BATAM TERKINI
Sekdako Batam Dukung Upacara Bakar Tongkang Masuk Kalender Wisata
Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Batam Jefridin Hamid mendukung upacara tahunan bakar tongkar oleh warga Tionghoa masuk dalam kalender wisata Batam.
"Kalau kita bisa banyak hadirkan wisatawan, ini luar biasa. Mereka pasti akan nginap di hotel, makan di restoran. Belum lagi transportasi, belanja dan sebagainya, ini akan mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) buat Batam," papar dia.
Baca juga: Dispar Kepri Bangga, Perputaran Uang Festival Budaya Tionghoa Tanjungpinang Tembus Rp 500 Juta
Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan yang berkelanjutan.
Seperti yang kini gecar dilakukan, infrastruktur Batam masif dibangun.
"Tapi yang juga penting kegiatan ini membuat silaturahmi tetap terjaga. Silahkan ajukan ini untuk masuk ke kalender pariwisata," katanya.
SARAT Sejarah
Warga Tionghoa di Batam punya cara unik untuk mengucap syukur.
Bertempat di Kelenteng Cetya U Pho Sakadarma, Ruko Pantai Permata, Baloi Batam, Jumat (15/7/2022), warga Tionghoa berkumpul untuk membakar tongkang sebagai wujud terima kasih mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tongkang yang dibakar bukan merupakan tongkang sebenarnya.
Melainkan miniatur tongkang yang dibuat secara khusus untuk kegiatan rutin tahunan itu.
Bakar tongkang secara turun temurun ini, diyakini merupakan ritual untuk memperingati hari ulang tahun Dewa Kie Hu Ong Ya.
Atau lebih di kenal dewa pelindung masyarakat setempat.
Ketua Yayasan Cetya U Pho Sakadarma Batam Rusdi menjelaskan bahwasanya kegiatan ini merupakan kegiatan rutinitas tahunan.
"Hari ini merupakan ritual bakar tongkang ke-23. Seharusnya sudah ke-25, hanya saja karena kondisi covid-19, sehingga dua tahun tidak diselenggarakan," sebut Rusdi.
Ia menjelaskan bahwasanya ritual ini dilakukan untuk memperingati sejarah masuknya warga Tionghoa ke wilayah Bagansiapiapi, Rokan Hilir Riau.
Baca juga: Enam Makam Tionghoa di Sumedang Dibongkar OTK, Polisi Selidiki Motif Pelaku
Ia menjelaskan jika beberapa puluh tahun yang lalu sejumlah warga Tionghoa memutuskan untuk merantau ke Bagansiapiapi.