Perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik Santo Damian Bengkong Digelar Lebih Singkat saat Pandemi

Durasi perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik Santo Damian Bengkong, Jumat (15/4) berlangsung sekira 1,5 jam. Padahal biasanya bisa sampai 3 jam

Penulis: Thom Limahekin | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Thomm Limahekin
JUMAT AGUNG - Umat Katolik keluar dari Gereja Katolik Santo Damian Bengkong, Kota Batam, Provinsi Kepri setelah mengikuti Perayaan Jumat Agung, Jumat (15/4/2022) siang. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id – Perayaan Jumat Agung, Jumat (15/4/2022) siang, di Gereja Katolik Santo Damian Bengkong, Kota Batam berlangsung khidmat.

Namun, protokol kesehatan Covid-19 tidak terabaikan oleh ratusan umat yang hadir.

Pengawasan keamanan dan protokol kesehatan sudah dilakukan sejak di halaman parkir. Beberapa pemuda yang mengenakan kartu nama mengatur parkir kendaraan sekitar 200 meter dari halaman gereja. Mereka juga tidak lupa mengingatkan umat untuk mengenakan masker dengan benar.

Persis di depan gerbang utama gereja, beberapa petugas sudah berjaga. Seorang petugas menatap setiap umat yang masuk sambil menawarkan sebotol hand sanitizer dan masker. Kebanyakan umat menerima tawaran itu dengan ucapan terima kasih.

Beberapa petugas lain langsung menunjuk arah masuk ke gereja. Di depan pintu gereja, dua petugas menyambut umat yang datang dan menunjukkan kursi yang harus diduduki mereka. Jarak antara kursi yang satu dengan kursi lainnya sekitar 1 meter.

“Ibu sendiri atau bersama berapa orang,” terdengar petugas bertanya kepada seorang umat.

Umat yang datang sendiri diatur untuk menempati satu kursi kosong yang belum terisi. Sedangkan beberapa umat dalam satu keluarga diatur untuk menempati satu deretan kursi kosong yang belum diduduki oleh orang lain.

Selama perayaan Jumat Agung berlangsung, seluruh umat dalam gereja tetap mengenakan masker. Tidak ada seorang pun yang terlihat melepas maskernya kendati anak kecil sekali pun.

Baca juga: Jumat Agung di Gereja HKBP Ressort Batam Center Digelar dengan Prokes Ketat

Baca juga: Ibadah Jumat Agung di Batam, Polsek Sagulung Jaga Ketat Gereja, Turunkan Semua Anggota

Bahkan saat menerima hostia, setiap umat berbaris secara teratur dengan masker menutup wajah. Mereka baru membuka masker sejenak untuk menyantap hostia, kemudian menutup wajahnya kembali dengan masker.

Atas dasar pertimbangan protokol kesehatan, durasi perayaan Jumat Agung lebih singkat dibandingkan dengan perayaan pada situasi tanpa Covid-19.

Perayaan yang dimulai pukul 12.00 WIB itu berakhir sekitar pukul 13.30 WIB. Padahal pada situasi normal, Perayaan Jumat Agung bisa berlangsung selama 3 jam.

Beberapa bagian perayaan memang dibuat lebih singkat. Misalnya, doa umat meriah yang biasanya dilantunkan dalam nyanyian, kini didaraskan dengan membaca saja.

Begitu juga dengan upacara cium salib. Bagian tersebut biasanya dilakukan dengan mencium salib Yesus Kristus oleh setiap umat yang hadir.

Namun, kali ini mencium salib dilakukan secara umum di mana semua umat diminta berlutut, lalu memberi penghormatan kepada salib yang dipajang di depan altar pusat perayaan ekaristi.

Tidak hanya di dalam gereja, pergerakan umat setelah perayaan Jumat Agung juga diatur dalam prosedur protokol kesehatan Covid-19.

Umat yang sudah selesai mengikuti perayaan diarahkan untuk meninggalkan halaman gereja melalui gerbang utama bagian tengah.
Sedangkan gerbang utama bagian samping dikhususkan bagi umat yang datang untuk menghadiri perayaan Jumat Agung kedua pada pukul 15.00 WIB.

“Bapak dan ibu, silakan keluar melalui gerbang tengah. Gerbang samping khusus untuk umat yang datang untuk perayaan kedua,” ungkap petugas tata tertib perayaan.

Satu per satu umat meninggalkan gereja dengan tenang. Pastor yang memimpin perayaan Jumat Agung berpesan kepada seluruh umat agar melewati hari itu dengan keheningan.

Sebab, dalam keheningan, umat bisa merenungkan misteri wafat dan kebangkitan Yesus Kristus.

Mari Kita Tenggelam dalam Cinta Yesus

SETIAP perayaan keagamaan selalu mempunyai makna tersendiri. Makna perayaan Jumat Agung bagi umat Katolik disampaikan oleh Rm Atun Wardoyo SS.CC, pastor pemimpin perayaan tersebut dari mimbar Gereja Katolik Santo Damian, Bengkong.

“Di Hari Jumat Agung ini, mari kita tenggelam dalam cinta Yesus Kristus,” ungkap sang pastor memulai khotbahnya.

Dia kemudian mengajak seluruh umat untuk juga masuk ke hati Yesus Kristus yang tersalib. Dengan demikian, setiap umat Katolik bisa memaknai salib itu sendiri dalam rangkaian Perayaan Jumat Agung.

Bagi Wardoyo, salib merupakan simbol penderitaan. Namun, Yesus Kristus sudah mengubah makna salib tersebut sebagai sumber kebangkitan dan keselamatan melalui penderitaan dan wafat-Nya sendiri.

Salib juga menjadi tanda cinta yang sempurna. Sebab, dengan menderita dan memikul salib menuju Gunung Golgota, Yesus Kristus menunjukkan cinta kepada umat manusia yang ditebus-Nya.

“Oleh karena itu, cinta membutuhkan penderitaan. Cinta tanpa penderitaan adalah kosong. Mari kita bawa cinta kepada keluarga dan lingkungan tempat kita tinggal,” pesan Wardoyo. (TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved