BATAM TERKINI
Akses Keluar Pelabuhan Pelni Batam Semrawut, Butuh Sejam Sampai Jalan Raya
Penumpang kapal Peli mengeluhkan susahnya akses keluar Pelabuhan Batu Ampar dan semwrawut dan membahayakan penumpang yang berjalan menuju jalan raya.
Penulis: ronnye lodo laleng |
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Penumpang KM Kelud yang baru tiba di pelabuhan Batuampar Batam mengeluhkan susahnya akses keluar dari Dermaga Selatan ke jalan utama.
Seorang penumpang bernama Saleh mengaku pelabuhan Batuampar tergolong semrawut.
Baginya pelabuhan ini tidak cocok untuk kapal Pelni. Karena semua kapal dan berbagai jenis kendaraan mondar-mandir di area pelabuhan saat penumpang turun.
"Ini sangat membahayakan kami. Jika terjadi apa-apa siapa yang bertanggung jawab," sebut Saleh.
Saleh mengaku dari pelabuhan Batuampar dirinya membutuhkan waktu 1 jam lebih untuk sampai di titik penjemputan yang berada di perempatan lampu merah Batuampar.
Dikatakannya, bukan saja kendaraan yang macet, namun penumpang yang sedang berjalan kaki juga tidak bisa berjalan lancar dan baik.
Dengan memikul barang-barang mereka harus berusaha dan mengeluarkan tenaga ekstra untuk bisa sampai di titik penjemputan.
Menurutnya, semestinya saat kapal KM Pelni tiba dan penumpang turun, segala bentuk aktivitas dihentikan dulu sementara.
Baca juga: Batam Raih Peringkat Pertama Mampu Tekan Angka Stunting di Kepri
Berdasarkan pantauan Tribun Batam di lapangan, ribuan penumpang KM Kelud yang baru tiba di pelabuhan Batuampar tidak semuanya naik bus gratis yang disiapkan oleh pihak Pelni cabang Batam.
Sebagian besar penumpang memutuskan untuk berjalan kaki dari pelabuhan ke luar area pelabuhan Batuampar.
Banyak tantangan yang mereka hadapi seperti harus berjalan menyelip di antara macetnya kendaraan, hingga debu yang cukup tebal.
Yang memprihatinkan lagi, yakni penumpang yang membawa anak kecil.
Hampir sepanjang jalan anak mereka nangis karena cuaca yang panas.
Di waktu bersamaan sejumlah truk kontainer dan dump truk juga sedang mengantri untuk masuk dan keluar pelabuhan.
Kendaraan besar tersebut memenuhi jalan aspal.
Sedikit jalan yang sempit dimanfaatkan oleh penumpang untuk jalan kaki.
Sesekali mereka harus berhenti karena kecapean mengingat jarak antara pelabuhan ke titik penjemputan berkisar 500 meter.
Meski demikian mereka tampak semangat untuk berjalan di antara macetnya kendaraan, selanjutnya pulang ke rumah mereka masing-masing. (TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng)