Bank Indonesia Kepri

Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di Angka 3,5 Persen

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/BI 7DRR) sebesar 3,5 persen

ISTIMEWA
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, ketika mengumumkan hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Selasa (24/5/2022). 

Langkah selanjutnya, melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman pada suku bunga kredit sektor prioritas; melanjutkan dukungan pengembangan UMKM; memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung pemulihan ekonomi dan akselerasi digitalisasi yang inklusif; serta memperkuat kebijakan internasional dengan memperluas kerjasama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya.

"Bank Indonesia senantiasa mencermati arah perkembangan inflasi dan menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terkendalinya inflasi sesuai sasaran yang ditetapkan 3,0 ±1 persen di tahun 2022 dan 2023," tambah Perry.

Untuk itu, ia menilai perlunya koordinasi kebijakan moneter dan fiskal dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) melalui Tim Pengendali Inflasi (TPIP dan TPID). Termasuk juga, komitmen Bank Indonesia dalam pembelian SBN sebesar Rp 224 triliun untuk pembiayaan kesehatan dan kemanusiaan dalam APBN 2022.

Demikian pula halnya dengan koordinasi di bawah Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta koordinasi bilateral antara Bank Indonesia dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus diperkuat dalam menjaga stabilitas keuangan.

Perry menambahkan, perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut ditopang oleh menguatnya permintaan domestik dan tetap kuatnya ekspor.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2022 mencapai 5,01 persen (yoy), melanjutkan momentum pemulihan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,02 persen.

Sementara itu, pada triwulan II 2022, berbagai indikator dini menunjukkan aktivitas perekonomian terus membaik.

Dalam perkembangannya, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5 - 5,3 persen.

Meski nilai tukar Rupiah terdepresiasi sejalan dengan mata uang regional lainnya akibat ketidakpastian pasar keuangan global, namun indikator lainnya seperti Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap terjaga sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal.

Selain itu, inflasi masih terkendali; normalisasi kebijakan likuiditas melalui GWM Rupiah secara bertahap berlangsung tanpa mengganggu kondisi likuiditas perbankan; suku bunga perbankan terus mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya risiko kredit; ketahanan sistem keuangan tetap terjaga dan intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan secara bertahap.

"Bank Indonesia terus memperkuat digitalisasi sistem pembayaran untuk mendorong inklusi ekonomi dalam rangka pemulihan ekonomi," ujar Perry.

Transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital, serta akselerasi digital banking.

Nilai transaksi uang elektronik (UE) pada April 2022 tumbuh 50,3 persen (yoy) mencapai Rp 34,3 triliun dan nilai transaksi digital banking meningkat 71,4 persen (yoy) menjadi Rp 5.338,4 triliun.

Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit juga mengalami pertumbuhan 12,5 persen (yoy) menjadi Rp 764,5 triliun.

Untuk mendukung Program Championship Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD), Bank Indonesia senantiasa bersinergi dan memperkuat koordinasi dengan Pemda melalui Satgas P2DD dan TP2DD. Jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada April 2022 meningkat 23,2 persen (yoy) mencapai Rp 1.039,1 triliun.

Sumber: Tribun Batam
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved