Bupati Wan Siswandi Blak blakan Soal Potensi Laut Natuna hingga Rencana ke Depan
Bupati Natuna Wan Siswandi menjadi narasumber wawancara ekskusif Tribun Batam bahas rencana pembangunan pabrik pengemasan ikan di Natuna
NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Kabupaten Natuna, sebuah kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), terkenal dengan potensi perikanannya.
Dalam waktu dekat, Natuna akan memiliki pabrik pengemasan ikan.
Nantinya ada 100 kapal ikan akan terlibat untuk memasok produksi ikan dari WPP 711 termasuk Laut Natuna.
Berikut cuplikan wawancara eksklusif Pemimpin Redaksi Tribun Batam, Musyafi dengan Bupati Natuna, Wan Siswandi, baru-baru ini.
Keterangan, Musyafi= MF, Wan Siswandi= WS
MF: Natuna itu satu kabupaten di Kepulauan Riau, disebut sebagai pulau terluar di Indonesia, karena berbatasan dengan negara Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja dan lainnya.
Meski begitu, Pak Wan ini bukan kaleng-kaleng. Karena beliau meniti karir mulai dari paling bawah.
Mulai dari Sekretaris Lurah, Lurah, Sekretaris Camat, Camat, Kepala Badan, Kepala Dinas, Sekda, hingga akhirnya menjadi Bupati.
Bisa diceritakan, kenapa karir Pak Wan ini begitu seperti anak tangga tidak pernah turun?
WS: Jadi memang saya sendiri tidak tahu juga. Saya tahu anak tangga itu setelah saya di atas. Jadi dijalani saja.
MS: Resep untuk melewati itu semua apa pak?
WS: Jadi memang yang penting hidup itu mensyukuri nikmat. Ketika kita mensyukuri nikmat, maka akan datang nikmat yang lain.
Barangkali saya juga tidak menyangka-nyangka nikmat itu akan datang. Tapi kalau kita tidak mensyukuri nikmat itu yang susah.
Seharusnya setiap jenjang jabatan itu, harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, kita syukuri, kita lalui, kita jalani dengan ikhlas dan tidak usah takut.
Sebenarnya perasaan takut itu hanya waswas, jadi tak perlu takut. Karena hidup kita itu sudah dijamin Allah.
Baca juga: Pemkab Natuna Dukung Pembangunan Pabrik Ikan di Selat Lampa, Bakal Serap 500 Pekerja
Dalam Alquran, Allah mengatakan bahwa ia hanya memberi cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya.
Jadi kita tak perlu takut untuk melalui itu semua. Yang penting hidup ini adalah kita harus yakin dan harus kita amalkan.
MS: Karir Pak Wan di birokrasi inikan terbilang lengkap, dari Lurah sampai dengan sekarang Bupati.
Bisa diceritakan jabatan apa yang paling susah saat dikerjakan?
WS: Di antara semua jabatan itu tentu yang paling susah adalah masalah yang dihadapi saat menjadi Bupati.
Karena semua masalah yang ada di kabupaten itu ya di Bupati. Itu paling banyak masalahnya.
Tapi yang paling senang juga di Bupati, karena kesenangan itu semua berpuncak di Bupati itu.
Jadi kan berimbang juga itu.
MS: Di Natuna inikan ada 250-an pulau dan berpenghuni sekitar 30 persennya. Ini kan tidak mudah, harus ke sana-kemari dengan jarak luar biasa dan bahkan ditempuh dengan melawan gelombang dan sebagainya.
Ini resepnya apa? Pak Wan kok masih tampak sehat bugar dan bahkan rambutnya lebih putih saya.
WS: Jadi konsep sebenarnya begini, kita jalani saja. Jadi hidup inikan pilihan. Ketika kita sudah memilih maka konsekuensinya harus kita lalui.
Selain itu madu, kalau pagi minum madu.
Baca juga: Bupati Natuna Wan Siswandi Desak SKK Migas Bangun Offshore di Wilayahnya
Karena di sini juga penghasil madu. Hanya dengan secangkir teh itu dicampur dengan madu.
Tapi yang paling penting adalah hati. Hati ketika tidak tenang itu berimbas pada tubuh. Makanya kalau bisa hati kita tidak usah ada denki selalu ikhlas, jadi berusaha meningkatkan hati agar tubuh kita juga sehat.
