HUMAN INTEREST
Potret Kehidupan Nelayan Pulau Mengkait Anambas, Berharap Dapat Bantuan Radio Pemerintah
Berikut potret kehidupan nelayan Pulau Mengkait Kecamatan Siantan Selatan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, (Kepri).
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Septyan Mulia Rohman
"Waduh kalau tahu gini, harus pakai baju dulu tadi bang. Gak enak saya," ungkapnya sembari tertawa.
Amo yang kini telah berkeluarga itu mengaku, sudah sejak kecil hidup berdampingan dengan laut dan memilih menjadi nelayan penangkap ikan. baginya kekayaan yang ada di laut adalah sumber kehidupan.
"Melaut ini sudah seperti tradisi leluhur. Kelas 6 SD saya sudah turun melaut nangkap ikan. Selain itu juga lihat cuaca teduh dan banyak kawan-kawan turun ke laut kita semakin kepengen dan semangat," timpalnya.
Namun memasuki musim angin timur saat ini, Amo akan memilih berangkat melaut sejak sore dan pulang pagi begitu setiap harinya.
Hasil tangkapan ikan yang ia dapatkan pun cukup menurun dari biasanya.
Jangan kan meraup Rp 100 - 200 ribu, meraup Rp 50 ribu pun sulit untuk dibawanya pulang.
"Kadang kita juga pergi lah dari satu bagan ke bagan yang lain minta umpan, kadang ada yang ngasih kadang juga enggak. Intinya ya nasib-nasiban lah bang kalau udah musim begini," paparnya.
Disinggung apakah berniat mencari pekerjaan lain, Amo menggeleng seolah menolak dan memilih mempertahankan profesinya.
"Di sini aja bang cukup jadi nelayan, hidup saya dan keluarga sudah bergantung dari hasil laut. Puji Tuhan anak-anak saya juga dapat terus sekolah sampai sekarang, semoga saja dapat berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi," tukasnya. (TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google
Berita Tentang Anambas