PILPRES 2024
Survei Pilpres 2024: Pemilih PDIP Cenderung Pilih Ganjar ketimbang Puan, Duet Anies-AHY Unggul
Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mendapati pemilih PDIP cenderung memilih Ganjar Pranowo maju di Pilpres ketimbang Puan
TRIBUNBATAM.id - Survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mendapati temuan menarik, yakni pemilih PDIP cenderung memilih Ganjar Pranowo maju di Pilpres.
Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas menjelaskan, PDIP sebagai partai pemenang Pemilu 2019 dan berbagai survei terkini menunjukkan bahwa elektabilitasnya masih paling tinggi dibanding partai-partai lain.
Karena itu, menurutnya, arah dukungan massa partai ini kepada calon-calon presiden penting diamati.
Dalam survei SMRC terbaru ini, ditemukan bahwa Ganjar Pranowo adalah tokoh yang paling banyak didukung oleh massa pemilih PDIP untuk menjadi presiden dengan 34,2 persen.
"Disusul Prabowo Subianto 11,1 persen, Anies Baswedan 7,2 persen dan Puan Maharani 1,9 persen," kata Sirojudin dalam rilis survei secara daring, Kamis (7/4/2022).
Dia mengatakan dalam setahun terakhir, dukungan massa PDIP kepada Ganjar naik dari 20,1 persen pada Maret 2021 menjadi 34,2 persen pada Maret 2022.
"Namun, dalam 3 bulan terakhir, dukungan massa PDIP kepada Ganjar cenderung stagnan dari 36,7 persen pada Desember 2021 menjadi 34,2 persen Maret 2022," katanya.
Baca juga: Ketika Aparatur Desa Bertanya Kesiapan Luhut Binsar Pandjaitan Maju Pilpres 2024
Baca juga: Kader HIPMI Nyatakan Diri Dukung Erick Thohir di Pilpres 2024, Disebut Cerminan Muslim Berakhlak
Ia pun menyebut kecenderungan dukungan massa pemilih PDIP terhadap Puan Maharani dalam satu tahun terakhir tidak banyak berubah, yaitu 1,3 persen pada Maret 2021 dan 1,9 persen pada Maret 2022.
Tiga Pasang Calon
Temuan survei opini publik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru bertajuk “Prospek Capres 2024" menyebutkan sejumlah hal menarik.
Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas, dalam paparannya menyebut kemungkinan pemilihan presiden mendatang maksimal diikuti tiga pasangan, mengingat presidential threshold yang cukup tinggi, 20 persen.
"Kemungkinan pemilihan presiden mendatang maksimal hanya diikuti oleh tiga pasangan mengingat presidential threshold yang cukup tinggi," kata Abbas saat menyampaikan hasil surveinya bertajuk 'Prospek Capres 2024' secara daring, Kamis (7/4/2022).
Menurut Abbas, pembentukan pasangan calon presiden–wakil presiden dapat ditentukan oleh pola hubungan antar partai untuk berkoalisi.
Pertama, jika ideologi penting, maka partai paling kebangsaan dan partai paling Islam mungkin tak mudah berkoalisi.
PDIP dan PKS mungkin tak berkoalisi di tingkat nasional.
"Partai-partai lain di antara dua partai tersebut dapat saling berkoalisi baik dengan PDIP maupun PKS," kata dia.
Faktor kedua, kata Abbas yakni komunikasi antara elite partai.
Terkait hal ini ada beberapa partai yang tak mudah berkomunikasi, bukan karena ideologi tapi suasana kebatinan di antara pemimpin partai.
Hal itu kata dia berada dalam kubu PDIP dengan Demokrat dan dengan NasDem.
Baca juga: Partai Gerindra Panaskan Mesin Politik Jelang Pilpres 2024, Lantik Pengurus PAC di Karimun
Baca juga: Nama Erick Thohir Semakin Meroket di Bursa Pilpres 2024, Dinilai Layak Dukungan NU
Serta, Partai NasDem dengan Gerindra.
"Karena itu kemungkinan PDIP tidak berkoalisi dengan Demokrat maupun NasDem. Sementara NasDem mungkin tak bisa berkoalisi dengan Gerindra," ujarnya.
Faktor ketiga adalah, adanya partai tiga besar, yang menurutnya yakni PDIP, Golkar, dan Gerindra.
Abbas memperkirakan kemungkinan masing-masing partai tersebut menuntut kadernya menjadi Nomor 1 (Capres) atau miminal Nomor 2 (Cawapres).
"Maka Prabowo, Puan dan Airlangga mungkin maju untuk nomor 1 (Capres) atau nomor 2 (Cawapres)," ujar dia.
Lebih lanjut, faktor keempat yakni intensitas untuk menjadi calon nomor satu.
Hal ini kata Abbas, terdapat pada sosok Prabowo Subianto.
"Prabowo secara intens didorong oleh partainya, Gerindra untuk menjadi calon Presiden," ujar dia.
Sedangkan faktor terakhir kata dia pertimbangan elektabilitas calon.
Di mana berdasarkan hasil beberapa lembaga survei termasuk SMRC, terdapat tiga nama dengan elektabilitas teratas yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Menurut Abbas, kombinasi antara kelima faktor di atas yang memungkinkan bisa melahirkan 3 poros calon.
"Salah satu kemungkinannya adalah poros Gerindra-PDIP, Golkar dan Nasdem-Demokrat. PAN dan PPP bisa menggenapi Golkar. PKS berpeluang menggenapi Nasdem-Demokrat," ujarnya.
Baca juga: Batam Tujuan Puan Maharani Bagi-Bagi Beras, Manuver PDIP di Pilpres 2024?
Baca juga: Prabowo Subianto Diminta Kembali Maju di Pilpres 2024 Namun Gerindra Belum Beri Kepastian
Lebih lanjut kata Abbas, pada poros Gerindra-PDIP, karena Prabowo harus nomor 1 atau Capres, dan Puan Maharani memiliki elektabilitas yang terlalu di bawah, maka Puan mungkin akan menerima menjadi nomor 2 atau Cawapres dari Prabowo Subianto.
Sementara itu, lanjut Abbas, karena elektabilitas Airlangga terlalu lemah, maka kemungkinan akan mencari calon yang paling kompetitif.
"Ganjar Pranowo adalah alternatifnya. Terbuka juga kemungkinan Airlangga menjadi nomor 1 dan Ganjar nomor 2," ucap dia.
Sementara dari keseluruhan nama pasangan yang disurvei, dominan responden memilih pasangan Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Hasil itu didapat setelah SMRC melakukan pembentukan pasangan capres-cawapres dengan lima faktor yakni koalisi, komunikasi antar partai, tiga partai besar, faktor intensitas serta pertimbangan elektabilitas calon.
"Poros Nasdem-Demokrat-PKS dapat mencalonkan Anies Baswedan karena elektabilitasnya cukup baik, sementara Nasdem dan PKS tidak punya kader yang kompetitif," kata Abbas.
Tak hanya itu, dalam hasil survei ini Abbas juga memprediksi kalau AHY bisa diterima sebagai pendamping Anies karena dinilai kompetitif dibanding nama-nama tokoh partai yang lain.
Atas hal tersebut, SMRC melakukan survei terhadap publik dengan mekanisme tiga pasangan yakni Anies-AHY, Ganjar-Airlangga dan Prabowo-Puan.
Hasilnya, dari ketiga pasangan itu Anies-AHY menempati posisi pertama dengan perolehan 29,8 persen suara.
"Hasilnya, pasangan Anies-AHY mendapatkan 29,8 persen suara, Ganjar-Airlangga 28,5 persen, Prabowo-Puan 27,5 persen, Masih ada 14,3 persen yang belum menentukan pilihan," kata Abbas.
Keunggulan Anies-AHY itu kata Abbas juga didapat jika Airlangga Hartarto selaku Ketua Umum Partai Golkar maju sebagai Calon Presiden dan berpasangan dengan Ganjar Pranowo sebagai Cawapres.
Baca juga: Survei Terbaru Pilpres 2024, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo Beda Tipis, Disusul Anies Baswedan
Baca juga: Wawancara Eksklusif Bersama Ketua KPU Kepri Jelang Pilpres dan Pilkada Serentak 2024
Bahkan angka perolehan suara Anies-AHY mengalami penguatan dukungan hingga mencapai 32,3 persen dengan simulasi terhadap tiga pasangan yang sama dan membuat pasangan Airlangga-Ganjar menempati urutan terakhir.
Adapun tiga pasangan yang dimaksud yakni Anies-AHY, Airlangga-Ganjar dan Prabowo-Puan.
"Pasangan pasangan Anies-AHY mengalami penguatan dukungan menjadi 32,3 persen, disusul Prabowo-Puan 29 persen. Sementara suara Airlangga-Ganjar ada di bawah keduanya dengan perolehan 22,6 persen," tukas dia.
Sebagai informasi, survei SMRC ini dilakukan pada 1220 responden yang dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling dan menerapkan wawancara tatap muka yang dilakukan pada 13 hingga 20 Maret 2022.
Demokrat: Anies dan AHY cocok
Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani merespons soal hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menempatkan Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam simulasi Capres-Cawapres 2024.
Menurutnya, apa yang menjadi potret SMRC tersebut memang pasangan ideal yang saling melengkapi.
"Keduanya memiliki rekam jejak yang membanggakan dan prestasi di atas rata-rata. Sama-sama cerdas dan berintegritas. Mas Anies yang telah teruji memimpin dan membawa Jakarta menjadi kota moderen kelas dunia, manusiawi dan beradab," kata Kamhar dalam pesan yang diterima Tribunnews, Kamis (7/4/2022).
Baca juga: 3 Ketua Partai Jadi King Maker Pilpres 2024, LSI Denny JA Sulit Bayangkan Prabowo Cawapres
Baca juga: Duet Maut Pilpres 2024, Jok-Pro Usung Jokowi Prabowo tapi Bantah Presiden 3 Priode
Sementara AHY, dikatakan Kamhar, juga telah teruji kepemimpinannya yang bisa membawa Partai Demokrat keluar dari terpaan krisis dalam bentuk upaya pembegalan oleh KSP Moeldoko.
"Serta berhasil merebut hati dan pikiran rakyat melalui konsistensi sikap politik melakukan advokasi kebijakan sebagai partai oposisi," katanya sebagaimana dikutip dari Tribunnews.
Kamhar menyebut hasil simulasi survei tersebut tentunya menjadi perhatian tersendiri bagi Demokrat.
"Namun karena Partai Demokrat tak bisa mengusung pasangan sendiri yang terkendala presidential threshold, persoalan menjadi berbeda, pendekatannya pun menjadi berbeda," kata dia.
.
.
.
(*/ TRIBUNBATAM.id)