BATAM TERKINI
JELANG Idul Adha, 393 Ekor Kambing di Batam Mati, 63 Ekor Dipotong Paksa
Hingga saat ini, sebanyak 393 ekor kambing di Batam yang mati. Namun, kematian itu bukan karena kena Penyakit Mulut dan Kuku tapi karena kelelahan.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batam, Mardanis mengatakan, satuan Tugas (Satgas) Dinas Ketahanan Pangan Kota Batam mencatat total kambing yang mati mencapai 393 ekor.
Dari 393 ekor kambing yang mati, 63 ekor di antaranya harus dipotong paksa.
Kambing-kambing tersebut berasal dari Lampung Tengah yang dibawa ke Batam dengan sistem port to port.
Sementara itu, total kambing dari wilayah tersebut mencapai 2.535 ekor.
Mardanis mengatakan, kematian sejumlah kambing itu mungkin disebabkan kelelahan, dan over capacity (kapasitas berlebih) saat dibawa menggunakan kapal.
"Di kapal, mungkin kambingnya terhimpit-himpit di dalam kapal, jadi bukan karena sakit ataupun PMK (penyakit mulut dan kuku),” ujar Mardanis, Senin (4/7/2022).
Ia memastikan hewan ternak kambing itu tidak terkonfirmasi PMK, karena sebelum berangkat dari Lampung Tengah sudah tes PCR. Dan dinyatakan bebas dari PMK.
Baca juga: 202 Sapi Suspect PMK di Batam Masih Tunggu Hasil Lab, Kondisi Mulai Membaik
Baca juga: PMK Mewabah, Warga Batam yang Berkurban Disarankan ke Rumah Potong Hewan
Sementara itu, hingga saat ini kambing yang masih bertahan sedang menjalani karantian, dan diawasi oleh pihak karantina hewan. Untuk kemudian dilepaskan ke Dinas Ketahanan Pangan.
"Setelah karantina sudah yakin sehat, baru kemudian dilepas, dan ditempatkan di kandang,” katanya.
Lantas bagaimana kambing yang bertahan atau terlihat batuk-batuk dan gemetar?
Mardanis mengatakan dari otoritas verteriner bersama tim gabungan dari kepolisian, TNI, persatuan dokter hewan, dan Satpol PP akan melakukan pengecekan bersama-sama untuk menentukan layak atau tidak hewan-hewan tersebut dikurbankan.
“Nanti ada surat keterangannya, kurban itu harus sempurna, tidak boleh pincang, kakinya tidak boleh patah, kalau gejala klinis ringan masih boleh,” katanya.
Terpisah, Kepala Kementerian Agama Batam, Zulkarnain Umar mengatakan prioritas saat ini adalah memastikan dan menjaga kesehatan hewan kurban.
Pihaknya mengakui jumlah hewan kurban dipastikan menurun, namun berbeda dengan minat umat muslim untuk berkurban.
"Untuk jumlah hewan kurban sudah pasti turun. Sampai saat ini kami juga masih menunggu data dari masjid terkait jumlah hewan kurban tahun ini," katanya.
Ia berharap wabah PMK ini tidak terjangkit pada hewan yang ada di Kota Batam.
Menurut laporan yang diterima, petugas kesehatan hewan juga rutin melakukan pemantauan dan pemeriksaan kesehatan hewan.
"Tentu kita harapkan hewan kurban ini layak untuk dikonsumsi. Karena sudah ada fatwanya juga. Asalkan diolah dengan baik dan benar maka virus akan mati. Dan lagi ini virus tidak menularkan kepada manusia. Jadi aman untuk dikonsumsi," katanya.
Wali Kota Batam Muhammad Rudi mengatakan penghentian pengiriman sapi ke Batam merupakan instruksi dari Kementerian Pertanian (Kementan).
Saat ini sudah tidak ada lagi pengiriman hewan kurban ke Batam, meskipun pasokan masih belum mencukupi.
"Saya tidak ada menghentikan pengiriman ke sini, karena saya tidak ada wewenang. Jadi saya tegaskan ya, kalau sapi yang masuk dan keluar itu dari Kementan langsung. Kalau dari hasil pengiriman banyak kambing yang mati itu harusnya dibahas sebelum proses pengiriman ke sini, agar hal tersebut bisa dihindari," ujarnya.
Ia menuturkan pengawasan dan pengecekan kesehatan itu bisa ditanyakan ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), sedangkan untuk syariatnya bisa ditanyakan kepada Kementerian Agama Batam.
"Semua sudah jelas. Namun kalau ada yang mati selama di perjalanan, artinya ada persiapan yang kurang ketika dilakukan pengiriman. Intinya kita semua berharap hewan kurban ini sehat semua," kata Rudi. (TRIBUNBATAM.id/Roma Uly Sianturi)