MS: Penduduk Natuna sekitar 86 ribuan jiwa dan sebagian besar mereka adalah nelayan.
Sejauh ini apa yang dilakukan oleh Pak Wan sebagai Bupati Natuna untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan di wilayah kabupaten ini?
WS: Kalau kita bicara nelayan, Natuna memang punya potensi yang besar dan itulah yang menjadi tulang punggung.
Sehingga ketika krisis Covid-19 ini juga tetap harus berjalan.
Yang kami lakukan adalah, yang pertama di antaranya menjaga kelangsungan ekspor ikan. Karena kita sudah ada ekspor ikan ke Hongkong.
Yang diekspor itu adalah ikan hidup, ikan Napoleon.
Di samping itu juga, kita minta kepada masyarakat untuk memperluas kegiatan perekonomian ikan hidup itu.
Kalau nelayan biasa ini memang, semenjak saya jadi Bupati, kita ada program kemarin untuk membagi karang buatan di laut.
Tapi terbentur aturan, barangkali itu tidak dibenarkan meskipun Pemda yang punya program. Makanya kita coba dorong ke kementerian.
Jadi, kemarin Alhamdulillah ada juga dapat bantuan dan bantuan itu sudah kita serahkan kepada nelayan berupa bubu, peralatan GPS dan itu sudah diberikan.
Mudah-mudahan itu bermanfaatlah buat nelayan.
Meskipun kami juga menyadari banyak hal juga yang harus kami lakukan. Karena memang bicara nelayan tradisional ini kemampuan nelayannya juga harus kita tingkatkan. Sehingga dia tidak tradisional lagi.
Inikan tidak cukup hanya dengan program tapi juga harus ditindaklanjuti dengan fakta di lapangan dan termasuk juga merubah cara berpikir nelayan itu bahwa sebetulnya nelayan ini adalah sebuah pekerjaan yang sangat mulia dan punya potensi yang sangat besar, kalau memang dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Kebetulan nelayan kita banyak maka harus kita dorong terus kepada masyarakat kami.
Sampai hari ini juga sudah ada ikan-ikan mati yang diekspor ke Singapura lewat pesawat, kemudian ada juga gurita diekspor keluar negeri.
Baca juga: TNI AL Ungkap Illegal Fishing, Laut Natuna Utara Incaran Nelayan Vietnam
Makanya beberapa hal untuk perbaikan kehidupan nelayan ini melalui alat tangkap dan peralatan semuanya kita akan coba dorong agar lebih baik lagi lah.
MS: Adakah upaya untuk membentuk semacam kelompok dari nelayan agar membentuk semacam koperasi?
WS: Ya ada, jadi begini bantuan dari kementerian itu memang tidak bisa untuk per individu tapi harus berkelompok. Makanya kita coba kelompok nelayan yang mau kita bangun dan kita dorong itu adalah benar-benar nelayan.
Kadangkala masyarakat, saya tidak menyalahkan siapa juga dalam hal ini yang terjadi ada juga seperti itu, meskipun tidak semuanya juga.
Ada yang petani tapi juga nelayan.
Tapi yang betul-betul memang murni nelayan, sehingga tidak menggangu nelayan yang semestinya dapat, tapi malah diberikan kepada nelayan yang tidak murni.
Caranya seperti apa? Caranya Dinas Perikanan menginventaris segala bentuk nelayan yang ada di Natuna kemudian nanti bisa dibuat kelompok, nanti dari kelompok itu akan terbentuk pula sebuah kelembagaan yang resmi. Dan itu sudah ada.
Dengan adanya kelompok begitu kita coba dorong kementerian, dari kementerian ada bantuan GPS, bubu dan beberapa hal lain yang berkaitan dengan nelayan dan itu diserahkan melalui kelompok nelayan dan tepat sasaran.
MS: Selain nelayan tangkap, daerah ini juga dikenal nelayan budidaya. Utamanya ikan yang sangat mahal yaitu ikan Napoleon.
Bisa cerita pak bagaimana perkembangan nelayan budidaya di daerah ini?
WS: Jadi memang kita kan ada kecamatan yang di luar, ada Subi, Midai, Serasan, Sedanau, Pulau Laut, dan Pulau Tiga.
Nah itu rata-rata nelayan budidaya, jadi dibuat Keramba, kemudian diternak semuanya dan tidak begitu lama sekitar 2 atau 3 tahun ikan Napoleon itu sudah bisa diekspor.
MS: Selama ini nelayan yang bikin keramba itu orang setempat atau orang luar?
WS: Orang sini semua, jadi murni warga Natuna bikin keramba kemudian diisi Napoleon kemudian diekspor ke Hongkong.
Selain Napoleon juga ada ikan Kerapu.
Yang dilakukan itu adalah ternak biasa saja.
MS: Secara ekonomi, jika dibandingkan nelayan tangkap dengan nelayan budidaya Napoleon itu lebih menguntungkan mana pak?
WS: Lebih menguntungkan nelayan budidaya ikan Napoleon. Tapi memang untuk budidaya ikan Napoleon ini modal juga harus besar.
Untuk bikin waring, kerambanya, kemudian merawat ikan hingga 3 tahun. Karena ikan ini hanya diekspor saat berat ikan seberat 1 kilogram.
Memang kalau beratnya lebih dari 1 kilo itu juga bisa, tapi harganya lebih mahal.
MS: Bisa diceritakan rencana ke depan atau mungkin sudah ada rencana terkait dengan pengembangan bagaimana potensi perikanan di Natuna ini manfaatnya lebih besar. Baik kepada wilayah Natuna maupun kepada rakyat secara langsung?
WS: Jadi memang dari Presiden telah mengamanatkan untuk Natuna beberapa hal yaitu pertahanan, perikanan, pariwisata, migas dan lingkungan hidup.
Berkaitan dengan perikanan ini sebagai tindaklanjut dari arahan Presiden itu, sekarang di Natuna ini kan sudah dibangun SKPT, kemudian sudah ada cold storage untuk menampung ikan 200 ton.
Selama ini memang sudah ada kegiatan namun belum optimal, makanya kita selalu mencoba untuk menarik investor datang ke Natuna.
Oleh Presiden juga sudah menandatangani Kepresnya, kemudian dari KKP juga sudah mengeluarkan aturannya. Sehingga Natuna ini ditetapkan sebagai wilayah penangkapan ikan terukur. Itu ada di wilayah tangkapan 711.
Oleh pemerintah pusat, untuk bagi pemenang menangkap ikan di WPP 711 ditunjuk Natuna sebagai tempat pangkalan nya.
Kemarin teman-teman yang sudah mengantongi izin lelang, prosesnya sudah selesai di pusat.
Itu rencananya kan mau buat pabrik pengalegan ikan di Natuna, kemudian membuat cold storage baru sekitar 3000 ton.
Tahapannya, kebetulan di Selat Lampa itu termasuk hutan lindung, jadi pihak perusahaan sudah mengajukan ke LHK untuk pemanfaatan lahannya untuk dijadikan pabrik pengalegan ikan.
Hari ini kita kedatangan tamu merupakan perpanjangan tangan dari pemenang lelang, itu ada yang membawa kapal.
Jadi rencananya dari perusahaan itu akan membawa 100 kapal ke Natuna dan itu akan berpangkalan di Natuna.
Besar kapal ikan ini sekitar 50 sampai 100 Gross Tonnage.
Jadi kami meminta kepada mereka untuk tunduk dengan aturan pemerintah bahwa mereka tidak boleh menangkap ikan di bawah 30 mil dari bibir pantai.
SKPT yang ada saat ini di Selat Lampa akan dijadikan tempat pengolahan. Hari ini mereka tengah mengecek kesiapan yang ada di Selat Lampa.
Nantinya hasil tangkapan itu akan diolah di Selat Lampa dan akan diekspor dari sini juga.
Dengan adanya pabrik pengolahan ikan itu maka akan terbuka lapangan pekerjaan, dan kami juga minta untuk memprioritaskan masyarakat Natuna yang dipekerjakan di sana.
MS: Terkait dengan hadirnya investor 100 kapal ikan, untuk memastikan nelayan tradisional tetap beroperasi di 30 mil, nelayan 100 kapan ikan itu kan tidak bisa masuk. Akan seperti apa teknik pengawasan terhadap 100 kapal ikan ini?
