Dirut RSPI Sulianti Saroso Sebut dari Temuan 18 Kasus, 7 Tak Terkait Hepatitis Akut
Dirut RSPI Sulianti Saroso mengungkap fakta terbaru soal penyelidikan dari temuan kasus diduga hepatitis akut.
Namun hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab datangnya hepatitis akut pada anak.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) saat ini belum mengeluarkan surat edaran atau peraturan lainnya menyikapi munculnya kasus tersebut.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kepri, Adi Prihantara mengatakan, dalam rapat yang dilakukan pihaknya, masih dalam upaya pencegahan saja.
"Kita beberapa hari lalu sudah adakan rapat, mulai terkait penyakit yang menyerupai hepatitis, maupun perkembangan Covid-19," ujarnya, Jumat (13/5/2022).
Ia mengatakan, dalam rapat itu masih dilakukan survelains epidemologi dahulu. Selanjutnya ditentukan langkah apa yang akan diambil.
"Soalnya bukan hanya Kepri, pusat hingga WHO juga belum menemukan apa nama virus ini. Hanya virus ini mirip seperti hepatitis saja," sebutnya.
Ia melanjutkan, saat ini memang belum ada kebijakan untuk meliburkan anak sekolah, mengingat virus ini rentan terhadap anak-anak.
"Sejauh ini belum ada. Kita masih pakai kebijakan dalam kondisi pencegahan Covid-19. Ada sekolah yang masih tatap muka terbatas," jawabnya.
Baca juga: Batam Masih Bersih Kasus Hepatitis Akut, Kadinkes: Warga Jangan Panik!
Baca juga: Duh Gusti! Corona Belum Selesai Hepatitis Akut Misterius Muncul, Apa Kata Ahli
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepri, M Bisri menjelaskan, memang belum ada hasil penelitian terhadap virus tersebut.
"Jadi hanya sebatas mirip seperti hepatitis saja. Tapi tidak masuk dalam tipe hepatitis. Intinya belum lengkap dan belum ada hasil penelitiannya," ucapnya.
Ia pun membenarkan, bila gejala penyakit tersebut mirip dengan hepatitis.
"Jadi pencegahannya yakni pola hidup sehat. Virus ini seakan lebih cepat penularannya dibandingkan Covid-19," ujarnya.
"Karena virus ini bisa menular dengan sentuhan, dan makanan. Orang tua perlu lebih teliti saat anaknya membeli jajanan," tambahnya.
Sebab, menurut Bisri, bila makanan yang dijual tidak masak dan tidak sehat dalam pengelolaannya, akan berdampak pada penularan virus tersebut.
PENCEGAHAN
