sejarah dan nilai-nilai leluhur Melayu di Kepri," jelas Ansar Ahmad.