WS: Nanti yang akan kita minta bantu adalah teman-teman TNI AL, Bakamla, KKP, dan yang paling efektif adalah pengawasan langsung dari masyarakat. Jadi kita kontrol bersama-sama.
Jadi nelayan tradisional tidak perlu khawatir karena 100 kapal ini akan selalu diawasi agar tidak melakukan penangkapan di bawah 30 mil.
MS: Manfaat langsung terhadap pemerintah Kabupaten Natuna terhadap kehadiran investor ini apa?
WS: UU nomor 23 tahun 2014 kan kita tidak punya Wewenang di laut, tapi ketika dia punya pabrik di darat kemudian diekspor. Nah di sini kita bisa pungut retribusi untuk menambah PAD, itu sekitar 5 persen.
Dan ada lagi yang lebih baik yang kita dengar adalah, teman-teman dari Pati ini 100 kapal itu untuk mengisi logistiknya, mereka tidak pulang ke Jawa, tapi itu akan dipenuhi di Natuna.
Misalnya pemenuhan sembako, air bersih dan lainnya.
MS: Jadi ini merupakan kabar baik dari pak Wan, semoga tidak lama lagi kita bisa menyaksikan pabrik pengemasan ikan ini beroperasi, sehingga efeknya segera bisa direalisasikan.
Selain dikaruniai Tuhan ikan yang banyak, Laut Natuna ini juga dikaruniai pemandangan potensi alam yang luar biasa, baik pantainya, batu-batu dan lain sebagainya.
Bisa cerita gak pak, rencana Pak Wan untuk pengembangan wisata di Natuna itu seperti apa?
WS: Natuna memang punya potensi luar biasa, sampai hari ini Natuna sudah ditetapkan sebagai Geopark Nasional.
Hingga sekarang juga masih digiring untuk menjadi Geopark Global UNESCO. Kita tengah menyiapkan dokumen untuk ke situ lah.
Kadang teman-teman ada yang bertanya, kalau di Batam merupakan kota industri, sementara untuk kerajaan di Lingga, nah kalau di Natuna itu Geopark-nya.
Cuma memang, kita tidak hanya menyuguhkan batu-batu saja. Di Natuna juga punya potensi yang lain di antaranya diving, kemudian bisa penyelaman untuk melihat kapal-kapal peninggalan Dinasti Ming. Dan itu semua bisa diakses.
Selain itu, kita juga punya seni budaya. Makanya setiap malam minggu kami mengadakan pentas seni untuk menampilkan kesenian budaya, agar budaya di Natuna dapat diakomodir seluruhnya.
Seiring berjalannya waktu untuk wisata di Natuna kini terus bertambah. Hal itu bisa dilihat awalnya untuk resort hanya ada Alif Stone, kemudian ada Natuna Dive Resort dan saat ini sudah ada Jelita Sejuba.
Mudah-mudahan ini terus bertambah dan berlanjut agar wisata di Natuna juga terus meningkat.
Dengan beberapa hal yang saya sampaikan tadi, agar semua dapat berjalan dengan baik
MS: Apakah ada langkah kongkret yang dilakukan Pak Wan untuk menuju Natuna tidak semahal itu?
WS: Berbicara soal transportasi udara, karena jembatan udara ini memang sangat efisien akan waktunya.
Kami sudah bertemu dengan Pak Erick Tohir Menteri BUMN, karena Garuda di sana, Citilink di situ juga, kalau maskapai swasta tidak mau, maka kita coba ke situ.
Untuk Garuda memang masih belum, tapi kami diarahkan ke Citilink, bahkan kami sudah rapat dengan Dirjen Udara dan sudah coba bahas.
Kemarin kami menawarkan penerbangan Natuna ini bisa dari Jakarta-Batam, kemudian ke Natuna.
Kemarin kita juga tawarkan alternatif kedua yaitu Jakarta-Pontianak kemudian ke Natuna.
Karena jarak tempuh dari Pontianak ke Natuna jauh lebih dekat jika dibandingkan dengan Natuna ke Batam. Jika itu terealisasi itu tentu akan lebih mudah.
Namun saya tidak memastikan kapan waktunya, namun semoga yang diusahakan ini segera terealisasi.
(Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google