FEATURE
Penjual Ikan Salai di Natuna Waswas Harga Ikan juga Naik Dampak Kenaikan Harga BBM
Yanto, penjual ikan salai di Natuna waswas harga ikan tongkol hasil tangkap nelayan sebagai bahan utama usahanya akan naik, dampak kenaikan harga BBM
NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Asap mengepul dari sebuah rumah warga, tepat di pinggir jalan Lingkar Pulau Natuna, Batu Kapal, Kecamatan Bunguran Timur.
Ternyata, kepulan asap itu berasal dari sabuk (kulit buah kelapa) yang sengaja dibakar di atas pemanggangan ikan.
Di atas bara api, terdapat sejumlah potongan ikan yang tersusun rapi. Persis di depan pemanggang ada seorang pria paruh baya mengenakan baju kaos hitam.
Ia sibuk membolak-balik ikan dan bara api di pemanggangan.
Pria itu bernama Arianto. Ia merupakan seorang pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) Penjual Ikan Salai di Kabupaten Natuna.
Sehari-hari, lelaki dengan rambut sedikit beruban itu bekerja sebagai penjual ikan salai.
"Ikan salai bang? Satu ekornya Rp 25 ribu ada juga Rp 30 ribu," tawar Arianto yang juga akrab disapa Yanto kepada pelanggan, Selasa (6/9/2022).
Sambil memanggang ikan dengan asap, Yanto bercerita soal usaha yang tengah digelutinya itu.
Yanto mengaku merasakan dampak gempuran Covid-19 yang hingga kini masih mewabah di Tanah Air.
Kini ia juga khawatir dengan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Baca juga: Bupati Wan Siswandi Blak blakan Soal Potensi Laut Natuna hingga Rencana ke Depan
Pasalnya, bahan baku untuk membuat ikan salai merupakan ikan tongkol hasil tangkapan nelayan di Laut Natuna.
"Saya khawatir kalau harga ikan tongkol naik. Soalnya harga solar juga ikut naik. Dimana omzet penjualan juga kian menurun," keluh pria itu.
Ia mengaku, kini dalam sehari ia hanya mampu menjual ikan salai sekitar 11 kilogram.
"Kalau dihitung-hitung cuma dapat Rp 50 ribu bersihnya bang, semakin hari semakin menurun," katanya.
Menurut pria yang lahir pada 1968 itu, menurunnya omzet penjualan dikarenakan perekonomian masyarakat melemah. Daya beli masyarakat semakin hari semakin menurun.