LINGGA TERKINI
Pulau Mepar Simpan Peninggalan Kerajaan Riau Lingga Hingga Dapat Pengakuan Nasional
Pulau Mepar jadi saksi bisu jayanya Kerajaan Riau Lingga pada masanya. Termasuk beragam kearifan lokal dan permainan rakyat yang masih lestari.
Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) lekat dengan budaya Melayu.
Daerah ini menjadi lokasi kejayaan Kerajaan Riau-Lingga pada masanya.
Bahkan jejak peninggalan kejayaan itu masih bisa ditemukan di kabupaten ini.
Tepatnya di Desa Mepar yang telah diakui nasional.
Tepatnya setelah mendapat penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022.
Pulau kecil yang terletak di depan Ibu Kota Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini berhasil masuk 300 besar dari ribuan desa se-Indonesia yang ikut berkompetisi.
Pulau ini berada terpisah dengan Tanjung Buton, yang merupakan satu wilayah Desa Mepar.
Sekilas hanya sebuah Pulau biasa jika dipandang dari Pelabuhan Tanjung Buton.
Baca juga: Tiga Desa Lingga Catat Prestasi, Masuk 300 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia Tahun 2022
Baca juga: Wisata Sejarah Lingga - Ayo Kunjungi Pulau Mepar, Jangan Lupa Beli Ikan Tamban Salai

Menjadi Wisata Sejarah, bukan hanya sebutan belaka bagi pulau yang ditinggali 612 penduduk ini.
Dipercaya sebagai tempat strategis, Pulau Mepar ini menjadi salah satu benteng pertahanan pada masa kerajaan Riau-Lingga dahulunya.
Ada empat benteng yang terkenal berada di bukit Pulau Mepar, yakni Benteng Lekok, Benteng Hilir, Benteng Tanjung Segi Tiga, dan Benteng Tengah.
Delapan unit meriam yang masih tersisa, menjadi saksi bisu kuat sejarah Kerajaan Riau-Lingga.
Dari delapan itu, Meriam Sumbing merupakan meriam yang paling unik dan paling dikenal di antara semuanya.
Tepat di depan Masjid Pulau Mepar, meriam ini bisa dilihat oleh wisatawan yang mengunjunginya.
Bentuknya seperti meriam pada umumnya, namun terdapat bagian rusak atau menyerupai sumbing di ujungnya.
Selain itu, makam-makam tokoh besar di Kerajaan Riau-Lingga sebagian kecilnya berada di sini.
"Bisa dikatakan jika pengunjung ke Daik tapi belum sampai ke Pulau Mepar, berati belum sampai ke Kabupaten Lingga," ujar Pemerhati Sejarah, Lazuardy kepada TribunBatam.id.
KEARIFAN Lokal Lewat Talam Sehidang
Tidak hanya sejarah, tapi kearifan dan tradisi lokal yang masih ada, terus dijaga oleh masyarakat di sini.
Baca juga: Melihat Pesona Pulau Mepar Sarat Wisata Sejarah, Ada Peninggalan Kerajaan Riau-Lingga
Baca juga: TRADISI Maulid Nabi Muhammad Digelar di Desa Mepar, Masuk Warisan Budaya Tak Benda

Ketika pengunjung tiba di Pulau Mepar, mereka akan disambut dan disapa oleh masyarakat yang memiliki kerama tamahan.
Kental dengan budaya Melayu, masyarakat di Pulau Mepar memiliki nilai kekeluargaan yang tinggi.
Pengunjung pun dibuat merasa betah, dengan warga yang selalu berbaur dengan para pengunjung.
Bahkan, beberapa tamu penting akan disambut dengan makan bersama.
Uniknya, makanan bersama ini disajikan dengan budaya 'Makan Sehidang'.
Makan Sehidang merupakan suatu tradisi masyarakat Melayu di Kabupaten Lingga yang masih terjaga saat ini.
Makan Sehidang, yakni orang-orang akan makan bersama yang disajikan di atas talam atau nampan kembang, yang ditutup menggunakan tudung saji.
Satu talam, biasanya terdiri dari empat hingga lima orang yang bisa makan bersama.
Biasanya para tamu akan disuguhkan dengan lauk pauk tradisional, seperti ikan tamban atau sayur mayur khas masyarakat di sana.
Hal ini menjadi unik, karena di tempat lain biasanya para tamu makan dalam bentuk prasmanan.
"Sangat berkesan sekali berkunjung ke Pulau Mepar. Apalagi dengan hidangan makannya, kebersamaannya, intinya dapat kekeluargaannya di sana. Orangnya ramah-ramah," tutur salah seorang pengunjung, Lena Adzaharah.
SENSASI Permainan Rakyat
Tidak sampai di situ, permainan tradisional yang masih dilestarikan menjadi daya tarik wisatawan ketika berkunjung ke sini.
Permainan menarik dan masih dilestarikan, yakni permainan Gasing dan permainan Ambung.
Baca juga: Misteri Ambung Gila Permainan Rakyat Kepri Penuh Nuansa Magis
Baca juga: Sempat Hilang 3 Hari, Seorang Nelayan Ditemukan Tak Bernyawa di Pulau Mepar Lingga

Siapa yang tidak tahun dengan permainan Gasing.
Permainan Gasing di Kabupaten Lingga sendiri masuk ke dalam Warisan Budaya Tak Benda 2019, yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Budaya Indonesia.
Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa dini sini.
Selain itu, ada permainan Ambung.
Ambung sendiri merupakan sebuah keranjang para orang dulu, untuk mengisi barang-barang.
Hal inilah yang menjadi permainan masyarakat di sini, ketika menampilkan pertunjukan kepada pengunjung ataupun event-event lain, seperti acara perkawinan misalnya
Tidak heran, melalui ajang yang diselenggarakan oleh kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif (Kemenparekraf) itu, Desa Mepar dianggap layak masuk 300 besar dari 3.419 desa wisata dari 34 provinsi mengikuti kompetisi Anugerah Desa Wisata.
"Alhamdulillah, Desa Mepar dapat penghargaan dari Kemenparekraf. Penghargaan yang kami dapat mudah-mudahan bisa menjadi motivasi berbuat lebih baik lagi, sehingga desa wisata yang kita impikan betul-betul berkontribusi bagi kemajuan ekonomi masyarakat desa," kata Kepala Desa Mepar, Faif Sundoyo.
"Saya ingin ciptakan ke depan orang yang berkunjung ke Tanjung Buton juga datang ke Pulau Mepar. Belum sah ke Lingga kalau belum ziarah atau berkunjung ke Mepar," sambungnya.
Di ketahui ada tiga desa di Kabupaten Lingga mencapai 300 besar atau mendapat penghargaan ADWI, yakni Desa Mepar Kecamatan Lingga, Desa Resun Kecamatan Lingga Utara dan Desa Benan kecamatan Katang Bidare.(TribumBatam.id/Febriyuanda)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google
Berita Tentang Lingga