TADARUS RAMADAN

Pengaruh Puasa terhadap Kesahalehan Sosial

Puasa adalah mengatur konsumsi dan mengatur perilaku, berarti suksesnya orang berpuasa adalah adanya perubahan positif pada pola konsumsi dan perilaku

zoom-inlihat foto Pengaruh Puasa terhadap Kesahalehan Sosial
Tribunnews Batam/ Istimewa
Chablullah Wibisono

Pikiran semacam ini tumbuh di dalam pusat akal pada waktu pikiran yang bergantung berubah menjadi tidak bergantung atau disebut abstraheerend tadi, dengan demikian muncullah suatu nafsu untuk mendapatkan ketenangan batin, inilah yang dinamakan nafsu mutmainah (keshalehan sosial) yang pangkalnya berada pada bagian belah dahi otak dimana pusat pangkal akal berada.

Setelah pikiran orang yang berpuasa terbebas dari godaannya dengan alam materi maka meningkatlah
pikiran itu ke dalam badan pikiran dan kemudian mengalami perubahan, mula-mula menjadi intuisi-infraintelektual yang kemudian mengalami perubahan, mula-mula menjadi intuisi-infra-intelektual yang dapat beresonansi dengan alam angan-angan (imaginasi), oleh karena itu pikiran menjadi ideatif-kreatif, kemudian masuk ke dalam prilaku untuk berubah menjadi pikiran yang normatif dan akhirnya mencapai puncak peningkatan yang dapat meninjau secara langsung hakekat tiap-tiap sesuatu dan hakekat terakhir.

Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa aliran materialism, sekularisme dan positivism tidak mungkin dapat membebaskan penganut-penganutnya dari ikatannya dengan materi untuk memperoleh kehidupan spiritual (keshalehan sosial).

Adalah suatu kebohongan besar apabila aliran materialisme mengatakan bahwa umat manusia harus dijamin keputusan materialnya terlebih dahulu untuk dapat memperoleh keshalehan sosial. Pikiran materialisme adalah pikiran yang tidak bebas yang selalu menghambakan dirinya kepada nafsu. Dengan membebaskan diri dari keinginan nafsu jahat maka pangkal Mutmainnah. Pikiran yang bebas dari pengaruh pangkal otak dengan sendirinya menjadi ideatif-kreatif dan mutmainnah (keshalehan sosial).

Kesimpulan

Puasa dalam bulan Ramadhan apa bila dilaksanakan secara integral (kaffah) sesuai Sunnah akan
menghasilkan fisiologi yang sehat, dan psikologi dengan basis intelektual yang cerdas serta spiritual (rohani) yang cerdas, ehingga akan membuahkan perilaku keshalehan sosial. Hasil akhir dari semua proses ke–Islaman yang utuh adalah mu’amallah, dan mu’amallah yang dibutuhkan saat ini adalah keshalehan sosial, bukan keshalehan individu yang mengekspresikan egoisme spiritual, seolah hanya ingin masuk Syuga sendirian.

Prinsip seperti ini tidak ada dalam ajaran Islam, karena Islam memerintahkan untuk berdakwah, agar semua umat manusia bisa bersama-sama masyuk Syurga karena puasanya telah memproduksi keshalehan sosial secara berjama’ah, Wallahu a’lam bisshowab

Daftar Pustaka
Kementrian Agama RI, 2013. Mushaf Al -'Azzam, Qur’an, dan Terjemah, Solo: PT Triad Pustaka Mandiri -
Indonesia
Manan MA, 1995. Teori dan Praktek Ekonnomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Suryadipura, R.Paryana, 1994, Manusia Dengan Atomnya, Penerbit Jakarta Bumi aksara.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved