WAWANCARA EKSKLUSIF
Idul Adha Batam Dalam Bayang Penyakit Mulut dan Kuku Hingga Covid-19
Idul Adha di Batam terjadi dalam bayang-bayang penyakit mulut dan kuku (PMK) hingga covid-19. Tribun mengulasnya bersama Ketua MUI Kota Batam.
Kami pun menyampaikan hal itu ke Asosiasi pedagang hewan ternak kota batam.
Alhamdulillah, akhirnya dari koordinasi itu mereka menghadap ke Kementerian Pertanian dan mendapatkan izin untuk mendatankan hewan kurban dari Lampung dengan catatan zona hijau PMK.
Ternyata prokesnya sama, pertama hewan itu dikarantina lalu diberi segel pemeriksaan dari daerah asal lalu disemprotkan disenfektan.
Artinya hampir sama dengan protokol covid-19 awal-awal.
Meski begitu kami sempat khawatir apabila hewan tersebut sakit saat penyembelihan kurban, siapa yang akan bertanggung jawab, sebab dalam fatwa MUI itu tidak dibenarkan.
Hal ini tentunya dapat memicu permasalahan, tapi alahamdulillah hal itu tidak terjadi sebagaimana yang kami khawatirkan tadi.
Itulah sekilas perbandingan perayaan Idul Adha tahun lalu dengan tahun ini sama-sama menggunakan protokol kesehatan.
Baca juga: Jadwal dan Lokasi Vaksin Covid-19 di Tanjungpinang pada Hari Ini, 13 Juli 2022
TB: Pak Kiai, apakah dari dua kali perayaan Idul Adha ditahun berbeda dengan dua kasus yang dihadapi itu berjalan lancar atau ada beberapa masalah yang akhirnya timbul?
Ketua MUI: Alhamdulillah, memang sebelum pelaksanaan biasanya itu tentu tanda kutip ada kekhawatiran.
Karena pada Idul Adha tahun 2021 itu, petugas kurban harus diantigen, itu masjid harus pakai dana dari mana sebanyak itu.
Sehingga mohon maaf ada beberapa masjid karena faktor ketidaktersediaan antigen paling juru sembelihnya saja yang diantigen.
Sisanya tidak antigen paling gunakan masker dan sebagainya, itulah yang kita lewati di 2021.
Nah di tahun ini, yang saya khawatirkan yang tadi itu, karena kalau kembali ke fatwa MUI, hewan yang sakit atau gejala klinis ringan itu masih sah untuk dijadikan kurban.
Tapi kalau gejala klinisnya sudah berat itu artinya tidak sah.
TB: Dari kasus ini yang sangat menarik buat saya, itu masyarakat selain mengadu ke pemerintah juga condong mengadu ke MUI, lantas mengapa bisa begitu pak kiai?