FEATURE
Perjuangan Warga Karimun Cari Sapi Kurban ke Natuna, Ombaknya Masya Allah
Idul Adha 1443 H memang sudah terlewati, namun warga Karimun ini masih ingat perjuangannya mencari sapi kurban ke Natuna imbas penyakit mulut dan kuku
Penulis: Yeni Hartati | Editor: Septyan Mulia Rohman
KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Ziah masih ingat betul perjuangannya mendatangkan sapi dari Kabupaten Natuna ke Kabupaten Karimun.
Warga Desa Wonosari, Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini merasakan benar dampak kebijakan pemerintah daerah yang menutup sementara pasokan sapi dari luar Kepri imbas penyakit mulut dan kuku.
Pasokan sapi untuk kebutuhan kurban saat Idul Adha 1443 H untuk sejumlah kabupaten dan kota di Kepri bergantung pada Natuna dan Anambas.
Sebelumnya hewan ternak atau hewan kurban Karimun berasal dari lokasi terdekat yakni Provinsi Riau, mulai dari Kabupaten Meranti, Siak, Bengkalis, dan Pelalawan.
Namun, lokasi tersebut telah zona merah kasus PMK sehingga tidak di izinkan untuk melakukan distribusi hewan ternak.
Baca juga: PT Timah Tbk Salurkan 37 Ekor Hewan Kurban ke Karimun dan Meranti
Ziah harus mengambil langsung hewan ternak untuk keperluan kurban itu ke Kabupaten Natuna.
Perjuangan untuk mendapat hewan kurban dari Natuna, daerah terdepan Indonesia di Provinsi Kepri dimulai dari tiket pesawat dari Batam menuju Natuna yang selalu penuh.
Itu pun dengan harga jutaan Rupiah dengan pesawat tipe ATR 72-500.
Perjuangan untuk mencari tiket pesawat pun tak berbuah manis.
Rencana berubah dengan menggunakan kapal Pelni KM Bukit Raya.
Pergi meninggalkan anak-anak menjadi pilihan untuk menjemput secara langsung demi hewan ternak yang bebas penyakit.
Pilihannya itu rupanya tak meleset, sebab cuaca di laut menurutnya berbeda jauh dengan yang ada di Karimun.
Ombak kuat menyambutnya dalam perjalanan menuju Natuna, meski kapal Pelni berkapasitas 970 penumpang itu berbahan besi serta memiliki body besar.
Baca juga: 4 Artis Siapkan Hewan Kurban, Nathalie Holscher Pertama Kali Beli Sapi Sendiri
Ombaknya Masya Allah, terjangan ombak begitu terasa. Di pikiran saat itu kalau tenggelam bagimana dengan anak-anak. Pergi dan pulang hampir dua minggu sama saat menunggu untuk dapat tiket pesawat," ujarnya kepada TribunBatam.id, Senin (11/7/2022).
Tiba di Kabupaten Natuna tak seketika misinya selesai.